Mohon tunggu...
tetty pradikaprima
tetty pradikaprima Mohon Tunggu... Bidan - bidan

bidan, pekerja sosial, ibu rumah tangga, suka olah raga, suka makan, suka tidur, suka anime

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Hubungan Pendapatan Ekonomi dan Status Budaya Keluarga terhadap Perilaku Picky Eater pada Anak Usia 4 - 5 Tahun

19 Juli 2024   15:12 Diperbarui: 19 Juli 2024   15:14 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Latar belakang: Status gizi merupakan faktor utama dalam proses pertumbuhan dan perkembangan setiap anak, pada umumnya anak memiliki kecenderungan tidak memiliki keinginan untuk mencoba makanan baru, menghindari jenis makanan tertentu, hal ini disebut dengan picky eater, prevalensi picky eater di negara Singapura tahun 2019 sebesar 29,9%, di Indonesia sebesar 60,3%, hal ini mampu menyebabkan gizi anak tidak mampu  terpenuhi dengan baik, serta berdampak terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Tujuan: menganalisis hubungan pendapatan ekonomi dan status budaya keluarga terhadap perilaku picky eater pada anak usia 4-5 tahun. Metode: Desain penelitian korelasional, dengan pendekatan cross sectional. Populasi seluruh ibu/wali yang memiliki anak dengan rentang usia 4-5 tahun di TK Raudlotul Jannah, jumlah populasi 98 orang. Tehnik pengambilan sampel menggunakan rumus slovin, dengan hasil jumlah sampel 79 responden, instrumen penelitian menggunakan kuisioner, analisis data menggunakan uji korelasi linier berganda. Hasil: terdapat hubungan pendapatan ekonomi dan status budaya keluarga terhadap perilaku picky eater pada anak usia 4-5 tahun. Kesimpulan: Ada hubungan pendapatan ekonomi dan status budaya keluarga terhadap perilaku picky eater pada anak usia 4-5 tahun. Saran:  Jika setiap orangtua mampu mengupayakan yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak, maka pertumbuhan dan perkembangan menjadi lebih baik dan sehat, mampu memberikan edukasi mengenai status budaya yang mampu menjadi penghambat tumbuh kembang anak, apabila mengikuti pola makan budaya keluarga sehingga  asupan nutrisi yang didapatkan oleh tubuh menjadi berkurang, dengan begitu  ibu  harus  mampu mengatur pola makan anak menjadi lebih bervariasi, supaya anak mau mencoba jenis makanan baru.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun