Mohon tunggu...
Teti Taryani
Teti Taryani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru yang suka menulis. Author novel: Rembulan Merindu, Gerai Kasih, Dalam Bingkai Pusaran Cinta. Kumcer: Amplop buat Ibu, Meramu Cinta, Ilalang di Padang Tandus. Penelitian: Praktik Kerja Industri dalam Pendidikan Sistem Ganda. Kumpulan fikmin Sunda: Batok Bulu Eusi Madu, Kicimpring Bengras.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memahami Kritik Sosial dalam Teks Eksposisi Menggunakan Model Discovery Learning

1 Februari 2023   06:00 Diperbarui: 1 Februari 2023   06:10 1278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memahami isi dan struktur teks eksposisi merupakan hal penting dan mendasar bagi peserta didik di kelas X. Dari pemahaman yang benar akan terbentuk pemikiran yang terstruktur hingga mampu menghasilkan teks eksposisi yang sesuai dengan kaidah isi dan struktur. Pemahaman yang benar terhadap teks eksposisi ini juga akan memberi kemudahan pada peserta didik dalam menyampaikan tanggapan atau ulasan sekaitan dengan isi teks.

Kemampuan membaca dan memahami teks eksposisi ini perlu dilatihkan dengan berbagai cara. Sarana pendukung berupa teks tertulis atau audio visual dapat digunakan untuk membantu memusatkan perhatian peserta didik. Dari bahan tayang dan teks tertulis diharapkan peserta didik mendapatkan atau menyimpulkan inti permasalahan. Dengan cara ini, diharapkan dapat mengembangkan potensi dan kemampuan peserta didik secara optimal.

Teks eksposisi adalah teks yang memaparkan informasi untuk menambah pengetahuan pembaca. Informasi yang disampaikan cenderung singkat, padat, dan akurat. Secara umum, teks eksposisi digunakan untuk menyampaikan pendapat atau gagasan secara rinci.

Menurut Keraf (1995: 7) eksposisi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menguraikan objek sehingga memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca. Eksposisi adalah bentuk wacana yang tujuan utamanya adalah memberitahukan dan memberi informasi mengenai suatu objek tertentu.

Menurut Alwasilah (2005: 111), eksposisi adalah tulisan yang tujuan utamanya mengklarifikasi, menjelaskan, mendidik, atau mengevaluasi sebuah persoalan. Penulis berniat untuk memberi informasi atau memberi petunjuk kepada pembaca.

Walaupun sedikit berbeda, kedua ahli tersebut memiliki kesamaan pandangan yang terletak pada tujuan penulisan eksposisi.

Untuk membantu memudahkan perserta didik, diperlukan model pembelajaran yang mudah diterapkan dan dapat digunakan dengan efektif. Dalam hal ini, model pembelajaran Discovery Learning diharapkan mampu membantu pemahaman peserta didik secara menyeluruh.

Discovery Learning merupakan pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga peserta didik dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Dalam menemukan konsep, peserta didik melakukan pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, menarik kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip.

Menurut Robet yang dikutip Abu Ahmadi (1997: 76), bila "Discovery merupakan tahapan mental yang mana peserta didik mengasimilasi prinsip serta konsep", sehingga seorang peserta didik bisa dikatakan melakukan discovery jika peserta didik memakai proses mentalnya untuk menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip. Dalam menemukan konsep tersebut peserta didik melakukan tahapan antara lain melihat, mengelompokkan, menduga, menjelaskan, membuat kesimpulan dan lainnya.

Roestiyah (2012:21) menyatakan bahwa model Discovery Learning memiliki keunggulan yakni: (1) mengasah kognitif peserta didik, (2) pengetahuan yang telah dipelajari peserta didik bertahan lama, (3) semangat belajar peserta didik akan meningkat, (4) mengembangkan diri peserta didik, (5) motivasi peserta didik meningkat, (6) kepercayaan diri peserta didik meningkat, (7) merupakan model pembelajaran yang berfokus pada peserta didik.

Berdasarkan pendapat kedua tokoh pendidikan tersebut, model pembelajaran Discovery Learning ini dipandang tepat digunakan dalam pembelajaran teks eksposisi.

Pembelajaran teks eksposisi yang berisi kritik sosial ini dilaksanakan selama enam tahap. Setiap tahap dilakukan dalam durasi dua jam pelajaran. Dengan demikian, pelaksanaan sampai tuntas dilakukan selama dua belas jam pelajaran tatap muka atau selama tiga pekan.

Tahap pertama, setelah berkelompok sejumlah empat orang, peserta didik menyaksikan tayangan video berdurasi lima menit. Video itu berisi pendidikan di Indonesia pada zaman kolonial Belanda. Disampaikan dalam video tentang kondisi pendidikan, murid yang boleh mengenyam pendidikan, mata pelajaran yang diajarkan, serta tujuan menyekolahkan peserta didik.

Setiap kelompok menyampaikan secara singkat simpulan atau fakta penting pendidikan zaman kolonial yang diperoleh dari tayangan tersebut. Selain simpulan, setiap kelompok juga diminta menyampaikan tanggapan terhadap isi tayangan tersebut.

Tahap kedua, peserta didik menyaksikan tayangan video berdurasi empat belas menit. Tayangan itu berisi kajian terhadap filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara yang disampaikan oleh Dr. Fahruddin Faiz, S.Ag., M.Ag. Di dalam paparan itu, terdapat beberapa pernyataan yang memotivasi peserta didik. Dikemukakan pula, manfaat pendidikan yang dapat memperindah diri, bangsa, dan alam semesta.

Setelah menyaksikan tayangan, setiap kelompok bertugas menyampaikan pernyataan inspiratif paling berkesan yang diperoleh dari paparan tersebut. Diminta pula agar peserta didik menyampaikan motivasi yang diperoleh dari uraian tersebut yang bakal menjadi pijakan dalam meraih cita-cita dan kehidupan yang lebih baik.

Tahap ketiga, peserta didik membaca artikel berisi kritik sosial dari sumber media online (Republika.co.id). Artikel itu menyampaikan aksi negatif yang dilakukan oleh anak-anak muda milenial yang dikenal dengan 'klitih'. Dalam artikel itu disampaikan gejala yang terjadi sekaitan dengan aksi klitih, langkah penanganan yang dilakukan, hingga solusi yang menyertakan tiga matra, yaitu: keluarga, masyarakat, dan pemerintah.

Selanjutnya, setelah membaca teks, peserta didik mendapat tugas menyampaikan simpulan tentang klitih. Ditugaskan pula agar peserta didik menyampaikan kritik dan saran sekaitan dengan perilaku remaja yang mengganggu ketenteraman masyarakat tersebut.

Tahap keempat, peserta didik mencermati gambar berupa komik singkat berisi kritik sosial. Gambar tersebut memperlihatkan gejala aktual dan faktual yang muncul di dalam kehidupan masyarakat milenial 'Yang Penting Keren' serta 'Dampak Perundungan'. Kedua masalah aktual ini merupakan fenomena yang perlu dikritisi dan dicari solusi bijak untuk mengatasinya.

Tahap kelima, peserta didik membaca dan menyimpulkan infografik berisi jenis profesi dan keberhasilan generasi milenial yang memanfaatkan peluang kerja kekinian. Tidak sedikit generasi milenial yang menjadi wirausahawan muda meski masih terdaftar sebagai peserta didik sekolah menengah.

Sebagai contoh, peserta didik SMKN 1 Tasikmalaya bernama Ghani Ajghian membuka Caf Boom pada tahun 2021 dan sukses meraih omzet Rp30 juta dalam sebulan. Dia menjadi pengusaha sukses membawahi enam karyawan. Selain itu, ada pula yang sukses menjadi YouTuber, selebgram, membuka startup atau menjadi peracik kopi barista. Artinya, di tengah munculnya berbagai gejala sosial yang mengundang kekhawatiran, tidak sedikit generasi muda yang berhasil memanfaatkan perkembangan teknologi dan kemajuan zaman menjadi ladang untuk berwirausaha.

Tugas yang dilakukan peserta didik setelah langkah kelima ini adalah menyampaikan optimisme agar menjadi pribadi yang mandiri. Peserta didik harus pandai mencari peluang agar mampu menaklukkan tantangan zaman dan sukses dalam meraih kehidupan yang lebih baik.

Tahap keenam, peserta didik berdiskusi untuk melakukan penyelesaian tugas. Setiap kelompok menyusun portofolio berdasarkan hasil diskusi dan kesepahaman yang diperoleh dari proses pembelajaran.

Semua tugas yang dikerjakan oleh kelompok peserta didik dari tahap kesatu sampai tahap kelima itu kemudian diolah dan dikumpulkan menjadi tugas proyek. Hasil kajian, ulasan, kritik, saran, dan optimisme itu dijadikan portofolio dalam bentuk file Pdf, salindia, atau video. Sesuai kesepakatan bersama, portofolio itu dikumpulkan dua pekan setelah pertemuan tahap keenam.

Aktivitas belajar memahami teks eksposisi dengan model discovery learning ini terbukti dapat meningkatkan antusiasme dan kemampuan peserta didik kelas X di SMK Negeri 1 Tasikmalaya dalam mengkaji dan menyampaikan pandangan sekaitan dengan kritik sosial. Peserta didik mampu mengoptimalkan kerja sama antaranggota kelompok, saling mendukung, hingga menghasilkan kajian, simpulan, dan tanggapan sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini sejalan dengan Capaian Pembelajaran tahap E.

Melalui kegiatan belajar yang berkesinambungan dalam enam tahap pembelajaran ini, tujuan pembelajaran dapat tercapai tanpa hambatan yang berarti. Hasil belajar peserta didik lebih baik daripada sebelumnya dan proses pembelajaran Bahasa Indonesia berlangsung dengan situasi yang menyenangkan.

*Tulisan ini pernah dimuat di blog Mediaguru

Daftar Pustaka

Ahmadi, Abu dan Joko Tri Prasetyo, 1997. Strategi Belajar dan Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Alwasilah, A. Chaedar dan Senny Suzanna Alwasilah. (2007). Pokoknya Menulis: Cara Baru Menulis dengan Metode Kolaborasi. Bandung: Kiblat Buku Utama.

Aulia, Fadillah Tri dan Sefi Indah Gumilar. 2021. Cerdas Cergas Berbahasa dan Bersastra Indonesia untuk SMA/SMK Kelas X. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

Cahyo, Agus N. 2013. Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar Teraktual dan Terpopuler. Jakarta: Diva Press.

Keraf, Gorys. 1995. Eksposisi dan Deskripsi. Ende: Nusa Indah.

Roestiyah. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

https://www.youtube.com/watch?v=Zw6DrK8jkAQ, diunduh 7 Januari 2022.

https://youtu.be/Bv3Xq98nqb0 diunduh 7 Januari 2022.

https://www.kajianpendidikan.com/2016/01/pengertian-teks-eksposisi-menurut-ahli.html

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun