Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - hanya ibu rumah tangga biasa

Hobby sederhana: membaca, menulis, memasak, travelling

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

PIVERI Napak Tilas ke Gedung Perundingan Linggarjati, Tempat Bersejarah yang Mengubah Nasib Bangsa Indonesia

18 Oktober 2024   10:53 Diperbarui: 18 Oktober 2024   19:52 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memasuki gedung ini terdapat barang koleksi. Terdiri dari foto dokumentasi yang menangkap momen bersejarah saat pertemuan antara delegasi Belanda dan Indonesia diadakan. Ada sekitar 48 koleksi foto dan koran mengenai peristiwa Perundingan Linggarjati. Foto-foto ini dipajang di setiap sudut ruangan yang mengajak kita untuk merasakan suasana sejarah saat itu.

Dilengkapi juga koleksi replika posisi perundingan yang ditempatkan sesuai dengan peristiwa perundingan pada 78 tahun silam. Ada kamar Delegasi juga dengan berbagai furnitur orisinil. Agak tersembunyi di satu ruangan kecil, kita akan menemukan koleksi keramik tua peninggalan Belanda yang disusun rapi di dalam lemari.

Di sepanjang lorong yang menghubungkan berbagai ruangan di Gedung Linggarjati, kita dapat merefleksikan perjuangan dari mendiang Sutan Syahrir dan rekan-rekannya dalam mempertahankan kedaulatan Indonesia di hadapan perwakilan Belanda.

Sementara itu, di bagian barat gedung, kita menemukan ruangan yang pernah dipakai Presiden Soekarno bertemu dengan Lord Killearn, seorang utusan asal Inggris, sebelum berlangsungnya Perundingan Linggarjati pada 10-13 November 1946.

Gedung Linggarjati dipilih karena dianggap sebagat tempat yang paling netral dan strategis untuk memfasilitasi perundingan tersebut. Kebetulan juga diusulkan oleh Maria Ulfah Santoso, tokoh berpengaruh dan anak dari R Mohamad Ahmad (Bupati Kuningan periode 1921-1940).

Dokumentasi PIVERI
Dokumentasi PIVERI

Meski perjanjian itu sudah disepakati kedua pihak, nyatanya pihak Belanda tetap mengingkari isi perjanjian itu, bahkan mereka melakukan konfrontasi militer ke wilayah Indonesia dengan membonceng nama besar sekutu.

Adapun pokok utama Perjanjian Linggarjati menekankan jika Belanda mengakui secara de facto wilayah Indonesia hanya untuk wilayah Sumatera, Jawa, dan Madura. Pihak Belanda juga menyepakati pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS). Itu pun dengan catatan RIS nantinya harus bergabung sebagai negara persemakmuran di bawah Kerajaan Belanda.

Isi perjanjian lainnya, Belanda harus meninggalkan Indonesia selambat-lambatnya pada 1 Januari 1949. Beberapa bulan usai negosiasi di Linggarjati, pada 25 Maret 1947, isi dari perjanjian tersebut akhirnya ditandatangani dalam satu upacara kenegaraan di Istana Rijswijk Jakarta (sekarang Istana Negara Jakarta).

Ketua Umum Piveri Ibu Lina Indiarti Wresniwiro mengaku terkagum-kagum atas sepak terjang para pemuda Indonesia pada 1946 yang memiliki keberanian tinggi. Dengan kondisi terbatas pergi ke daerah pedalaman untuk mempertahankan kedaulatan Republik Indonesia. Gedung Linggarjati telah menjadi titik balik bagi Indonesia, karena setelahnya kedaulatan bangsa diakui di mata dunia.

"Tanpa perjuangan tersebut, Indonesia belum tentu bisa seperti saat ini. Generasi penerus harus mengetahui sejarah ini agar bisa membayangkan perjuangan dan semangat mempertahankan kemerdekaan," ucapnya yang didampingi Waketum PP PIVERI Ibu Titik Djoko beserta para isteri veteran yang tergabung di PP PIVERI & KCP.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun