Ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan lain sebagainya pasti sudah tidak asing lagi di telinga kita wahai sobat milenials. Sila-sila tersebut telah dituntut untuk dihafalkan bahkan sejak kita masih kanak-kanak.
Siapa sih yang tak hafal Pancasila? Kalaupun ada yang tak hafal kerap kali akan menjadi bulan-bulanan netizen. Seperti yang pernah terjadi pada salah seorang finalis Puteri Indonesia 2020 lalu, dimana dia sempat gagal melafalkan dengan mulus sila Pancasila.
Lantas, benarkah lupa atau bahkan tidak hafal teks Pancasila adalah dosa terbesar bagi kita sebagai rakyat Indonesia? Atau orang yang mengaku telah menghafalnya bebas bertindak untuk mencibir mereka? Â Nah milenials, Pancasila bukan hanya sebuah teks yang wajib kita hafalkan. Namun, tentu saja juga wajib diamalkan. Tindakan bullying maupun hate speech tersebut merepresentasikan bahwasanya masih banyak orang yang mengaku pancasilais tetapi belum sepenuhnya mengamalkan Pancasila. Demikan juga dengan para "yang mulia" pejabat koruptor, yang mana setiap kegiatan kerjanya diiringi bacaan Pancasila, namun tetap saja masih berani mengambil yang bukan haknya.
Nah milenials, dengan demikian kita jadi sadar nih bahwa dengan hanya menghafal Pancasila tidak cukup untuk menjadikan kita orang yang bermartabat. Bentuk kecintaan pada Pancasila mestinya dilakukan dengan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Lalu, apa implikasi jika seluruh elemen masyarakat Indonesia mampu mengimplementasikannya secara sungguh-sungguh? Secara garis besar, beginilah potret Indonesia yang kemungkinan akan terjadi.
- Indonesia menjadi negara yang paling aman dan damai di dunia
Milenials, kalian tahu kan Bhinneka Tunggal Ika, sebuah tulisan pada pita putih yang dicengkeram dengan erat oleh kaki burung Garuda. Tulisan tersebut merupakan semboyan yang menggambarkan keadaan negeri kita yang sesungguhnya, yakni berbeda-beda tetapi tetap satu jua (unity in diversity). Hal ini sejalan dengan yang terdapat dalam kitab suci umat Muslim (Q.S. Al-Hujarat ayat 13) yang mana tujuan manusia diciptakan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya saling kenal-mengenal.
Kita hidup di dalam negara yang sangat beragam, mulai dari budaya, suku bangsa, etnis, dan agama. Keragaman tersebut pun telah diakui di seantero dunia. Oleh karenanya, yuk kita buktikan! jadikanlah Indonesia sebagai contoh kemajuan peradaban manusia. Bangsa yang bergotong royong membangun negerinya dengan memandang perbedaan. Iyap, memandang perbedaan sebagai keindahan yang mempersatukan kita.
Hiduplah dengan penuh toleransi, saling peduli dan adil terhadap sesama, tidak memandang rendah orang lain, dan lain sebagaimana yang tercantum dalam butir-butir Pancasila. Yakinlah, sikap-sikap demikian akan mewujudkan masyarakat Indonesia yang berbudi pekerti luhur, religius, berbudaya, dan menjunjung tinggi rasa kemanusiaan.
- Indonesia kembali menjadi "Macan Asia" yang mandiri dan tangguh.
"Tanah kita adalah Tanah Surga", sebutan rakyat untuk negerinya yang kaya dengan sumber daya alamnya. kekayaan tersebut merupakan amunisi besar bagi Indonesia untuk menjadi negara yang maju. Namun, apa daya fakta yang berlaku tidak seperti itu.
Sobat milenials, sebesar atau sekuat apapun suatu amunisi, tak ada fungsi bila senjatanya tak ada yang mengakurasi dan mengeksekusi. Layaknya kekayaan alam kita, belum didukung dengan SDM yang kaya pula. Atau sebenarnya kita emang kaya, jikalau berbicara soal kuantitas SDM. Namun, bagaimana mengenai kualitas seperti integritas dan sklills? juga demkian kah? Faktanya tidak sobat, terbukti dengan masih banyaknya pengangguran di negeri kita, dan masih banyak pula yang mengais rezeki sebagai buruh di negeri tetangga. Â Belum lagi, banyak sumber daya alam kita yang justru bukan kita yang mengelolanya. Lantas, Bisakah kita sebut kalau Ibu pertiwi sedang menangis melihat ini?
Disinilah kita butuh penerapan Pancasila secara sungguh-sungguh. Kerjasama seluruh elemen baik pemerintah hingga masyarakat desa pun sangat dibutuhkan. Bergotong royong, sikap Pancasilais yang sudah sepatutnya kita terapkan. Bertindak bersama-sama dengan tetap memperhatikan rambu normatif dalam Pancasila. Pemerintah menyusun dan melaksanakan kebijakan yang mengutamakan kepentingan rakyat. Contohnya dengan memprioritaskan peningkatan mutu sistem pendidikan berbasis Pancasila, baik anggaran, IPTEK, pengajar dan lain-lain yang berefek domino pada menguatnya kualitas SDM Indonesia. Dan rakyat pun mengawasi dengan mendukung tindakan yang baik serta berani mengkritisi kekeliruan Pemerintah. Nah, berani bersuara termasuk salah satu kontribusi penting dari kita wahai generasi milenials.
Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, begitulah bunyi pasal 33 ayat 3 UUD 1945. Pasal tersebut  nantinya bukan lagi hanya soal "hitam di atas putih". Namun, itulah yang benar-benar kita rasakan.
Dengan kesungguhan penerapan Pancasila, kita tidak lagi dikenal sebagai "macan asia yang tertidur". Karena kita sudah bangkit dan mandiri untuk mampu menjadi pusat pendidikan, teknologi, dan bahkan barometer perekonomian dunia. Tentunya dengan didukung SDM yang kualitas kecerdasannya mengungguli bangsa-bangsa lainnya serta bersih dan bebas dari perilaku korupsi.
Hai generasi milenial harapan bangsa,Â
Kedua potret di atas hanya garis besar dari banyaknya benefit yang dapat kita wujudkan apabila kita mengimplementasikan Pancasila dengan baik dan benar. Mungkin terkesan seperti mimpi atau bahkan hanya sebuah utopia. Tetapi, dengan segenap tenaga dan keinginan yang kuat untuk perubahan yang lebih baik, yakinlah kita pasti mampu mewujudkannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H