Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - hanya ibu rumah tangga biasa

Hobby sederhana: membaca, menulis, memasak, travelling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tahun Baru Islam, Sudahkah Merencanakan Amal Saleh?

20 Juli 2024   17:46 Diperbarui: 20 Juli 2024   18:04 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita sudah memasuki tahun baru Islam dan sudah berganti tahun. Sebelumnya tahun 1445 Hijriah, kini tahun 1446 Hijriah. Bulan Muharam sudah kita lewati beberapa hari, bahkan sudah melewati 10 Muharam.

Lantas sudahkan kita merencanakan amal-amal ibadah apa saja yang akan kita jadikan sebagai resolusi di Tahun Baru Islam ini?

Seperti halnya pergantian tahun baru masehi, kita membuat sejumlah resolusi pencapaian-pencapaian. Setidaknya selama satu tahun ke depan. Kita juga melakukan refleksi akhir tahun, apa yang harus dibenahi atau diperbaiki untuk perjalanan satu tahun ke depan yang lebih baik.

Target tahun ini, misalnya, bisa beli mobil baru, beli rumah baru, jalan-jalan keluar negeri, buka usaha kuliner, atau apa saja yang menjadi resolusi diri. Begitu terencana. Bukan begitu?

Mengapa hal yang sama tidak kita lakukan saat pergantian tahun baru Islam? Untuk urusan dunia saja kita begitu terencana, mengapa untuk urusan akhirat biasa-biasa saja? Tidak ada perencanaan sama sekali. Dan, terkadang seringnya berlalu begitu saja. Padahal, amal-amalan inilah yang akan menjadi bekal kita di kehidupan akhirat nanti.

Begitu tausyiah yang disampaikan Ustadz Rikza Maulan, MA, Lc dalam Kajian Islam Subuh Ahad (KISAH), usai shalat subuh berjamaah, Minggu 14 Juli 2024, di Masjid Al Ihsan Permata Depok, Pondok Jaya, Cipayung, Kota Depok, Jawa Barat. 

Pekan ini masuk kajian hadist mengangkat
tema "Urgensi Perencanaan Amal Saleh Bagi Seorang Muslim". Kajian juga disiarkan secara langsung di YouTube channel Sobat Al-Ihsan.

Dari Abu Ta'ala Syidad bin Aus radhiyallahu anhu berkata Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, "Orang yang sempurna akalnya ialah yang mengoreksi dirinya dan bersedia beramal sebagai bekal setelah mati. Dan orang yang rendah adalah yang selalu menurutkan hawa nafsunya. Di samping itu, ia mengharapkan berbagai angan-angan kepada Allah." (HR Tirmidzi).

Ustadz menyampaikan dari hadist tersebut, kita dianjurkan untuk introspeksi diri atau bermuhasabah atas amal-amalan yang kita lakukan. Kemudian memperbaiki untuk menjadikan amalan yang rutin.

Semisal, yang tadi shalatnya tidak tepat waktu, selalu ditunda-tunda, menjadi tepat waktu. Atau yang tadinya tidak shalat 5 waktu, mulai berubah untuk shalat 5 waktu. Setelah itu ditambah dengan shalat-shalat sunah rawatib.

Atau, yang tadinya shalat subuh sering kesiangan dan jarang shalat di masjid, jadi sering shalat berjamaah di masjid. Kalau tidak bisa lima waktu shalat berjamaah di masjid karena kita bekerja, bisa shalat subuh berjamaah di masjid yang nilai pahalanya sangat besar.

"Barangsiapa yang mengerjakan shalat Subuh berjamaah di masjid, lalu dia tetap berdiam di masjid sampai melaksanakan shalat sunnah Dhuha, maka ia seperti mendapat pahala orang yang berhaji atau berumrah secara sempurna." (HR. Bukhari).

Perencanaan lainnya, dalam sebulan kita melakukan puasa sunnah sanggup berapa kali? Kalau tidak sanggup puasa Senin - Kamis, maka bisa puasa pada Senin atau Kamis. Atau kalau memungkinkan bisa juga puasa Nabi Daud, yaitu sehari puasa, sehari tidak.

Bisa juga berpuasa pada hari-hari tertentu, semisal puasa Tasu'a dan Asyura pada 9 dan 10 Muharam lalu. Terlebih kedua puasa ini memberikan kesempatan bagi kita untuk meraih pahala besar dan menghapus dosa-dosa setahun yang lalu.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Puasa hari Asyura, saya berharap kepada Allah agar dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu." Ini menegaskan bahwa berpuasa pada hari Asyura dapat menghapuskan dosa-dosa kecil yang dilakukan selama satu tahun sebelumnya.

Perencanaan amal saleh lainnya, misalnya lagi, dalam seminggu berapa kali kita shalat tahajud dan berapa rakaat yang bisa kita jalankan. Jika tidak bisa setiap hari, ya setidaknya dalam seminggu itu kita ada melakukan shalat tahajud. Terpenting itu menjadi suatu rutinitas.

"Terus mengoreksi diri. Misalnya, hari ini hanya 3 rakaat, di hari-hari berikutnya meningkat menjadi 5 rakaat, 7 rakaat, 9 rakaat, 11 rakaat. Terpenting ada peningkatan dan perbaikan sehingga menjadi suatu rutinitas," kata ustadz.

Amal saleh lainnya yaitu menjalankan ibadah haji atau umrah. Kita bisa planning dengan menabung, kalaupun tidak tercapai tahun ini bisa dilanjutkan pada tahun berikutnya. Seperti halnya jika kita mau jalan-jalan ke suatu negara, suatu kota, suatu pulau, tentunya butuh persiapan-persiapan.

Lalu apa lagi? Baca Alquran, misalnya, berapa halaman? Satu halaman, dua halaman? Atau menginfak sedekah mau berapa banyak? Apakah 2000, 5000, 10.000? Rutin ikut kajian juga harus termasuk yang direncanakan karena bernilai pahala, karena menuntut ilmu agama pahalanya setara dengan pahala berhaji. Apakah tidak menggiurkan?

Mengapa amal saleh penting untuk direncanakan? Ustadz menyampaikan merencanakan amal saleh adalah perintah Allah yang termaktub dalam Alquran surah Al Kahfi ayat 110:

Katakanlah (Muhammad), "Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa."

Maka barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya."

Perintah merencanakan amal saleh juga terdapat dalam QS. Al Hasyr ayat 18, "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."

"Merencanakan amal saleh juga untuk memudahkan pertanggungjawaban di hadapan Allah. Selain itu, lebih fokus untuk mencapai tujuan kehidupan ini. Kita tahu tujuan kehidupan kita adalah innalillahi wa innailahi raji'un," ucapnya.

Kita juga menjadi tidak salah langkah jika kita merencanakan amal saleh. Misalnya, jika kita merencanakan ke Bogor, tentu kita tidak berbelok ke tempat lain. Selain itu, lebih mudah dan lebih terukur untuk dievaluasi.

Demikian. Usai kajian dilanjutkan dengan sarapan bersama jamaah yang disajikan secara gratis.

Lalu, sudahkan kita merencanakan amal saleh? Wallahu'alam bisshawab

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun