Mohon tunggu...
Tety
Tety Mohon Tunggu... Human Resources - emak-emak pemalu

suka ngayal yang aneh-aneh

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Kantor Hantu

2 Juli 2024   09:20 Diperbarui: 2 Juli 2024   12:53 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Di jantung pusat kota, sebuah gedung perkantoran tua berdiri, ditinggalkan dan diselimuti misteri. Dulunya merupakan pusat aktivitas yang ramai, namun telah ditinggalkan selama bertahun-tahun setelah serangkaian kecelakaan yang tidak dapat dijelaskan. Rombongan terakhir yang menempati ruangan itu telah melarikan diri dengan tergesa-gesa, meninggalkan meja-meja yang penuh dengan kertas dan barang-barang pribadi.

Tira, seorang jurnalis muda dan ambisius, telah mendengar cerita tersebut. Bisikan suara-suara aneh, kerlap-kerlip lampu, dan bayangan yang bergerak sendiri. Bertekad untuk mengungkap kebenaran, dia memutuskan untuk bermalam di sana, berbekal kamera, senter, dan buku catatan.

Saat senja tiba, dia mendekati gedung itu, fasadnya yang menjulang tinggi menjulang di langit yang semakin gelap. Dia mendorong pintu yang berat dan berderit itu dan melangkah masuk. Udara dipenuhi debu, dan bau jamur yang samar masih melekat. Satu-satunya suara yang terdengar hanyalah gema langkah kakinya di lantai ubin yang retak.

Dia berjalan menuju lift, sebuah alat kuno yang mengerang protes saat dia menekan tombol menuju lantai paling atas. Dengan gemetar dan tersentak, ia mulai mendaki perlahan. Lampu berkedip-kedip, menimbulkan bayangan menakutkan di dinding. Jantung Tira berdebar kencang, tapi dia memaksa dirinya untuk tetap tenang.

Pintunya terbuka dengan bunyi ding, memperlihatkan lorong panjang yang remang-remang. Kantor-kantor berjajar di kedua sisi, pintu-pintunya terbuka seolah-olah ada yang pergi dengan tergesa-gesa. Tira berjalan menyusuri lorong, senternya menembus kegelapan. Dia berhenti di kantor pertama dan mengintip ke dalam. Meja-meja terbalik, kertas-kertas berserakan dimana-mana, dan rasa tidak nyaman menggantung di udara.

Dia menyiapkan kameranya, mengarahkannya ke ambang pintu, dan duduk di salah satu meja untuk membuat catatan. Saat dia menulis, dia mendengar suara bisikan samar, seperti gemerisik kertas. Dia mendongak, tapi ruangan itu kosong. Sambil menghilangkan rasa gugupnya, dia melanjutkan pekerjaannya.

Berjam-jam berlalu, dan bangunan itu tampak hidup dengan suara-suara aneh. Derit papan lantai, dengungan lembut, dan suara mesin ketik di kejauhan. Senter Tira berkedip-kedip, dan tiba-tiba dia merasa merinding. Dia membungkus jaketnya lebih erat di sekelilingnya dan berdiri untuk memeriksa kameranya.

Saat dia mendekatinya, suhunya semakin turun. Dia bisa melihat napasnya di udara. Bisikan itu semakin keras, dan dia berbalik, mencoba menemukan sumbernya. Sinar senternya jatuh pada sosok yang berdiri di ambang pintu. Seorang pria berjas kuno, matanya cekung dan gelap.

Nafas Tira tercekat di tenggorokannya. Pria itu melangkah maju, dan dia tersandung ke belakang, senternya jatuh ke lantai. Dia mencari-cari kameranya, putus asa untuk menangkap bukti, tetapi sosok itu menghilang secepat kemunculannya.

Tiba-tiba, ruangan itu menjadi gelap gulita. Senternya telah padam sepenuhnya. Kepanikan mulai terjadi, dan Tira bergegas mencari ponselnya. Saat dia menyalakan layar, dia melihat sebuah pesan tertulis di dinding dengan warna merah:

"Pergi sekarang, atau bergabunglah dengan kami selamanya."

Tangan Tira gemetar saat dia mengambil barang-barangnya dan berlari menuju lift. Bisikan itu mengikutinya, semakin keras dan mendesak. Pintu lift sepertinya butuh waktu lama untuk ditutup, dan ketika itu terjadi, dia melihat bayangan bergerak ke arahnya, mengulurkan tangan hantu.

Perjalanan turun sangat lambat, setiap detik terasa seperti selamanya. Ketika pintu akhirnya terbuka, Tira menghambur ke lobi dan berlari menuju pintu keluar. Dia tidak berhenti sampai dia berada di luar dengan aman, terengah-engah di bawah langit malam yang dingin.

Saat dia melihat kembali ke gedung, dia melihat sesosok tubuh berdiri di jendela, mengawasinya. Dia kemudian tahu bahwa cerita itu benar. Kantor itu berhantu, dan banyak hantu yang merenggut nyawanya sebelum dirinya.

Tira tidak pernah kembali ke gedung itu, tapi dia menulis tentang pengalamannya, memperingatkan orang lain untuk menjauh. Kantor berhantu itu tetap menjadi tempat yang gelap dan kosong, rahasianya terkunci bersama roh-roh yang tinggal di dalamnya.

Sekian.

*saya newbie mohon bantu komentarnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun