Hidup di dunia ini penuh dengan tantangan, ujian, dan cobaan yang kadang membuat hati kita gelisah, kecewa, atau bahkan putus asa. Seringkali manusia merasa hidupnya tidak bahagia, padahal Allah sudah memberikan nikmat begitu banyak kepadanya.
Harus diingat, hidup bahagia berasal dari hati yang tenang dan bersih. Dengan memiliki hati yang bersih dapat meraih kebahagiaan di dunia hingga kelak di akhirat.
Terkadang kita mengukur sesuatu dengan apa yang dilihat, bukan dengan yang kita rasakan. Kita selalu melihat orang kaya pasti hidupnya bahagia. Padahal belum tentu. Sebaliknya kita melihat orang miskin pasti hidupnya tidak bahagia. Belum tentu juga.
Kebahagiaan itu tidak melihat apakah dia orang kaya atau bukan. Selama hatinya tenang, selama itu kebahagiaan itu selalu ada.
Begitu tausyiah Ustadz Hilman Fauzi S.E, M.Esy dalam kajian bertajuk "Menghindari Kebiasaan Lama, Membangun Kebiasaan Baru: Menata Hati untuk Masa Depan Baru", di hadapan alumni SMA Negeri 1 Depok, Sabtu 25 Januari 2025, di Balairung Budi Utomo, Hotel Bumi Wiyata Depok, Jawa Barat.
Banyak di antara kita yang belum sepakat mengerti arti bahagia. Semua orang ingin hidupnya lebih baik. Semua orang ingin hidupnya lebih bahagia. Tapi, apa arti kebahagiaan itu? Apa yang bisa membuat kita bahagia?
Apakah kebahagiaan itu hanya dinikmati oleh orang kaya? Adakah orang kaya yang galau? Adakah orang kaya yang hatinya tidak tenang? Adakah orang miskin yang frustasi? Adakah orang miskin yang gelisah? Tentu saja jawabannya ada. Pertanyaan, lebih banyak orang kaya atau orang miskin?
"Berarti bisa kita simpulkan kaya miskin tidak menjamin kebahagiaan. Maka ada rumus, dikayakan belum tentu dimuliakan. Dimiskinkan belum tentu dihinakan. Ayo pilih, kaya gelisah atau miskin tenang?" ucapnya.
Ustadz menegaskan jika kaya itu kita yang mengusahakan. Tenang itu, Allah yang berikan. Namun, kaya saja tidak cukup, yang paling mahal dalam hidup kita adalah tenang. Jika kita hanya mengejar kayanya tapi lupa dengan Allah, maka siap-siap saja kecewa.
"Berarti yang bikin orang bahagia, bukan tentang hartanya, bukan pangkat jabatannya, tapi tentang ketenangan hati yang bisa kita dapatkan di dalamnya. Semua urusan itu bermula dari hati," kata ustadz asal Garut, Jawa Barat, yang akrab disapa Aa Hilman, ini.
Dikatakan, kita harus memiliki iman, ilmu dan ikhlas  agar bisa menata hati untuk masa depan yang lebih baik. Kita boleh kehilangan apapun, asal jangan kehilangan iman di hati kita. Kita boleh diuji seberat apapun asal ada iman, ujian itu akan dapat dilalui. Orang yang punya iman tidak akan mudah rapuh hidupnya.
Mengutip surat Ali-Imran ayat 139, "Janganlah kamu (merasa) lemah dan jangan (pula) bersedih hati, padahal kamu paling tinggi (derajatnya) jika kamu orang-orang mukmin."
Ada tiga ciri orang yang kurang iman. Satu, masih sering gelisah dengan apa yang sudah terjadi. Dua, sering khawatir dengan yang belum terjadi. Tiga, merasa capek dan lelah dengan yang sedang dijalani. Orang yang memiliki ketiga ciri ini, hidupnya tidak akan bahagia.
Adapun ilmu untuk semakin memantapkan keimanan kita. Imam Syafei mengatakan Rasulullah bersabda, "Barangsiapa yang tidak merasakan pahitnya menuntut ilmu, maka ia tidak akan merasakan manisnya ilmu yang ia dapatkan."
"Perempuan harus disibukkan dengan ilmu, jika tidak akan disibukkan dengan prasangka-prasangkanya," kata ustadz di hadapan para alumni SMAN 1 Depok lintas angkatan dan masyarakat umum lainnya.
Ustadz melanjutkan, "Hidup ini tidak lama, hanya sebentar. Belajarlah ikhlas dalam menjalani semuanya. Masa depan Allah yang tahu, boleh jadi sesuatu yang paling kita benci akan menjadi cerita indah di masa depan."
Ustadz juga mengingatkan untuk tidak membandingkan hidup kita dengan hidup orang lain. Ia juga menyampaikan agar iman terjaga baik, ada lima cara atau yang disingkat 5S, yaitu syukur, sabar, silaturahmi, sedekah dan shalat.
"Siapa yang banyak mengucapkan Alhamdulillah maka Allah akan beri nikmat yang tidak terhingga dalam hidupnya. Di balik takdir yang membuatmu menangis, pasti akan ada takdir yang membuatmu tersenyum manis," ucapnya.
Ustadz menegaskan sabar itu tidak ada batasnya, tapi kemampuan kita yang terbatas. Mengapa sabar tidak ada batasnya karena pahala orang sabar itu adalah surga. Â
***
Ketua Ika Smansa (Ikatan Alumni SMAN 1) Depok periode 2023 -- 2026, Asri Azhar Rahmatullah, menyampaikan kegiatan yang pertama kali diadakan ini sebagai bentuk kontribusi kepada masyarakat Depok. Yaitu menjadi bagian dari stakeholder untuk memberikan nilai yang berkelanjutan. Sebagaimana visi Ika Smansa.
"Terbentuknya Ika Smansa tidak hanya berhubungan dengan duniawi, tapi juga meningkatkan nilai-nilai spiritual. Dan tidak hanya kegiatan yang bersifat untuk alumni tapi juga memberikan kontribusi kepada masyarakat, khususnya warga Depok," ucapnya.
Diharapkan IKASMANSA yang dibentuk pada 20 Mei 2023 ini menjadi wadah silaturahmi sekaligus networking bagi keluarga besar SMAN 1 Kota Depok yang terus mampu memberikan dampak dan manfaat positif bagi semua.
Dikatakan tujuan dibentuknya ikatan alumni adalah sebagai syiar yang tidak hanya untuk lintas alumni. Melainkan juga untuk sekolah dan warga Depok. Tidak heran, kajian ini juga dihadiri masyarakat umum.
Sementara itu, Kepala SMAN 1 Depok Kepala SMA Negeri 1 Depok, Usep Kasman, M.Pd mengapresiasi kegiatan positif dan bermanfaat ini. Pihaknya berharap dengan kegiatan ini memperoleh keberkahan kepada semuanya. Silaturahmi pun dapat terjalin erat.
Menurutnya, kehadiran Ika Smansa Depok memungkinkan alumni tetap terhubung, saling mendukung, dan bersama-sama mengembangkan diri serta lingkungan sekitar.
Selain itu, menjalin kerja sama untuk memajukan sekolah, dan membangun citra positif sekolah di masyarakat. Kehadirannya juga dapat membantu alumni dalam mencari lapangan kerja, memberdayakan masyarakat melalui kegiatan sosial.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI