Mohon tunggu...
Teuku Farrel
Teuku Farrel Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Suka membaca, suka menulis, tapi masih pemula

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memangnya Orang Indonesia Se-Gak Becus Itu?

2 Oktober 2023   09:44 Diperbarui: 2 Oktober 2023   09:45 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Hari selasa (19/9), bakal calon presiden Ganjar Pranowo menyempatkan diri dalam acara "3 Bacapres Bicara Gagasan" yang diadakan di kampus Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 

Dalam salah satu pernyataannya Ganjar menyebutkan bahwa dia ragu akan kompetensi tenaga kerja lokal bisa menggantikan TKA (Tenaga Kerja Asing) China. 

Ganjar sendiri juga menuturkan bahwa TKA diusir untuk digantikan oleh warga lokal, tapi apakah bisa gantiin. Pernyataan ini sontak juga menimbulkan kontroversi, sebagian pihak menganggap Ganjar malah meremehkan kemampuan orang lokal.

Pernyataan ini tentunya menjadi kritik juga secara keseluruhan mengenai SDM (Sumber Daya Manusia) di Indonesia yang perlu diperbaiki. 

Indonesia tentunya memiliki bonus demografi, tapi tidak diiringi oleh kemampuan yang memadai, melansir dari Katadata bahwa sampai tahun 2045 Indonesia mengalami penambahan penduduk berkisar 2-4 juta setiap lima tahun, sedangkan rasio ketergantungannya menunjukan kenaikan sekitar 1-2% per lima tahunnya. Hal ini menunjukan bahwa meski Indonesia memiliki potensi menghasilkan angkatan kerja yang banyak, namun di sisi lain angka ketergantungan juga meningkat seiring dengan penduduk usia lanjut yang semakin bertambah.

Lantas apa yang perlu dilakukan negara untuk meningkatkan kualitas SDM yang optimal. Biar adil kita telaah apa yang Ganjar Pranowo sendiri rencanakan dalam peningkatan sistem pendidikan yang berorientasi pada keterampilan dan kompetensi sesuai pekerjaannya masing-masing. Ganjar menuturkan dalam acara yang sama bahwa lulusan SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) dan PT (Perguruan Tinggi) langsung keterima kerja, dengan penyesuaian kurikulum dengan perusahaan.

Gagasan yang menarik memang, tapi apakah sejalan dengan landasan hukum yang berlaku mengenai sistem pendidikan nasional, UU no.20 tahun 2003? Dalam Pasal 3 disebutkan bahwa tujuan dari pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Gagasan dari Ganjar bisa jadi hanya menitikberatkan pada aspek kecakapan peserta didik.

Disisi lain Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau yang kerap disapa Ki Hajar Dewantara memiliki pandangan sendiri terkait dengan pendidikan. Filosofi pendidikan (Tri Rahayu) menurut Ki Hajar Dewantara adalah yang pertama memajukan dan menjaga diri, yang kedua memelihara dan menjaga bangsa, dan yang ketiga memelihara dan menjaga dunia. Pendidikan sejatinya bukan hanya soal keterampilan dan bisa kerja biar gak nganggur. Pendidikan bukan hanya soal nilai bagus dan prestasi yang membanggakan.  

Namun ironisnya tidak jarang orang menganggap kita sekolah dan berkuliah hanya untuk bekerja dan hanya sekedar lulus. Mulai dari pihak perguruan tinggi lebih sering memberikan seminar tentang dunia kerja dibandingkan manfaat ilmu yang kita pelajari dari masing-masing jurusan dan bidang ilmu, atau orang tua/wali murid yang selalu mendukung anaknya untuk bersekolah agar bisa kerja di tempat yang bagus dengan gaji yang besar, bahkan dari kalangan murid dan mahasiswa sendiri kadang tidak memahami esensi dari belajar di sekolah atau perguruan tinggi seperti program sarjana yang seharusnya memiliki output penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan justru diharapkan dapat melatih keterampilan untuk dunia kerja, yang mana itu adalah output dari program diploma yang memang melatih keterampilan untuk masuk ke dalam industri.

Miskonsepsi ini bisa dibilang sudah mengakar dengan masif, bahkan Ganjar sebagai bacapres di 2024 nanti saja memiliki visi terhadap pendidikan agar lulusan bisa langsung bekerja. Persepsi tentang profesi juga memiliki peran terhadap pandangan pendidikan. Bayangkan saja ada anak petani yang bersekolah, bapaknya yang seorang petani selalu menasihati agar rajin belajar biar nanti kerja enak gak capek nyangkul kayak bapaknya, itu baru satu orang, kalau ratusan? Ribuan? Bukannya salah, tapi jika begitu memangnya siapa yang akan meneruskan profesi petani dikemudian hari bila motivasinya saja seperti itu, gak heran negara kita yang memiliki label negara agraris malah impor beras ke negeri jiran. Padahal semua profesi itu memiliki manfaatnya masing-masing, tidak ada yang lebih hina atau yang lebih terhormat.

Namun terlepas apapun gagasan dari para calon presiden nanti, isu pendidikan merupakan pilar utama yang membangun SDM negara, apakah rencana mengenai pengembangan kualitas pendidikan nantinya bisa konsisten berjalan? Atau ini hanya anget-anget tai ayam?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun