Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - hanya ibu rumah tangga biasa

Hobby sederhana: membaca, menulis, memasak, travelling

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

"Berburu Tiket" Masuk ke SMP Negeri

5 Juni 2024   16:38 Diperbarui: 5 Juni 2024   19:52 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu "modal" mendaftar lewat jalur prestasi non akademik (dokumen pribadi)

Anak bungsu saya, Fattaliyati Dhikra, sudah menyelesaikan pendidikan dasar 6 tahunnya. Itu artinya, anak saya akan melanjutkan ke SMP. Saya menginginkan ia bersekolah di SMP Negeri 1 Depok.

Biar bisa satu alumni dengan kedua kakaknya, Putik Cinta Khairunnisa dan Annajmutsaqib. Kebetulan sekolah ini "tetangga samping" SDN Depok 1, sekolah anak bungsu saya itu. Bersebelahan banget. Masih satu kecamatan, Pancoran Mas.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, Pendaftaran Peserta Didik Baru (PPDB) 2024 dilakukan secara online dengan mengakses ppdbkota.depok.go.id. Akunnya berdasarkan NISN (Nomor Induk Siswa Nasional).

Ada beberapa jalur PPDB: zonasi, afirmasi, inklusi, perpindahan tugas orang tua, prestasi akademik, prestasi non akademik. Namun, sepertinya sih penambahan jalur  prestasi seni dan prestasi olah raga (apa bedanya ya dengan prestasi non akademik?)

Meski jalur PPDB sama, namun ada sedikit perbedaan dengan tahun-tahun sebelumnya. Mulai tahun ini, ada pre-pendaftaran yang dimulai pada 1-31 Mei 2024 bagi siswa yang berasal dari Kota Depok, Jawa Barat.

Jadi, sebelum PPDB dimulai, para calon murid SMP sudah mulai mendaftar dengan memasukkan data-data seperti Kartu Keluarga, KTP orang tua, Akta Lahir, Surat Pertanggungjawaban Mutlak, dan bukti Kartu Ujian Sekolah. Termasuk titik koordinat rumah.

Senin 3 Juni 2024 dan Selasa 4 Juni 2024, PPDB jalur zonasi tingkat SMP dimulai. Pagi-pagi para orang tua mulai bergerak. Mereka "berisik" di group WhatsApp. Bersiap-siap "berburu tiket" masuk ke SMP negeri. Ketua Korlas mengingatkan yang lain untuk memulai mendaftar.  

"Jangan lupa masukin bukti kartu ujian sekolah," kata Mama Alta, begitu biasa ia disapa, sang Ketua Korlas. Orang yang paling sibuk mengurus anak-anak sekelas.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Sayangnya, banyak yang gagal. Para wali murid mengeluhkan situs resmi PPDB Depok 2024 mengalami gangguan di hari pertama pendaftaran jalur zonasi. Termasuk saya. Beberapa yang lain memberikan arahan bagaimana mengisi PPDB.

 "Saya sudah ikuti petunjuknya untuk daftar, tapi ini enggak bisa terus, servernya error, susah. Nggak bisa-bisa," keluh salah seorang wali murid SDN Depok 1 sambil membagikan hasil tangkapan layar akun anaknya.

"Setelah ini, selanjutnya apa ya? Kok tampilannya begini-begini aja, digeser-geser juga nggak mau," timpal yang lain. Ada yang memberikan arahan begini, begitu, tapi tetap saja tidak bisa.

Saya juga mengalami hal yang sama. Saya cek di akun anak saya, berkas-berkas belum diverifikasi. Terlihat dari adanya tanda silang merah. Kondisi ini seharian itu begitu-begitu saja. Baru tertera peringkat dan score. Status pendaftaran: masih dalam proses seleksi.

Mungkin karena banyak yang mendaftar di waktu bersamaan, jadi web PPDB error sehingga mengalami gangguan. Verifikasi terhambat, mendaftar susah. Seharian itu, malah ada yang tidak bisa mendaftar. Baru bisa di keesokan hari.

Kalau saya sih santai menghadapi pendaftaran jalur zonasi mengingat jarak dari rumah ke sekolah cukup jauh. Hampir 5 km. Jadi, rasanya mustahil anak saya akan diterima. Kakak-kakaknya juga tidak lolos jalur zonasi dengan alasan jarak.

Kalau lihat di nilai minimal untuk bisa diterima di SMPN 1 Depok, saya sudah bisa menduga anak saya pasti tidak akan lolos. Nilai skorsing anak saya 5189, sementara nilai mininal untuk diterima di sekolah ini sekitar 6500an.

Sementara untuk umur tidak ada batasan minimal. Terpenting sudah mengenyam pendidikan dasar 6 tahun atau lulus SD (Sekolah Dasar) yang dibuktikan dengan ijazah atau surat keterangan lulus. Ketentuan terkait usia masuk SMP ini tercantum dalam Permendikbudristek Nomor 1 Tahun 2021 hal PPDB pada TK, SD, SMP, SMA dan SMK.

Adapun persyaratan usia masuk SMP berdasarkan Permendikbudristek tersebut adalah berusia paling tinggi 15 tahun per 1 Juli pada tahun berjalan. Syarat ini wajib dibuktikan dengan dokumen berupa akte kelahiran.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Jika tidak ada akte kelahiran maka menggunakan surat kelahiran dari pihak yang berwenang dan dilegalisisir oleh lurah/kepala desa atau pejabat setempat yang berwenang sesuai  domisili calon peserta didik.

Para wali murid bertanya-tanya skor itu didapat dari mana? Sebagaimana yang saya ketahui, saya bilang sistem zonasi ditetapkan berdasarkan aturan jarak dari rumah hingga ke sekolah. Semakin dekat jarak, semakin besar skor atau nilainya. Jumlah skor ini ditambah dengan usia calon peserta didik. Semakin "tua" usianya semakin besar skornya.

Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, jarak radius antara rumah dan sekolah cukup berpengaruh besar dalam seleksi PPDB.  Jarak radius dari rumah ke sekolah menjadi syarat utama yang dibutuhkan bagi para pendaftar.

Wilayah zonasi yang dipilih adalah lokasi tertentu yang masuk ke dalam kategori satu wilayah. Jika calon peserta didik berdomisili di RT yang sama dengan sekolah, ia akan menjadi skala prioritas. Ternyata, kecepatan waktu mendaftar juga ikut berpengaruh. Entah pada skor, entah pada kuota.

Meski saya santai tetap saja saya memantau progres status anak saya. Ketika saya, cek data-data sudah diverifikasi dan mendapat centang hijau dengan status "dalam proses seleksi". Sambil menunggu, saya mengetik.

Tidak lama saya cek lagi, statusnya berubah menjadi "sementara diterima" dengan peringkat 63. Beberapa saat kemudian peringkat 123. Status kembali berubah menjadi "diterima" dengan peringkat 123, yang berarti kuota terakhir.

Ketika baca status ini, saya tercengang. Antara percaya dan tidak percaya. Antara yakin dan tidak yakin. Kok bisa diterima? Tidak salah? Secara jarak cukup jauh. Hati saya pun senang. Eh, berselang 2 atau 3 menit, statusnya kembali berubah menjadi "tidak diterima". Ya, sudah. Nasib, nasib.

Saya cek calon peserta didik yang lain, ternyata masih banyak juga yang belum diverifikasi. Skornya terlihat besar. Wah, berarti seleksi ini belum fix. Bisa jadi tetap bertahan, bisa jadi terpental dalam list. Karena semuanya berdasarkan sistem. Memang bikin jantung deg-deg-an.

Keputusan diterima tidaknya calon peserta didik di SMPN pilihannya sudah rampung. Tapi pengumuman hasil seleksi yang rencananya pada  hari ini, Rabu 5 Juni 2024, nyatanya tertunda. Berdasarkan informasi masih ada sekolah yang masih dalam proses verifikasi. Mengingat pengumumannya serentak, jadi ya tertunda.  Adapun daftar ulang dijadwalkan pada 13-14 Juni 2024.

Salah satu
Salah satu "modal" mendaftar lewat jalur prestasi non akademik (dokumen pribadi)

Satu-satunya harapan saya, ya melalui jalur prestasi. Seperti kakak-kakaknya, diterima di SMPN 1 Depok lewat jalur prestasi. Kebetulan anak bungsu saya ini beberapa kali meraih juara pertama KATA perorangan dalam pertandingan karate. Baik tingkat lokal dan nasional.

"Sama Mam, harapan tinggal jalur prestasi," kata Mama Hana yang anaknya satu perguruan karate dengan anak saya di Dojo Permata Depok.

Untuk jalur prestasi ini pendaftaran pada 10 Juni 2024, uji kompetensi pada 11 Juni 2024, dan pengumuman hasil seleksi pada 12 Juni 2024. Saya sih berharap anak saya ini diterima di jalur ini. Jadi, biar bisa sealmamater dengan kedua kakaknya.

Saya sendiri, sebagai orang tua lebih memilih menyekolahkan anak saya ke negeri. Karena, saya meyakini kualitas sekolah negeri tidak kalah dari sekolah swasta. Mulai dari bangunan, fasilitas, tenaga pengajar, metode belajar hingga ekstrakulikuler. Apalagi SMPN 1 Depok akreditasinya A.

Selain itu, saya tidak perlu bayar mahal atau kalau pun saya mengeluarkan uang tidak sebanyak atau sesering jika belajar di sekolah swasta. Dari segi biaya dengan mutu sekolah negeri yang baik, jelas ini suatu keberkahan tersendiri buat saya dan mungkin juga buat orang tua murid lainnya.

 Buktinya, beberapa teman anak saya "menumpang" KK ke saudaranya atau ke neneknya agar bisa diterima di SMP negeri. Dan, mereka nyatanya diterima di SMP pilihan. Karena mungkin dari segi biaya lebih terjangkau namun kualitas sekolah tidak kalah dengan mutu sekolah lain.

Jadi, dana jika bersekolah di swasta bisa ditabung untuk keperluan kuliah nanti. Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Begitu kata peribahasa. Kan biaya kuliah juga tidak murah. Sekarang saja biaya kuliah sudah gila-gilaan sampai membuat orang tua dan calon mahasiswa baru dan mahasiswa lama berteriak. Entah ketika anak saya ini kuliah enam tahun ke depan. Itu pandangan saya dengan kondisi keuangan yang "pas-pasan".

Alasan lainnya, mengapa memilih sekolah negeri karena lingkungannya yang beragam.
Lewat kondisi lingkungan yang beragam, diharapkan anak saya bisa beradaptasi dengan kawan-kawan yang berasal dari berbagai macam ras, agama, suku, hingga status sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun