Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - hanya ibu rumah tangga biasa

Hobby sederhana: membaca, menulis, memasak, travelling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sosialisasi Pentingnya Pemahaman Titik Temu yang Aman Saat Bencana

1 Juni 2024   09:55 Diperbarui: 1 Juni 2024   10:08 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Nanang Ruhyat

Dosen Teknik Mesin Universitas Mercu Buana Dr. Nanang Ruhyat, ST.,MT dan Tyas Wedhasari, ST., M.Sc kembali melakukan sosialisasi K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di pemukiman padat. Sosialisasi yang bertajuk Pentingnya Pemahaman Titik Temu yang Aman Saat Bencana, ini area Meruya, Jakarta Barat, pada Minggu 31 Maret 2024.

Sosialisasi ini dinilai penting mengingat kerap terjadi ketidakpastian evakuasi saat terjadi bencana. Terutama jika terjadi pemukiman padat penduduk yang seringkali memiliki akses yang terbatas dan jalanan yang sempit. Kondisi yang dapat menyulitkan evakuasi saat terjadi kebakaran.

"Penduduk mungkin tidak tahu jalur evakuasi yang aman atau terhalang oleh kemacetan atau blokade, meningkatkan risiko tertinggal di dalam bangunan yang terbakar," kata Nanang Ruhyat, yang dibenarkan

Selain itu, adanya keterbatasan ruang terbuka. Sebagaimana disadari dalam lingkungan padat penduduk, ruang terbuka hijau atau area evakuasi terbuka mungkin sangat terbatas atau bahkan tidak ada sama sekali. Kondisi ini membuat warga sulit mencari tempat yang aman saat kebakaran terjadi.

Baca juga: Rentan Kebakaran Dosen Teknik Mesin UMB Sosialisasi K3 di Pemukiman Padat Penduduk Jakarta Barat

Kesulitan komunikasi juga menjadi hal yang harus diperhatikan. Dalam situasi kebakaran, komunikasi yang efektif sangat penting untuk memberikan peringatan dini dan instruksi evakuasi kepada penduduk. Namun, di lingkungan padat penduduk, kebisingan dan kekacauan dapat mengganggu komunikasi.

"Keadaan ini akan mempersulit penyebaran informasi yang diperlukan. Karena itu, sosialisasi K3 sangat perlu dilakukan agar dapat meminimalisasi keadaan darurat," jelasnya.

Resiko kepadatan penduduk yang tinggi juga dapat meningkatkan risiko cedera dan korban jiwa saat terjadi kebakaran, terutama jika evakuasi tidak terkoordinasi dengan baik atau jika jalur evakuasi menjadi terhalang.

Kondisi lainnya, adanya keterbatasan fasilitas evakuasi. Beberapa lingkungan padat penduduk mungkin tidak dilengkapi dengan fasilitas evakuasi yang memadai, seperti tangga darurat yang cukup atau jalur evakuasi yang aman. Ini membuat warga kesulitan meninggalkan bangunan dengan cepat saat terjadi kebakaran.

"Itu sebabnya, sosialisasi mengenai pentingnya pemahaman titik temu yang aman saat terjadi bencana di lokasi padat penduduk, seperti di Jakarta, merupakan langkah krusial dalam meningkatkan keselamatan dan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi situasi darurat seperti kebakaran," ucap Nanang.

Pelaksanaan Sosialisasi K3 ini diikuti 12 partisipan yang hadir dengan metode peningkatan pemahaman akan  pentingnya titik temu yang aman saat terjadinya kebakaran terutama di area padat penduduk seperti DKI Jakarta. Partisipan yang hadir mewakili kepala keluarga yang tinggal di area Meruya, Jakarta Barat. Partisipan yang hadir berasal dari latar belakang yang berbeda, mahasiswa, pekerja, pensiunan dan ada ibu rumah tangga.

Para peserta sosialisasi K3 (dokumentasi Nanang Ruhyat)
Para peserta sosialisasi K3 (dokumentasi Nanang Ruhyat)

"Pada saat kami melakukan sosialisasi mengenai pentingnya memahami K3 di lingkungan padat penduduk, para partisipan cukup antusias. Terlihat dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan seputar K3 saat terjadi bencana kebakaran. Mungkin karena banyak kejadian kebakaran disebabkan oleh human error.

Dari hasil presosialisasi berdasarkan kuesioner, dapat disimpulkan sebagian besar partisipan memiliki pengetahuan yang terbatas. Sebanyak 55% responden menilai pengetahuan mereka tentang pentingnya pemahaman titik temu yang aman saat terjadi bencana kurang. Sisanya yang 20% dan 25% dalam kategori cukul dan baik.

Kesadaran para partisipan akan risiko juga kurang. Sebanyak 45% responden menyatakan kurangnya kesadaran akan risiko terkait dengan tidak memahami titik temu yang aman saat terjadi bencana. Sebagian yang lain (40% dan 15%) menyatakan cukup baik dan baik.

Para responden (50%) juga kurang kesiapan dalam menghadapi keadaan darurat seperti kebakaran. Selebihnya cukup baik (35%) dan baik (15%).

"Dengan kata lain, mayoritas responden menunjukkan tingkat pengetahuan, kesadaran, dan kesiapan yang kurang baik atau cukup baik, dengan persentase yang signifikan berada pada kategori tersebut," jelas Tyas Wedhasari.

Dari analisis ini, terlihat bahwa masih ada ruang untuk perbaikan dalam meningkatkan pengetahuan, kesadaran akan risiko, dan kesiapan dalam menghadapi darurat. Setelah sosialisasi, terjadi peningkatan yang signifikan dalam pengetahuan, kesadaran akan risiko, dan kesiapan dalam menghadapi darurat seperti kebakaran pada partisipan.

Sebanyak 60% responden menilai pengetahuan mereka tentang pentingnya pemahaman titik temu yang aman saat terjadi bencana sudah baik. Sebanyak 40% responden menilai pengetahuan mereka sangat baik. Terdapat peningkatan yang signifikan dalam kesadaran akan risiko terkait keadaan darurat seperti kebakaran. Sebanyak 75% responden menyatakan kesadaran mereka sudah baik dan 25% menilai kesadaran mereka sangat baik.

"Dengan pengetahuan yang diperoleh dari sosialisasi, sebanyak 60% responden merasa lebih siap dalam menghadapi situasi darurat seperti kebakaran. Sebanyak 40% menilai kesiapan mereka sangat baik. Jika dibandingkan dengan hasil sebelumnya, terjadi perbaikan yang signifikan dalam semua aspek," sebutnya.

Hal ini menunjukkan pentingnya sosialisasi lebih lanjut mengenai pentingnya pemahaman titik temu yang aman saat terjadi bencana seperti kebakaran untuk meningkatkan pemahaman dan kesiapan partisipan dalam menghadapi situasi darurat.

Dari kegiatan sosialisasi itu, Dr. Nanang Ruhyat, ST.,MT dan Tyas Wedhasari, ST., M.Sc memberikan saran untuk bisa membantu meningkatkan efektivitas sosialisasi mengenai pentingnya pemahaman titik temu yang aman saat terjadi bencana di lokasi padat penduduk seperti Jakarta.

Dokumentasi Nanang Ruhyat
Dokumentasi Nanang Ruhyat

Beberapa hal yang perlu dilakukan:

1. Penyuluhan rutin dan berkelanjutan di berbagai wilayah padat penduduk Jakarta. Jadwalkan kegiatan secara teratur agar masyarakat terus menerima informasi dan pemahaman baru tentang pentingnya titik temu yang aman saat bencana.

2. Pendekatan berbasis komunitas dalam perencanaan dan pelaksanaan program sosialisasi. Dengan melibatkan komunitas lok secara langsung, pesan-pesan keselamatan akan lebih mudah diterima dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Manfaatkan platform media sosial untuk menyebarkan informasi dan tips keselamatan terkait bencana kepada masyarakat. Buat konten yang menarik dan mudah dipahami, seperti infografis, video pendek.

4. Selenggarakan pelatihan dan simulasi evakuasi secara berkala di berbagai lokasi padat penduduk. Latihan ini membantu meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi situasi darurat dan mengaplikasikan pemahaman tentang titik temu yang aman saat bencana.

5. Kerjasama dengan pemerintah daerah, LSM, relawan, dan organisasi lainnya yang memiliki akses dan pengaruh dalam komunitas padat penduduk. Kolaborasi ini dapat memperluas jangkauan sosialisasi dan memastikan pesan yang disampaikan lebih terpercaya.

6. Lakukan sosialisasi konsep K3 dan pentingnya pemahaman titik temu yang aman kepada siswa sekolah dan anggota komunitas lainnya. Libatkan sekolah-sekolah dan lembaga pendidikan untuk mengintegrasikan materi keselamatan ini ke dalam kurikulum atau kegiatan ekstrakurikuler.

7. Lakukan evaluasi secara berkala terhadap efektivitas kegiatan sosialisasi yang telah dilaksanakan. Umpan balik dari peserta sosialisasi untuk mengetahui sejauh mana pesan-pesan yang disampaikan telah dipahami dan diimplementasikan oleh masyarakat.

Dengan mengimplementasikan saran-saran di atas, diharapkan sosialisasi mengenai pentingnya pemahaman titik temu yang aman saat terjadi bencana dapat menjadi lebih efektif dan memberikan dampak positif bagi keselamatan masyarakat, khususnya di lokasi padat penduduk seperti Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun