Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - hanya ibu rumah tangga biasa

Hobby sederhana: membaca, menulis, memasak, travelling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Khotbah Iduladha Permata Depok, Khatib: Sudah Sampaikah Tujuan Berkurban Kita?

18 Juni 2024   19:41 Diperbarui: 18 Juni 2024   20:12 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Warga Permata Depok, Senin 17 Juni 2024, melaksanakan shalat Iduladha 1445 Hijiriah di area terbuka di jalan Boulevard Permata Depok, RW 007, Pondok Jaya, Cipayung, Kota Depok, Jawa Barat. Tema yang diangkat dalam kegiatan ini yaitu "Qurban Refresentasi Keikhlasan, Ketaatan dan Pengorbanan yang Sempurna".

Alhamdulillah cuaca cukup bersahabat. Ini menjadi tahun kedua pelaksanaan shalat ied. Itu berarti sudah 4 kali warga shalat lebaran di area terbuka: 2 kali shalat Idulfitri dan 2 kali shalat Iduladha. Warga di sekitar Permata Depok pun ikut shalat ied di sini.

Sebelum-sebelumnya, pelaksanaan shalat Idulfitri dan Iduladha di Masjid Al Ihsan. Jika area masjid penuh, maka selasar jalan di sekitar masjid dijadikan shaf-shaf.  

Baca juga: Pertama Kali, Warga Permata Depok Shalat Ied di Tanah Lapang, Ini Alasannya

Pertimbangan shalat ied di area terbuka, sebagaimana disampaikan pengurus DKM Al Ihsan Permata Depok, Kiki Taufik, S.Si, lebih untuk menghidupkan sunnah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam.

Dari abu Said al-Khudri r.a. (diriwayatkan bahwa) ia berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam ke luar ke lapangan tempat shalat (mushala) pada hari Idulfitri dan Iduladha, lalu hal pertama yang dilakukannya adalah shalat, kemudian ia berangkat dan berdiri menghadap jamaah, sementara jamaah tetap duduk pada saf masing-masing, lalu Rasulullah menyampaikan wejangan, pesan, dan beberapa perintah ... (HR al-Bukhari)

Selain itu, agar warga yang berhalangan shalat karena uzur seperti perempuan haid, usia lanjut, anak-anak, bisa datang ke tempat shalat. Mereka juga bisa mendengarkan khutbah. Terpenting lagi bisa saling bersilaturahmi dengan warga meski tinggal berbeda sektor.

"Insyaallah akan kami lakukan pelaksanaan shalat id di sini setiap tahun. Kami harapkan pada masa-masa mendatang dapat terlaksana dengan baik oleh para generasi penerus kami sehingga tali persaudaraan tetap terjalin erat dan penuh kehangatan," ucapnya.

Sementara itu, Ketua RW 007 Permata Depok Kisnadi, menyampaikan rasa terima kasih dan apresiasinya kepada pengurus RW 007 dan pengurus 12 RT yang berada di wilayah Permata Depok. Ia mengapresiasi kekompakkan semua pihak, termasuk para tokoh, ulama, pengurus DKM Al Ihsan Permata Depok, panitia pelaksana shalat iduladha, dan warga Permata Depok.

Setelah sambutan-sambutan, kemudian dilanjutkan dengan shalat Iduladha. Shalat sunah dua rakaat ini dipimpin oleh imam M. Adenan Ali Ridho, S.Ag. Rakaat pertama dengan 7 kali takbir dan rakaat kedua dengan 5 kali takbir. Selanjutnya sama seperti gerakan shalat yang biasa kita lakukan.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Sudah sampaikah tujuan berkurban kita?

Shalat Iduladha usai dilanjutkan dengan khotbah yang disampaikan oleh Ustadz Ahmad Siroj, S.Ag. Ia menyampaikan tausyiah sesuai tema. Dalam tausyiahnya, ia mempertanyakan apakah kurban yang kita lakukan tiap tahun itu sudah sampai pada tujuannya?

"Tujuan kita berkurban setiap tahun yaitu untuk semakin mendekatkan diri dengan Allah Subhana Wa Ta'ala. Tanya pada diri kita. Saya tiap tahun berkurban, tapi makin dekat atau tidak saya kepada Allah? Jangan-jangan berkurban mah berkurban tapi makin jauh dari Allah," ucapnya.

Tanda-tanda kita jauh dari Allah di antaranya shalat lima waktu masih telat, masih jarang datang ke majelis taklim, masih jarang shalat ke masjid, masih berbuat zalim. Dan, masih banyak tanda-tanda lainnya.

"Orang kalau kurbannya benar, kalau sesuai dengan yang diperintahkan Allah, niatnya baik, insyaallah semakin dekat dengan Allah Swt. Kalau kita sudah dekat dengan Allah, maka apa yang kita inginkan, sebelum terbetik dalam hati, Allah langsung berikan," lanjutnya.

Bisa kita analogikan dengan anak kita yang rajin ibadah, patuh dan taat kepada orang tua, bahkan penghapal Alquran. Sayang banget kita pada anak kita. Anak tidak minta hadiah apa-apa, tidak minta macam-macam. Tetapi sebagai orang tua kita menawarkan sesuatu yang diinginkan anak.

"Nak mau apa? Nak mau dibelikan apa? Artinya apa, manusia saja kalau punya anak kesayangan, tidak minta apa-apa atau mau minta langsung dikasih. Begitu pula dengan Allah, apa yang belum terucap, langsung diberikan sebagai bentuk kasih Allah," katanya.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Agar kurban sampai pada tujuannya

Lalu bagaimana agar kurban kita sampai tujuannya? Ustadz menegaskan ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Pertama, keikhlasan. Kita bisa ambil hikmah dari kisah Qabil dan Habil, dua putra Nabi pertama, Nabi Adam  Alaihi Sallam dan Siti Hawa. Kisah yang diabadikan dalam Alquran.

"Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa." (QS. Al-Ma'idah: 27)

Jika kurban mereka diterima, tanda yang muncul adalah api yang turun dari langit untuk menyambar kurban tersebut. Qabil, sebagai seorang petani, menyerahkan kurban berupa hasil pertanian miliknya. Namun, yang ia persembahkan hasil pertanian yang jelek-jelek. Sedangkan Habil, sebagai seorang peternak, mempersembahkan kurban berupa seekor kambing terbaik yang dimilikinya. 

Persembahan mereka tersebut menggambarkan tingkat ketulusan dan keikhlasan. Habil lebih ikhlas karena menyerahkan kambing terbaiknya, sementara Qabil dengan tanaman terburuknya. Hal ini mengindikasikan bahwa Qabil kurang bertakwa, tidak taat kepada Allah SWT, dan tidak ikhlas.

Allah SWT menerima kurban Habil dengan menurunkan api untuk menyambar kurban miliknya. Namun, kurban yang dipersembahkan Qabil tidak mendapatkan respon dariNya. Menyadari kurban Habil diterima sedangkan kurbannya ditolak, Qabil merasa iri dan tidak terima.

Dipenuhi oleh emosi dan kecemburuan, Qabil mengambil sebuah batu besar dan memukulkannya ke kepala Habil hingga menyebabkan kematiannya.

Dari kisah Qabil dan Habil, kita dapat belajar pentingnya niat yang ikhlas dalam segala hal, termasuk dalam berqurban. Dari kisah ini mengajarkan kita untuk senantiasa menguji dan memperbaiki niat kita dalam beribadah.

"Ikhlas itu penting. Ikhlas harus di dua pihak. Orang yang berkurban ikhlas dan pelaksana penyembelihan kurban juga harus ikhlas. Tunggu saja bagiannya. Kalau belum waktunya, kita ambil, itu dosa jadinya," tegasnya.

Kedua, taat kepada Nabi dan Allah. Dan ini dicontohkan oleh Nabi Ibrahim AS. Nabi yang mendambakan seorang anak selama bertahun-tahun, lalu Allah mengaruniainya seorang anak bernama Ismail. Saat lagi sayang-sayangnya pada Ismail yang beranjak remaja, lewat mimpi Allah memerintahnya untuk menyembelih anak kesayangannya itu.

Dengan berat hati Ibrahim menyampaikan apa yang ada di dalam mimpinya kepada Nabi Ismail putranya. Sebagaimana tersurat dalam Al-Quran, Surat As-saffat, ayat 102.

"Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, 'Wahai anakku! Sungguh aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah bagaimana pendapatmu!"

Mendengar penjelasan dari ayahnya tersebut, Nabi Ismail meresponnya dengan tenang. "Dia (Ismail) menjawab, 'Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar."

Dokumentasi Masjid Al Ihsan Permata Depok
Dokumentasi Masjid Al Ihsan Permata Depok

Nabi Ibrahim yang dikenal sebagai sosok yang sangat taat terhadap perintah Allah SWT akhirnya melakukan apa yang diperintahkan oleh Allah. Dengan hati yang sangat berat dan muka yang teramat sedih, Nabi Ibrahim harus mengurbankan anaknya demi menjalankan perintah dari Allah SWT.

Tidak berbeda dengan Nabi Ibrahim, sang ayah, Nabi Ismail dengan perasaan dan hati yang ikhlas menerima karena menyadari hal tersebut merupakan perintah Allah SWT yang harus dijalani. Saat Nabi Ismail akan disembelih, atas izin Allah, Allah mengganti tubuh Ismail dengan hewan kurban yang besar dan berasal dari surga.

"Lalu Kami panggil dia, 'Wahai Ibrahim! Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.' Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sungguh ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian) di kalangan orang-orang yang datang kemudian." (QS As-Saffat: 104-108).

"Artinya, kalau kita berkurban dengan ikhlas disertai taat pada Allah, pasti Allah membalas dan mengganti dengan yang lebih besar," tegas Ustadz.

Ustadz menegaskan berkurban itu bukan karena kaya melainkan karena panggilan hati. Karena ketaatan pada Allah. Berkurban adalah bentuk rasa syukur atas segala nikmat yang Allah berikan. Dengan berkurban, seorang Muslim menunjukkan ketaatan dan penghambaan kepada Allah.

Sebagaimana Allah berfirman, "Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus (dari rahmat Allah)." (QS Al Kautsar:1-3)

Menurut ustadz, perintah dari ayat tersebut "satu paket". Ada yang tidak shalat tapi berkurban, ya tidak benar, sesuatu yang keblinger. Harus seimbang. Shalat lima waktu dijaga, ditepati, lalu kita berkurban. Begitu cara mensyukuri nikmat Allah. Kalau itu sudah, insyaallah kita termasuk orang yang taat pada Allah.

Ketiga, pengorbanan. Dikatakan, sejatinya hidup itu memang butuh pengorbanan. Semisal suami berkorban mencari nafkah untuk anak dan isteri. Makanya, Allah berfirman," dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui." (QS At-Taubah: 41)

"Berjuanglah kalian, berkorbanlah kalian dengan harta dulu. Kalau tidak punya harta baru dengan nyawa. Itu artinya, korban harta lebih tinggi daripada korban nyawa. Memang berat. Karena pada dasarnya manusia itu amat pelit dan sangat cinta pada harta. Maka, bermegah-megahan dan berfoya-foya telah melalaikan kamu, nanti kalau masuk kubur baru sadar."

Terkait penybelihan hewan kurban, dianjurkan pengkurban untuk menyaksikannya saat disembelih. Karena Nabi bersabda, "Ya Fatimah, datanglah ke (tempat penyembelihan) hewan kurbanmu dan saksikanlah (saat penyembelihannya), sesungguhnya bagimu dari awal tetes darah hewan kurbanmu berupa ampunan dosa yang telah lalu.

Lalu Fatimah bertanya: 'Ya Rasulullah, apakah ini khusus untuk kelurga kita atau untuk kita dan keseluruhan umat Muslim?' Kemudian Nabi Saw menjawab, "Tidak, bahkan ini berlaku untuk kita dan keseluruhan umat Muslim. Lalu beliau diam.

Demikian. Wallahu 'alam bisshawab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun