Gerimis belum berhenti saat senja menguning menyambut petang. Semburat merah bercampur jingga perlahan menuju gelapnya malam. Tetangga mulai surut setelah mengantar kepergian Bu Milah ke tempat istirah abadi. Ucapan duka cita menjadi luka dan sesal.
"Silakan dibuka," Ratih menyerahkan koper yang diambil dari lemari yang selalu terkunci. Kunci itu ia temukan dari tempat penyimpanan kain kafan yang telah lama disiapkan oleh ibu mertuanya.
Danang dan kedua adiknya tertegun tak mampu berucap walau sepatah kata. Tatapannya nanar melihat koper tua berisi amplop yang bertumpuk, lengkap dengan catatan dan jumlah seutuhnya. Danang membaca tulisa tangan Bu Milah pada selembar kertas kumal. Kertas yang kemudian basah kuyup bersimbah air mata. Amanatnya, meminta mereka ziarah ke Tanah Suci bersama-sama.
*Catatan: cerpen pertama pada buku kumcer Amplop buat Ibu
Tasikmalaya, 30 Januari 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H