"Sungguh amalan yang pertama kali dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Jika shalatnya baik, maka beruntung dan selamat-lah dia. Namun jika rusak, maka merugi dan celakalah dia. Jika dalam shalat wajibnya ada yang kurang, maka Rabb Yang Maha Suci lagi Maha Mulia berkata, 'Lihatlah, apakah hamba-Ku memiliki shalat sunnah.' Maka shalat wajibnya disempurnakan oleh shalat sunnah tadi. Lalu dihisablah seluruh amalan wajibnya sebagaimana sebelumnya.'" (HR. Tirmidzi, no. 413)
Manfaat Shalat
Dari ayat dan hadist di atas, jelaslah keterkaitan shalat dengan kehidupan. Dan sungguh peran dan manfaatnya sangat luas dan tidak hanya terbatas pada hal duniawi yang tampak. Jika penulis boleh menguraikan, maka yang dimaksud perbaikan dalam hidup adalah sebagai berikut:
1. Ketenangan jiwa
Biasa terkoneksi dengan Allah melalui shalat memberikan ketenangan pada jiwa kita. Jiwa yang tenang akan mampu mengarungi hidup dalam berbagai keadaan dan melihat setiap kesempatan sebagai sebuah takdir yang harus dijalani dengan sebaik-baiknya dan tidak disia-siakan.
2. Kejernihan pikiran
Pikiran yang jernih bukan berarti kecerdasan atau kepintaran, tetapi mampu memaksimalkan potensi akal untuk meningkatkan kualitas diri dan dalam keadaan yang sulit potensi itu dapat diarahkan sebagai alat untuk mencari jalan keluar yang Allah ridhoi.
3. Kesabaran dan ketabahan
Seringkali menjadi batu sandungan baik dalam keadaan senang dan susah. Manusia sering tidak sabar menerima kesenangan yang sedang ia terima dan ingin segera mendapatkan kesenangan lainnya. Sementara di saat susah, manusia sering kehilangan ketabahan dalam menerima ujian. Allah akan menumbuhkan kesabaran dan ketabahan dalam diri manusia yang rutin menghadap, melapor, bercerita, bersyukur, bahkan berkeluh kesah kepada-Nya.
4. Keikhlasan
Kata yang mudah diucapkan namun sulit dikerjakan. Sulit untuk ikhlas melihat kesuksesan orang lain, tak ikhlas menerima ujian, tak ikhlas menerima nasihat dan seterusnya.
Ikhlas memang bukan sesuatu yang mudah didapat untuk tertanam dalam diri kita, tetapi shalat akan membuat keikhlasan dapat bersemayam dengan mudah dalam diri kita.
5. Bersyukur
Syukur adalah tingkatan berbeda dalam diri manusia. Secara normatif, lisan manusia akan sering mengucapkannya tanpa hatinya meresapinya dengan tulus. Padahal syukur adalah pintu pembuka berbagai nikmat lain yang tengah menanti orang yang pandai bersyukur. Shalat adalah sarana utama untuk bisa menanamkan rasa syukur yang tulus, mendalam, dan konsisten.
6. Kemampuan menilai baik dan buruk
Inilah pelindung manusia dari hal yang membuatnya menjauh dari Allah, Ketika yang buruk menjadi baik dan yang baik ditinggalkan, manusia akan semakin kabur dari perannya sebagai hamba Allah. Hal itu pula yang akan membuat kualitas hidup manusia bisa jadi seolah terlihat membaik di mata dunia, tetapi bergerak ke arah yang tidak diinginkan di mata Allah.
Semoga dengan pengingat ini, kita semua, terlebih lagi penulis, tak lagi keliru dalam memaknai perbaikan dalam hidup kita yang dihadirkan oleh Allah hanya sebatas pada hal-hal yang tampak dan mudah diukur oleh diri kita dan sesama.
Bisa jadi semua hal itu tak kunjung datang dalam kehidupan kita, tetapi ternyata hati kita telah tenang, pikiran kita jernih, sabar dan tabah dalam berbagai keadaan, selalu ikhlas dan bersyukur, serta mampu menilai yang baik dan buruk demi menjaga keselamatan diri kita dan keluarga di dunia dan akhirat. Itulah perbaikan hidup yang sesungguhnya. Wallahu'alam bissawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H