Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - hanya ibu rumah tangga biasa

Hobby sederhana: membaca, menulis, memasak, travelling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lima Bekal Sebelum Kembali kepada Allah Swt

9 September 2024   15:33 Diperbarui: 9 September 2024   15:42 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fosil 88 (Forum Silaturahmi Alumni SMPN 2 Depok Angkatan 1988) seksi Rohani Islam kembali menyelenggarakan kajian Islam, Minggu 8 September 2024 di Panti Asuhan Al-Amanah, Bedahan, Sawangan, Depok, Jawa Barat.

Kajian yang mengupas "Lima bekal sebelum kembali kepada Allah Swt", ini disampaikan oleh Ustadz Heri Pramono, SE.I. Dihadiri sekitar 60 anak panti asuhan dan pengurus panti, serta anggota Fosil 88.

Dalam tausyiahnya, Ustadz Heri mengatakan kematian bisa datang kapan dan di mana saja. Tidak ada seorangpun yang bisa mengetahui kapan waktunya. Semua menjadi rahasia Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Sayangnya, masih banyak orang yang lalai memanfaatkan waktu di dunia. Ketika seseorang meninggal, dia tidak cukup membawa bekal menghadapNya.

Sebelum menghadap Allah, kita harus punya bekal. Seperti halnya ketika melakukan perjalanan jauh, kita juga mempersiapkan bekal agar selama perjalanan aman dan nyaman. Tentu saja selamat sampai tujuan dan berjumpa dengan sosok yang sudah menanti kedatangan kita.

Allah berfirman, "Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa. (QS. Al Baqarah: 197)

Sebagai orang yang beriman, kembali kepada Allah dan akan berjumpa denganNya adalah sesuatu yang sudah digariskan olehNya. Perjumpaan ini tidak bisa dibantah dan tidak terbantahkan. Pertemuan yang diyakini kebenarannya.

Allah berfirman dalam surah Al-baqarah ayat 45-46, "Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'. (Yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.

Sejatinya, bekal menghadap Allah itu sudah harus dipersiapkan bagi orang yang usianya sudah 40 tahun ke atas. Usia 40 tahun adalah momen tepat saat seseorang mempersiapkan bekal utamanya sebelum ajal menjemput. Di usia ini, iman harus kembali diperkuat.

Lantas apa bekal yang harus kita persiapkan? Ustadz Heri mengungkapkan ada sedikitnya 5 bekal yang harus dipersiapkan sebelum kembali kepada Allah Subhana wa ta'ala. Yaitu:

Dokumentasi Fosil 88
Dokumentasi Fosil 88

1. Perbanyak berdoa mensyukuri hidup

Sejatinya doa untuk mensyukuri hidup sudah harus dilakukan jauh sebelum usia 40 tahun. Namun, usia 40 tahun menjadi usia paling tepat karena sudah cukup lama hidup di dunia. Salah satu cara mensyukuri hidup yaitu dengan menggunakan panca indera pada hal yang baik-baik.

"Nikmat penglihatan mata, syukuri dengan nikmat mata sesuai peruntukan yang sudah ditetapkan. Fungsi mata, melihat yang baik-baik. Fungsi telinga, untuk dengar azan. Fungsi kaki, untuk berjalan ke mesjid," ucapnya.

Karena orang beriman tahu bahwa kematian akan mengikuti kebiasaan saat hidupnya. Sebagaimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Setiap orang akan dibangkitkan sesuai kematiannya." (HR. Muslim).

Betapa banyak orang yang berharap meninggal dalam kondisi husnul khatimah (mati dalam kebaikan) tetapi yang terjadi sebaliknya suul khatimah (kematian yang buruk). Ajal menjemputnya ketika ia sedang bermaksiat kepada Allah.

Hari-harinya dipenuhi tanpa menjaga pendengarannya, lisannya, pandangannya. Hatinya dipenuhi dengan beragam penyakit hati, malas dan meninggalkan ibadah, lisannya jauh dari berdzikir dan mengingat Allah.

"Kematian itu sesuai dengan apa yang biasa kita lihat, kita dengar, kita ucapka. Sesuai dengan apa yang ada di pikiran kita. Makanya kita harus banyak berbuat baik. Bangun di tengah malam kita salat tahajud lalu tilawah Alquran dan sebagainya. Insyaallah kita akan diwafatkan sesuai dengan kebiasaan kita," terangnya.

Dokumentasi Fosil 88
Dokumentasi Fosil 88

2. Berbakti kepada orang tua

Salah satunya dengan sering-sering mendoakan orang tua agar bisa mendapat kenikmatan di dunia dan akhirat. Mendoakan orang tua supaya mendapat ampunan Allah.

Allah akan meninggikan derajat setiap orang tua dengan amalan anak-anaknya. Kemurahan yang dilimpahkan Allah kepada para orang tua bisa jadi disebabkan berkat doa anak-anaknya.

Rasulullah bersabda, "Sungguh, Allah benar-benar mengangkat derajat seorang hambaNya yang saleh di surga. Maka ia pun bertanya, "Wahai Rabbku, bagaimana ini bisa terjadi?" Allah menjawab, "Berkat istighfar anakmu bagi dirimu".

Ustadz mengatakan setiap perbuatan baik kita di dunia ini akan menjadi doa kepada kedua orang tua kita. Karena itu, jangan sampai orang tua kita yang sudah tidak ada dua-duanya, kita masih bermaksiat di dunia. Kasihan orang tua kita.

"Kita di dunia ini harus rajin ibadah. Misalnya, saya baca Alquran, pahalanya akan sampai kepada kedua orang tua. Kita niatkan pahala ibadah yang lakukan itu pahalanya mengalir juga buat orang tua kita," ucap Ustadz.

3. Bijak dan selektif dalam memiliki harta

Islam tidak melarang umatnya menjadi kaya. karena dengan kekayaan itu kita bisa memberi kepada orang lain yang berkekurangan atau perlu dibantu. Karena tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah.

Namun, harus diingat harta yang kita miliki itu akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah. Hal ini sesuai dengan hadis bahwa di hari kiamat, manusia akan ditanya mengenai harta, yaitu dari mana ia peroleh dan untuk apa ia belanjakan.

Dari mana dapatnya? Apakah uang untuk membeli pakaian, misalnya, dari cara halal atau haram? Untuk apa pakaian itu kita gunakan. Apakah untuk hal-hal baik atau hal-hal buruk? Itu baru satu baju, belum baju-baju yang lain, atau yang suka koleksi baju, koleksi tas, koleksi sepatu, dan lain-lain.

Ustadz menyarankan sebaiknya kita tidak perlu koleksi-koleksi. Cukup pakai yang apa adanya. Kalau perlu koleksi-koleksi itu kita sedekahkan biar pahalanya mengalir buat kita.

Allah mengingatkan kita dalam Quran Surah Al-Munafikun ayat 9: Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barangsiapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.

Penyerahan santunan anak yatim (dokumen pribadi)
Penyerahan santunan anak yatim (dokumen pribadi)

4. Belajar dan mengajarkan Alquran

Dari Usman bin Affan ra, Rasulullah saw. bersabda, "Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari al-Qur'an dan mengajarkannya." (HR. Tirmidzi)

Dalam hadis lain, Dari Abu Amamah radhiyallahu anhu berkata, aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Bacalah Al-Qur'an, karena sesungguhnya ia akan menjadi syafaat bagi para pembacanya di hari kiamat." (HR. Muslim)

Maksud dari mengajarkan Alquran, yaitu mengajari orang lain cara membaca Alquran yang baik dan benar berdasarkan hukum tajwid. Adapun mengajarkan ilmu-ilmu lain secara umum atau menyampaikan sebagian ilmu yang dimiliki kepada orang lain adalah perbuatan mulia dan mendapatkan pahala dari Allah.

"Ilmu yang kita ajarkan kepada orang lain Insyaallah pahalanya akan mengalir terus," katanya.

Belajar Alquran juga bisa diartinya mengamalkan isi Alquran dalam kehidupan sehari-hari. Belajar mengenal hukum-hukum yang ada dalam Alquran: perintahNya dan laranganNya, akidah, dan lain sebagainya. Itulah yang menyebabkan datangnya keberuntungan di dunia dan akhirat.

Ustadz mengingatkan jangan sampai di usia di atas 40 tahun seseorang tidak bisa membaca Alquran. Minimal kita membaca Alquran satu hari satu juzz. Kalau pun tidak mampu sebanyak itu, bacalah beberapa ayat. Terpenting setiap hari kita berinteraksi dengan Alquran.

5. Taubat nasuha

Manusia tempatnya salah dan khilaf. Jangan sampai kita terbiasa dan menganggap perbuatan salah dan khilaf itu hal yang lumrah. Karena itu, banyak-banyaklah bertaubat kepada Allah.

Taubat nasuha yaitu taubat yang tulus dan sungguh-sungguh disertai dengan memperbanyak istigfar, menjadi bagian penting dalam persiapan menyongsong kehidupan setelah kematian.

Caranya? Lakukan shalat taubat di sepertiga malam, yang kemudian dilanjutkan dengan shalat tahajud. Kemudian, jangan kembali mengulangi perbuatan dosa tersebut. Perbanyak juga amalan-amalan kebaikan.

Ingat, jangan pernah bermain-main dengan dosa dan maksiat. Kita tidak pernah tahu kapan, di mana, dan sedang apa nyawa kita diambil oleh Allah. Jangan sampai hal terakhir yang kita lakukan di dunia ini adalah bermaksiat.

Sebanyak apapun amal kebaikan yang susah payah kita kumpulkan sebagai bekal di akhirat akan musnah begitu saja bila di penghujung usia yang kita lakukan adalah perbuatan dosa.

"Demikian lima bekal sebelum kita kembali kepada Allah Subhana Wa Ta'ala. Mudah-mudahan kita mendapatkan keberuntungan di dunia dan akhirat."

Usai tausyiah, dilanjutkan dengan pemberian santunan anak yatim kepada pihak Panti Asuhan Al-Amanah.

Demikian. Wallahu 'alam bisshawab

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun