Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - hanya ibu rumah tangga biasa

Hobby sederhana: membaca, menulis, memasak, travelling

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

PIVERI Kunjungi Museum Bahari Sarwajala, Melihat Lebih Dekat Perjuangan ALRI di Cirebon

20 Oktober 2024   06:40 Diperbarui: 20 Oktober 2024   06:50 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketum PIVERI saat menyerahkan tali asih kepada pengolala Museum Bahari Sarwajala (Dok. PIVERI)

Selama ini Cirebon, Jawa Barat, dikenal sebagai Kota Wali dan Kota Udang. Ternyata, Cirebon menyimpan banyak sejarah di masa-masa paska kemerdekaan Indonesia. Terutama mengenai kekuatan Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) yang berjuang mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan negeri ini di masa itu.

Mungkin banyak masyarakat yang belum mengetahui mengenai goresan sejarah tersebut. Dulu, di masa-masa kemerdekaan Indonesia, kekuatan riil Angkatan Laut berada di Cirebon. Di masa itu, AL Indonesia sudah diakui memiliki armada yang kuat dan ditakuti negara lain.

Kekuatan itu didukung pula dengan gudang tanker bahan bakar, tanker bahan makanan, dan amunisi senjata. Ini yang membuat kekuatan ALRI menjadi kekuatan yang luar biasa di Cirebon. Meski para personel ALRI ini "hanya" gabungan Jakarta dan Cirebon. Namun, kekuatannya cukup menggoyahkan angkatan laut negara lain.

Gambaran begitu kuatnya armada ALRI ini terekam dalam Museum Bahari Sarwajala, yang berada dalam kawasan wisata di Waterland Ade Irma Kota Cirebon, Jawa Barat. Museum yang dibangun Pangkalan TNI AL Cirebon ini untuk masyarakat ini berisikan sejarah pasukan angkatan laut di Cirebon.

Di museum ini juga merekam peristiwa dalam 3 fase sejarah. Yaitu pada awal masa Kesultanan Cirebon yang sudah memiliki pasukan angkatan laut Sarwajala, masa perjuangan di masa kemerdekaan dan di masa sekarang, dan paska kemerdekaan.

Rombongan Persatuan Isteri Veteran Republik Indonesia (PIVERI) pun berkesempatan mengunjungi museum yang dibangun pada 2021 itu, Rabu 16 Oktober 2024. Rombongan dipimpin oleh Ketua Umum PIVERI Ibu Lina Indiarti Wresniwiro didampingi Waketum PP PIVERI Ibu Titik Djoko.

"PIVERI merasa berkewajiban napak tilas ke museum ini. Karena ternyata, banyak sejarah Sarwajala atau prajurit laut di Kota Cirebon. Sebagai isteri veteran, kami ingin menghargai jasa para pahlawan yang sudah berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia," ucapnya.

Dalam kunjungannya itu, PIVERI mengeksplor seluruh ruangan museum yang juga berisi sejarah penting dari Kapten Samadikun. Mulai dari perjuangan di zaman dulu angkatan laut Sarwajala, perjuangan kemerdekaan, dan masa kini menggambarkan kontribusi sarwajala pada negara. 

Dokumentasi PIVERI
Dokumentasi PIVERI
Kapten Samadikun sendiri sosoknya sangat disegani oleh angkatan laut negara lain. Itu sebabnya, di museum ini berdiri gagah Patung Kapten Samadikun -- pahlawan laut Cirebon.

Di dalam Museum Bahari Sarwajalaada juga terdapat Monumen KRI Gadjah Mada. Ini adalah nama Kapal Perang Republik Indonesia ALRI. Kapal yang didatangkan dari Singapura pada Oktober 1946 untuk memperkuat ALRI Kapal ini datang dari Singapura dan akan dipakai oleh ALRI di Pangkalan III Cirebon.
 
KRI Gadjah Mada 408 ini kapal berjenis coaster atau kapal pengangkut logistik untuk memenuhi kebutuhan dalam pertempuran laut. Memiliki haluan dan lambung kapal dari bahan kayu. Lantaran bukan kapal tempur, KRI Gadjah Mada 408 hanya dilengkapi persenjataan berupa satu meriam otomatis dan satu senapan mesin.

Angka "408" diambil dari nomor pada lambung kapal. KRI Gadjah Mada 408 inilah yang kemudian menorehkan kisah kepahlawanan usai terlibat pertempuran laut melawan kapal milik Belanda.

Nah, Letnan Satu Samadikun ditunjuk sebagai komandan latihan dan komandan KRI Gadjah Mada 408. Latihan perang bersama Angkatan Darat, Kepolisian, dan laskar-laskar se-Karesidenan Cirebon di perairan Teluk Cirebon berlangsung pada 1-5 Januari 1947.

Pada 4 Januari 1947, terlihat kapal milik Belanda, yaitu kapal perang berjenis korvet alias kapal pemburu. Alasannya karena Belanda menganggap ALRI telah melanggar status quo atas Perundingan Linggarjati yang diteken pada 15 November 1946 meski belum disahkan secara resmi.

Tentu saja Letnan Satu Samadikun yang memimpin KRI Gadjah Mada 408 tidak tinggal diam mengetahui keberadaan kapal asing di wilayah perairan Indonesia. Ia mulai mengarahkan kapalnya mendekati kapal Belanda tersebut.

Ia meminta kepada kapal-kapal milik Indonesia lainnya agar kembali ke pelabuhan Cirebon. Letnan Satu Samadikun bersama KRI Gadjah Mada 408 melakukan manuver untuk mengusir kapal milik Belanda yang akhirnya keluar dari wilayah perairan Indonesia.

Dokumentasi PIVERI
Dokumentasi PIVERI

Selain kisah heroik Kapten Samadikun yang gugur di laut Cirebon, ALRI saat itu juga terlibat dalam sejumlah pertempuran di kaki Gunung Ciremai yang kemudian ditandai dengan Tugu Pahlawan Samudera dan Taman Makam Pahlawan Samudera di Komplek Balong Dalem Desa Babakanmulya, Kecamatan Jalaksana, Kabupaten Kuningan.

Ketum PIVERI sangat mengapresiasi keberadaan museum ini. Tempat wisata yang sarat edukasi dan sumber inspirasi. Karena itu, pihaknya menganjurkan masyarakat, terutama generasi muda untuk mengunjungi museum ini.

"Agar para generasi muda lebih menyadari jasa perjuangan para pahlawan dan kebesaran sejarah kemaritiman yang ada di Indonesia terutama di Kota Cirebon," ucapnya.

Dikatakan, Cirebon memiliki sejarah panjang. Baik sebelum kemerdekaan maupun sesudah kemerdekaan.  Bagaimana para pahlawan berjuang mempertahankan kemerdekaan negara ini. Perjalanan Angkatan Laut di Cirebon turut menjadi bagian dalam sejarah kemerdekaan Republik Indonesia.

Sejarah mencatat, Cirebon sebagai pintu gerbang maritim Indonesia. Cirebon dapat dibeli kapal perang untuk Angkatan Laut pada masa itu dari hasil keuntungan dari maritimnya. Meski hanya memiliki tiga kapal, namun pemuda-pemuda di Cirebon penuh semangat mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Menurutnya, keberadaan Museum Bahari Sarwajala ini merupakan langkah maju dalam pengembangan kesejarahan Cirebon yang menjadi salah satu kota perjuangan TNI AL.

"Saya berharap dengan adanya Museum Bahari Sarwajala, masyarakat luas, tidak hanya masyarakat Kota Cirebon, lebih menyadari jasa perjuangan para pahlawan dan kebesaran sejarah kemaritiman yang ada di Indonesia terutama di Kota Cirebon," ucapnya.

PIVERI berharap museum ini terus berkembang untuk bisa menjadi besar dan maju seperti museum serupa yang ada di luar negeri. Lebih lengkap mengungkap sejarah perjuangan ALRI di masa-masa itu.

Dalam kesempatan itu, PIVERI memberikan tali kasih kepada pengelola Museum Bahari Sarwajala sebagai bentuk ungkapan terima kasih atas dedikasinya menjaga catatan sejarah perjuangan Angkatan Laut Republik Indonesia.

Ketum PIVERI saat menyerahkan tali asih kepada pengolala Museum Bahari Sarwajala (Dok. PIVERI)
Ketum PIVERI saat menyerahkan tali asih kepada pengolala Museum Bahari Sarwajala (Dok. PIVERI)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun