LPDB KUMKM atau Lembaga Pengelola
Dana Bergulir Koperasi dan UMKM mengajak Forwakop atau Forum Wartawan Koperasi berkumpul dalam kegiatan media gathering pada 18-20 Oktober 2024 di Sari Ater Hotel & Resort, Ciater, Subang, Jawa Barat.Â
Lembaga ini adalah satuan kerja Kementerian Koperasi dan UKM (sebelum kementerian ini dipisah) yang bertugas mengelola dana bergulir untuk pengembangan usaha Koperasi dan UMKM.
Kegiatan bertema "Peran Media dalam Meningkatkan Akses Pembiayaan Koperasi & UMKM" ini untuk menjalin silaturahmi yang lebih erat lagi setelah sekian lama terbina. Kegiatan diisi dengan bedah buku, pemaparan capaian LPDB-KUMKM selama 5 tahun terakhir, dan ramah tamah.
Ciater yang berada di Kabupaten Subang, Jawa Barat, sebagaimana kita ketahui identik dengan pemandian air panas. Tidak heran, di resort ini ditemukan banyak kolam air panas. Di beberapa titik restoran, dan bungalaw dilengkapi dengan fasilitas kolam air hangat. Belum lagi kolam air hangat yang dibuka khusus untuk umum. Kolam yang tidak menyatu dengan penghuni hotel atau resort.
Namun, di Ciater tidak melulu menawarkan pemandian kolam air panas. Di resort ini juga menawarkan aktivitas outdoor atau beraktivitas di alam terbuka. Salah satunya, aktivitas arung jeram atau rafting yang tentu saja sudah bisa dibayangkan penuh rintangan dan tantangan yang memacu adrenalin.
Usai sarapan pagi, pada Sabtu 19 Oktober 2024, rombongan LPDB-KUMKM dan Forwakop pun berkesempatan mencoba aktivitas ini. Termasuk Direktur Utama LPDB-KUMKM Supomo, serta Direktur Umum dan Hukum LPDB-KUMKM Otje Koesoema Prasetia.
Sampailah rombongan di wahana arung jeram. Jadwalnya tercatat pukul 09.00 pagi. Setidaknya terlihat di papan whiteboard. Petugas menyampaikan sebelum memulai aktivitas ini, para pengunjung diwajibkan menggunakan pengaman seperti jaket pelampung dan helm.
Aksesoris seperti jam tangan dan hp disarankan untuk tidak dikenakan dan disimpan. Bagi yang mengenakan kacamata, kacamatanya sebaiknya diikat pakai karet gelang agar tidak terjatuh saat mengikuti aktivitas ini. Bagi yang memakai sendal atau sepatu harap dilepas, kecuali sandal gunung.
Setelah itu, pengunjung harus mendengarkan pengarahan dari instruktur. Setelah siap barulah pengunjung dapat menaiki perahu karet dengan didampingi seorang pemandu. Dalam satu perahu karet maksimal dapat dinaiki oleh empat orang termasuk seorang instruktur.
"Tidak seperti di tempat lain, di sini, yang pegang dayung hanya pemandu. Pengunjung hanya berpegangan pada tali yang terdapat di perahu karet. Pegangnya biasa saja, jangan dibelit di jari. Kalau perahu terbalik, pegangan pada tali segera dilepas agar tidak terbawa perahu," begitu kata petugas.
Baguslah penumpang tidak perlu mendayung sehingga tenaga pun tidak terkuras untuk mendayung. Terbayang kan capeknya.
Jika Anda tidak punya nyali jangan harap bisa merasakan sensasi mengikuti arung jeram ini. Bagi yang punya penyakit tertentu seperti riwayat sakit jantung, usia di atas 60 tahun, riwayat patah tulang, dilarang untuk mengikuti aktivitas ini. Bisa dibilang hanya "orang-orang pilihan" yang bisa mengikuti aktivitas outdoor ini.
Rombongan pun bersiap menaiki perahu karet yang berbentuk lonjong. Arus sungai sepertinya terlihat sepertinya tidak begitu deras. Jadi, olahraga wisata arung jeram ini cukup aman untuk anak-anak berusia di atas 10 tahun. Kedalaman sungainya antara 2-3 meter. Begitu informasi petugas.
Pemandu tampak sibuk mengatur siapa-siapa saja yang naik perahu karet ini, siapa yang di perahu karet itu. Biar perahu tampak seimbang. Ada yang sudah duduk bersila di perahu karet, eh diarahkan pindah ke perahu karet sebelahnya.
Ada juga pemandu yang tampak mengisi angin pada perahu karet untuk memastikan tekanan cukup aman dibawa "berselancar". Setelah semua siap, pemandu memberikan aba-aba.
"Satu, dua, tiga... go...!" Bunyi pluit pun bereriak. Perahu karet lalu meluncur satu persatu menerjang turunan pertama. Semua berteriak lalu tertawa.
Air sungai yang disusuri bersuhu hangat karena diturunkan dari sumber mata air belerang dari Gunung Tangkuban Perahu. Meski ini air belerang tapi aroma air belereng tidak mencolok seperti di Gunung Tangkuban Perahu atau di Kawah Putih Ciwidey.
Sungai di sini memang terbilang sempit dan dangkal, namun arusnya cukup deras juga ternyata, sehingga perahu karet melaju kencang dan memacu adrenalin.
Treknya sih tidak terlalu jauh. Hanya sekitar 1,3 kilometer. Tapi, ketika menyusuri sungai yang cukup terjal, jarak sudah tidak menjadi fokus perhatian lagi. Aba-aba dari pemandu harus menjadi perhatian serius. Jangan sampai karena salah mendengar aba-aba atau salah "menerjemahkan" aba-aba, bisa-bisa perahu menjadi terbalik.
"Ke kanan," teriak pemandu yang berarti tubuh harus condong ke kanan untuk menghindari menabrak batu besar.
"Ke kiri...!" berarti tubuh harus condong ke kiri.
Beberapa perahu terbalik dan membuat penumpangnya tercebur ke arus sungai. Ternyata arusnya cukup kuat juga. Sampai ada yang terbawa arus sejauh 10 meter dan mulutnya kemasukan air. Blep blep blep blep. Hap, lalu baju pelampung terasa ditarik.
Syukur selamat. Syukur kacamata tidak terlepas. Syukur hanya memar-memar sedikit di bagian kaki. Syukur hanya mata yang perih, hati tidak. Syukur tidak banyak menelan air sungai.Â
Untungnya, bumi masih berputar
Untungnya, ku tak pilih menyerah
Untungnya, ku bisa rasa
Hal-hal baik yang datangnya belakangan
"Eh loe kebawa arus juga?" tanya saya pada kawan saya, Wawa. Eh, iya lupa saya dan dia, satu perahu karet. Kami pun tertawa lepas.
Wawa ini awalnya masih ragu-ragu untuk ikut arung jeram karena belum pernah mengikuti aktivitas itu. Namun, karena penasaran dan ingin tahu juga, akhirnya ikut juga.
Perjalanan pun dilanjutkan setelah posisi kembali berada di perahu karet. Perjalanan menyusuri sungai melewati area tenda-tenda dan menjadi pemandangan bagi wisatawan di sana. Tapi bukan berarti tanpa  rintangan. Beberapa kali perahu karet saling beradu, bertubrukan. Bukannya kaget, yang ada malah kami tertawa-tawa.
Akhirnya, arung jeram sampailah di garis finish. Trek terjal yang sepanjang 1.2 kilometer itu memakan waktu sekitar 30 menit. Baju basah semua. Tubuh sedikit menggigil kedinginan.
Lalu kami kembali ke titik semula dengan menggunakan kendaraan yang sudah dimodifikasi. Sampai di sini, kami melepaskan baju pelampung dan helm untuk dipakai oleh pengunjung berikutnya.
"Tahu nggak kenapa perahu gue bisa terbalik?" ucap Adhe Firmansyah, jurnalis iNews TV, yang didapuk sebagai Ketua Forwakop, mengingat aktivitas jarum jeram tadi.
"Gue salah ngejalanin instruksi. Pemandunya bilang ke kanan, eh gue malah ke kiri bukan ke kanan, jadi terbaliklah perahunya," katanya tertawa.
Ya, berpetualang wisata arung jeram ini sangat mengasyikan. Terlebih di lintasan ini pengunjung disuguhi dengan trek yang cukup terjal dan menantang. Meski trek cukup terjal namun arus sungai di lintasan ini sudah diatur sehingga aman bagi para pengunjung anak-anak. Jadi, sangat cocok sebagai wisata keluarga.
Ternyata, mengikuti aktivitas arung jeram ini banyak manfaatnya buat kesehatan fisik dan mental. Berdasarkan literatur, arung jeram dapat meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot, kapasitas jantung dan paru-paru, serta fleksibilitas sendi bahu dan pinggang, menguatkan otot lengan, melatih keseimbangan gerak tubuh, serta sarana rileks dan relaksasi yang menyenangkan.
Mau coba? Asyik tahu...!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H