[caption caption="ilustrasi Rijsttafel, kekayaan kuliner Indo ( courtesy: kantjil.nl)"][/caption][caption caption="Pierre Coffin, kreator Minion ( entertainment.kompas.com)"]
Â
"Hallo! Bandoeng! Ja moeder hier ben ik /
Dag liefste jongen,zegt zij met een snik /
Hallo, hallo! Hoe gaat het oude vrouw? /
Dan zegt ze alleen: Ik verlang zo erg naar jou!"
(Halo, Bandung! Ya Bunda, aku di sini/
Salam sayang anakku, dengan suara lirih ia berkata/
Halo, halo! Apa kabarnya, bunda?/
Ia berkata dengan lirih: aku sangat merindukanmu..!")
Lirik di atas adalah penggalan lagu komunitas Indo tahun 1929 berjudul " Hallo, Bandoeng!" Yang berkisah mengenai percakapan kangen antara Ibu dan anak yang terpisah jauh antara Belanda dan Bandung, melalui sambungan telefon. Indo, telah ditempa selama beratus - ratus tahun dengan berbagai tantangan, dan nilai - nilai keluarga tetap menjadi salah satu nilai yang dijunjung tinggi. Kerinduan Indo akan tanah Nusantara juga telah dibahas dalam tulisan sebelumnya. Sebuah kerinduan bak seorang anak yang diusir jauh dari rumah Ibunya. Namun di abad ke XXI ini kita sedikit banyak menyaksikan, bahwa Budaya Indo, bukan hanya semata milik Indonesia. Namun nyatanya, budaya ini telah menyebar ke banyak negara dan terutama mengakar kuat menjadi entitas terbesar di antara kaum minoritas di negeri kincir angin.