Salam dulu ah...
Assalamu'alaikum,wr,wb...
Saya baru nih post-post-an di kompasiana. Padahal udah buat account dari tahun 2010, but baru ngerasa jadi kompasianers di penghujung Juni 2011. Bagi saya no problem, yang penting bisa eksis tulas-tulis, nulis, nulis, dan nulis.... stuju khan?! hehehe, maksa.. :p
Ok, awal tulisan saya agak berat nih (kayak apa aja berat, beras sekarung kalee..hehe). Yups, coba nulis tentang Isra Mi'raj 1432 H / 2011 M nih.... tapi, biar seru en maknanya dalem, saya coba memaknainya dengan 2 buah puisi. Eh, kebetulan (meski ndak ada yg kbetulan di dunia ini)... 2 puisi ini jadi puisi utama lomba baca puisi anak SD dan SMP lho! dalam acara Isra' Mi'raj hari Rabu (29/06) kemaren. Hehe... lumayan puisinya dibacain anak2 depan byk orang, daripada gigit jari, nti buntung lagi.hehehe... oke deh, udah dulu cap-cusnya.... check it out ya.... moga terinspirasi ^____________^
Cahaya Isra’
Oleh: Tetsuko Eika
Sebelum sosokmu hijrah ke Madinah…
Kau hadiahi kami sebait kisah…
Tentang perjalanan semalam yang kami imani.
Antara Masjidil Haram dan Masjidil Aqsha…
Oh… itu luar biasa!
Sebuah ujian keimanan untukku, untuk kami…
Dan, kami akan berjuang…
Mengimani peristiwa-peristiwamu…
Yaa Rasulullah
Cahaya Isra’ akan mengalir dalam helai napasku…
Disini…
Di jiwa ini…
Bercahaya dan bersinar seperti kerlipnya bintang…
Membuktikan kisah keimanan diri
Padamu, ya Rasulku
Cahaya Isra’ akan tentram selalu dihati
Membuktikan kebesaran Allah….
Allah yang kusayangi.
(Ketika hujan senja itu reda, dihatiku…
Rancaekek, 28 Juni 2011)
Iman dalam Mi’raj
Oleh: Tetsuko Eika
Sebuah puisi hati….
Tentang aroma keimanan
Sebuah puisi malam…
Yang mengajari kepercayaan
Terhadap seseorang…
Laki-laki suri tauladan
Yang senyumnya indah merekah bak sinar mentari
Yang akhlaknya mulia melebihi intan permata
Sebuah puisi keyakinan…
Tentang arti sebuah perjalanan.
Yang Sang pemilik hujan anugerahkan padanya, pada pria shaleh itu..
Pada Rasulullah…
Mi’raj ajari manusia untuk bersujud pada sang Rabbi…
Allah Swt…
Mi’raj ajari kaum muslim mencintai Tuhan-Nya
Merindukan kasih pertemuan dengan pencipta-Nya
Allah Swt…
Dan, ini sebuah puisi keimanan…
Yang hanya bisa dicerna dengan bisikan hati bersih…
Bukan dengki atau munafik
Sebuah perjalanan ke Sidratul Muntaha yang penuh berkah
Memberikan ketajaman jiwa…
Ya, pada hati ini…
Pada jiwa ini…
Tentang sebuah keimanan, yang harus tumbuh mengakar di sukma ini…
Hingga kelak bertemu dengan sang Illahi.
(Kutulis diantara aroma hujan yang menyayat hati, diantara dinginnya senja…
Ketika hati rindu pada-nya…
Rancaekek, 28 Juni 2011)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H