Wakil Ketua Umum DPP IWAPI Tatyana Sutara mengatakan film All Access to Rossa 25 Shining Years merupakan film yang penuh inspiratif. Karena itu, sangat direkomendasikan untuk ditonton terutama kaum perempuan.
"Kami mengerahkan seluruh anggota IWAPI di manapun berada untuk menonton film Rossa ini. Nobar ini juga serentak kami lakukan di daerah-daerah. Ada banyak pelajaran yang bisa kita petik dari film ini. Bahwa sebuah pekerjaan meski itu dilakukan seorang perempuan, kalau dilakukan dengan sungguh-sungguh dan professional pasti akan sukses," katanya.
Dewi Motik Pramono, seorang pengusaha perempuan yang sukses mengelola bisnisnya mengaku terkagum-kagum dengan film dokumenter yang berkisah perjalanan karier Rossa di dunia musik Indonesia. Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani) periode 2009-2014 ini tidak menyangka perjalanan hidup Rossa berbanding terbalik dengan dirinya.
"Saya selama ini melihat Rossa itu perempuan sukses, seorang Diva, namun ternyata perjalanan hidupnya berliku. Dia menghadapi dengan berbagai ujian, ujian, dan ujian. Sedangkan saya, dalam hidup saya melaluinya dengan bahagia, bahagia, dan bahagia. Tapi saya salut dengan Rossa, perempuan tegar seperti lagunya Tegar," tutur Dewi Motik yang pernah didapuk sebagai Ketua Umum Iwapi.
Selain menampilkan kehidupan pribadi Rossa, film ini juga banyak mengulas lagu-lagu Rossa, mulai dari lagu berlatar galau hingga lagu-lagu cinta. Dan, percaya tidak, sebagian besar lagu-lagu yang dibawakannya dan hits itu berdasarkan kisah nyata yang dialaminya.
Manager Rossa, P Intan Bacil, mengakui ide pembuatan film dokumenter ini berlangsung sangat cepat. "Ide itu muncul menjelang perayaan 25 tahun karier Rossa di dunia musik," jelasnya Intan yang juga eksekutif produser film Rossa.
Meski Rossa adalah seorang diva, ternyata tidak membuatnya percaya diri saat perjalanan hidup dan kariernya akan difilmkan. Perasaan tidak percaya diri tersebut yang kemudian membuat Ocha tidak lantas serta merta mengiyakan saat sang manager dan teman baiknya Prilly Latuconsina mengutarakan maksudnya untuk membuat film dokumenter kehidupannya.
"Saya terus terang mendesak teh Ocha terus menerus, dalam berbagai kesempatan, tentunya dibantu Prilly. Alhamdulillah akhirnya teh Ocha bersedia. Kalau Teh Ocha kan nggak bisa ngebantah Prilly, jadi akhirnya setuju kalau dijadikan film dokumenter," kata Intan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H