Mohon tunggu...
Teti Taryani
Teti Taryani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru yang suka menulis. Author novel: Rembulan Merindu, Gerai Kasih, Dalam Bingkai Pusaran Cinta. Kumcer: Amplop buat Ibu, Meramu Cinta, Ilalang di Padang Tandus. Penelitian: Praktik Kerja Industri dalam Pendidikan Sistem Ganda. Kumpulan fikmin Sunda: Batok Bulu Eusi Madu, Kicimpring Bengras.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Siap, Laksanakan!

25 Januari 2023   16:59 Diperbarui: 25 Januari 2023   17:05 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Apaaa? Awas, ya!"

Amy merajuk. Dihentakkannya kaki bersepatu high heels itu. Tubuhnya sedikit miring dan hampir terjatuh. Tangannya menggapa-gapai mencari pegangan.

Sesaat aku terpana. Lalu, hap! Amy yang masih tergkaget-kaget kini berada dalam tangkapan dan pelukan. Kedua lenganku terjulur hendak menahan tubuhnya yang oleng. Hanya selisih sepersekian detik, lengan kekar Abimanyu berhasil menahan tubuh Amy dan menyandarkan gadis cantik itu dalam pelukannya. Tatap keduanya menyiratkan cinta yang begitu hangat.

Kubiarkan keping-keping hatiku berserakan.

Kutarik kedua lenganku. Kuusahakan ekspresiku kembali datar dan biasa-biasa saja. Tak lupa segaris senyum pertanda turut bahagia atas cinta mereka yang akan segera disahkan.

"Ya, udah. Pokoknya, dekorasi sudah oke. Nanti, jika sudah siap, segera saya kirim gambar dan video dekornya," ujarku disertai segaris senyum.

"Oke, makasih, ya. Kalau begitu, kami pamit pulang. Masih ada yang harus chek and rechek," jawab Abimanyu.

Sikapnya santun. Dengan uluran tangan dan senyum menawan, Abimanyu segera mengajak Amy keluar dari ruang kerjaku.

Kutatap keduanya. Kubiarkan keping-keping hatiku kian berserakan. Kututup lembar-lembar harap yang bertuliskan nama gadis itu. Meski demikian, aku tak akan bisa menutup rasa cintaku untuknya. Biarlah kunikmati cinta ini dalam senyap.

*Cerpen ini pernah dimuat dalam antologi Mencintaimu dalam Sunyi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun