Disclaimer : ini hanya cerita fiksi
Gunung Lawu, yang menjulang tinggi di Jawa Tengah, Indonesia, adalah tempat yang terkenal dengan daya tarik mistis dan keheningan yang mencekam. Terselubung dalam hutan lebat dan legenda kuno, tempat ini telah menjadi tempat ziarah, misteri, dan penghilangan orang yang tidak dapat dijelaskan. Di antara penduduk setempat, ada desas-desus bahwa mereka yang menjelajah terlalu jauh ke kedalamannya mungkin tidak akan pernah kembali.
Rian Prasetyo, seorang pendaki berpengalaman dan pendaki gunung amatir, selalu tertarik dengan keindahan Gunung Lawu yang penuh teka-teki. Ketika dia mendengar tentang legenda seputar gunung tersebut, dia tidak dapat menahan keinginan untuk mengeksplorasi rahasianya. Rian merencanakan ekspedisi solo, bertekad mengungkap kebenaran di balik cerita tersebut.
Dia menghabiskan waktu berminggu-minggu untuk mempersiapkan perjalanannya, mengumpulkan perbekalan, dan memetakan rutenya. Teman-teman dan keluarganya merasa khawatir, namun kegembiraan Rian menular. Pada suatu pagi yang cerah, ia berangkat, meninggalkan kota yang ramai menuju hutan belantara Gunung Lawu yang tenang namun penuh misteri.
Saat dia mendaki, Rian mengagumi keindahan gunung tersebut. Hutan lebat semarak dengan suara alam, dan udara segar serta segar. Dia merasakan kegembiraan, tidak menyadari kegelapan yang menantinya.
Di tengah perjalanan mendaki gunung, Rian bertemu dengan sekelompok penduduk desa setempat. Mereka kembali dari ziarah ke salah satu situs suci gunung tersebut. Yang tertua di antara mereka, Pak Darman, menatap Rian dengan rasa ingin tahu dan prihatin yang bercampur.
"Kamu mendaki sendirian?" tanya Pak Darman.
"Ya," jawab Rian, "Saya sedang menjelajahi gunung."
Pak Darman menggeleng. "Gunung Lawu bukanlah tempat yang bisa dianggap enteng. Banyak yang hilang di sini, tidak pernah ditemukan. Roh gunung tidak menerima penyusup."
Rian tersenyum, berusaha meyakinkan lelaki tua itu. "Saya menghargai perhatian Anda, tapi saya sudah mempersiapkannya dengan baik. Saya akan berhati-hati."
Mata Pak Darman menjadi gelap. "Pastikan begitu. Gunung ini mempunyai cara untuk menguji mereka yang berani melangkah terlalu jauh."
Dengan kata-kata itu yang masih melekat di benaknya, Rian melanjutkan pendakiannya, mengabaikan peringatan itu sebagai takhayul belaka. Dia telah menghadapi tantangan sebelumnya dan percaya bahwa hal ini tidak akan berbeda.
Saat matahari mulai terbenam, Rian menemukan tempat yang cocok untuk mendirikan kemah. Dia mendirikan tendanya di dekat lapangan terbuka, dikelilingi pepohonan tinggi yang menghasilkan bayangan panjang dalam cahaya yang memudar. Hutan itu sangat sunyi, satu-satunya suara yang terdengar hanyalah gemerisik dedaunan yang tertiup angin.
Malam itu, Rian terbangun karena suara aneh di luar tendanya. Senandungnya pelan dan melodis, hampir seperti lagu pengantar tidur. Dia membuka ritsleting tendanya dan mengintip ke dalam kegelapan, tapi tidak melihat apa pun. Suara itu berlanjut, menariknya keluar ke dalam hutan.
Obor di tangan, Rian mengikuti melodi yang menghantui. Tampaknya datangnya dari mana saja dan tidak dari mana pun sekaligus. Semakin dalam dia menjelajah, dia menjadi semakin bingung. Pepohonan tampak mendekat di sekelilingnya, dan jalan yang diambilnya lenyap.
Tiba-tiba, dengungan itu berhenti. Rian mendapati dirinya berada di lapangan kecil, diterangi cahaya bulan yang pucat. Di tengah lapangan berdiri sesosok tubuh, terselubung bayangan. Itu adalah seorang wanita, wajahnya tertutup, kehadirannya meresahkan.
"Siapa kamu?" Rian berseru, suaranya bergetar.
bersambung...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H