Latar belakang: Status gizi merupakan faktor utama dalam proses pertumbuhan dan perkembangan setiap anak, pada umumnya anak memiliki kecenderungan tidak memiliki keinginan untuk mencoba makanan baru, menghindari jenis makanan tertentu, hal ini disebut dengan picky eater, prevalensi picky eater di negara Singapura tahun 2019 sebesar 29,9%, di Indonesia sebesar 60,3%, hal ini mampu menyebabkan gizi anak tidak mampu  terpenuhi dengan baik, serta berdampak terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Tujuan: menganalisis hubungan pendapatan ekonomi dan status budaya keluarga terhadap perilaku picky eater pada anak usia 4-5 tahun. Metode: Desain penelitian korelasional, dengan pendekatan cross sectional. Populasi seluruh ibu/wali yang memiliki anak dengan rentang usia 4-5 tahun di TK Raudlotul Jannah, jumlah populasi 98 orang. Tehnik pengambilan sampel menggunakan rumus slovin, dengan hasil jumlah sampel 79 responden, instrumen penelitian menggunakan kuisioner, analisis data menggunakan uji korelasi linier berganda. Hasil: terdapat hubungan pendapatan ekonomi dan status budaya keluarga terhadap perilaku picky eater pada anak usia 4-5 tahun. Kesimpulan: Ada hubungan pendapatan ekonomi dan status budaya keluarga terhadap perilaku picky eater pada anak usia 4-5 tahun. Saran:  Jika setiap orangtua mampu mengupayakan yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak, maka pertumbuhan dan perkembangan menjadi lebih baik dan sehat, mampu memberikan edukasi mengenai status budaya yang mampu menjadi penghambat tumbuh kembang anak, apabila mengikuti pola makan budaya keluarga sehingga  asupan nutrisi yang didapatkan oleh tubuh menjadi berkurang, dengan begitu  ibu  harus  mampu mengatur pola makan anak menjadi lebih bervariasi, supaya anak mau mencoba jenis makanan baru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H