Pembelajaran teks eksposisi yang berisi kritik sosial ini dilaksanakan selama enam tahap. Setiap tahap dilakukan dalam durasi dua jam pelajaran. Dengan demikian, pelaksanaan sampai tuntas dilakukan selama dua belas jam pelajaran tatap muka atau selama tiga pekan.
Tahap pertama, setelah berkelompok sejumlah empat orang, peserta didik menyaksikan tayangan video berdurasi lima menit. Video itu berisi pendidikan di Indonesia pada zaman kolonial Belanda. Disampaikan dalam video tentang kondisi pendidikan, murid yang boleh mengenyam pendidikan, mata pelajaran yang diajarkan, serta tujuan menyekolahkan peserta didik.
Setiap kelompok menyampaikan secara singkat simpulan atau fakta penting pendidikan zaman kolonial yang diperoleh dari tayangan tersebut. Selain simpulan, setiap kelompok juga diminta menyampaikan tanggapan terhadap isi tayangan tersebut.
Tahap kedua, peserta didik menyaksikan tayangan video berdurasi empat belas menit. Tayangan itu berisi kajian terhadap filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara yang disampaikan oleh Dr. Fahruddin Faiz, S.Ag., M.Ag. Di dalam paparan itu, terdapat beberapa pernyataan yang memotivasi peserta didik. Dikemukakan pula, manfaat pendidikan yang dapat memperindah diri, bangsa, dan alam semesta.
Setelah menyaksikan tayangan, setiap kelompok bertugas menyampaikan pernyataan inspiratif paling berkesan yang diperoleh dari paparan tersebut. Diminta pula agar peserta didik menyampaikan motivasi yang diperoleh dari uraian tersebut yang bakal menjadi pijakan dalam meraih cita-cita dan kehidupan yang lebih baik.
Tahap ketiga, peserta didik membaca artikel berisi kritik sosial dari sumber media online (Republika.co.id). Artikel itu menyampaikan aksi negatif yang dilakukan oleh anak-anak muda milenial yang dikenal dengan 'klitih'. Dalam artikel itu disampaikan gejala yang terjadi sekaitan dengan aksi klitih, langkah penanganan yang dilakukan, hingga solusi yang menyertakan tiga matra, yaitu: keluarga, masyarakat, dan pemerintah.
Selanjutnya, setelah membaca teks, peserta didik mendapat tugas menyampaikan simpulan tentang klitih. Ditugaskan pula agar peserta didik menyampaikan kritik dan saran sekaitan dengan perilaku remaja yang mengganggu ketenteraman masyarakat tersebut.
Tahap keempat, peserta didik mencermati gambar berupa komik singkat berisi kritik sosial. Gambar tersebut memperlihatkan gejala aktual dan faktual yang muncul di dalam kehidupan masyarakat milenial 'Yang Penting Keren' serta 'Dampak Perundungan'. Kedua masalah aktual ini merupakan fenomena yang perlu dikritisi dan dicari solusi bijak untuk mengatasinya.
Tahap kelima, peserta didik membaca dan menyimpulkan infografik berisi jenis profesi dan keberhasilan generasi milenial yang memanfaatkan peluang kerja kekinian. Tidak sedikit generasi milenial yang menjadi wirausahawan muda meski masih terdaftar sebagai peserta didik sekolah menengah.
Sebagai contoh, peserta didik SMKN 1 Tasikmalaya bernama Ghani Ajghian membuka Caf Boom pada tahun 2021 dan sukses meraih omzet Rp30 juta dalam sebulan. Dia menjadi pengusaha sukses membawahi enam karyawan. Selain itu, ada pula yang sukses menjadi YouTuber, selebgram, membuka startup atau menjadi peracik kopi barista. Artinya, di tengah munculnya berbagai gejala sosial yang mengundang kekhawatiran, tidak sedikit generasi muda yang berhasil memanfaatkan perkembangan teknologi dan kemajuan zaman menjadi ladang untuk berwirausaha.
Tugas yang dilakukan peserta didik setelah langkah kelima ini adalah menyampaikan optimisme agar menjadi pribadi yang mandiri. Peserta didik harus pandai mencari peluang agar mampu menaklukkan tantangan zaman dan sukses dalam meraih kehidupan yang lebih baik.