Mohon tunggu...
Teti Taryani
Teti Taryani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru yang suka menulis. Author novel: Rembulan Merindu, Gerai Kasih, Dalam Bingkai Pusaran Cinta. Kumcer: Amplop buat Ibu, Meramu Cinta, Ilalang di Padang Tandus. Penelitian: Praktik Kerja Industri dalam Pendidikan Sistem Ganda. Kumpulan fikmin Sunda: Batok Bulu Eusi Madu, Kicimpring Bengras.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Tentang Rindu

20 November 2022   21:46 Diperbarui: 20 November 2022   22:28 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Oleh: Teti Taryani, Guru SMKN 1 Tasikmalaya

Entah apa mulanya, tetiba rasa rindu menyelusup hingga menembus relung hati. Betapa inginnya malam ini kutemui Kau dengan segala kerendahan hati namun tetap berjuta harap. Betapa inginnya kutulis sesuatu. Tentang kerinduan dan rasa bersalahku kepada-Mu.

Rindu karena lama tak bercurah rasa kepada-Mu. Hanya sejenak kuhadapkan diriku pada saat yang ditentukan. Hanya kutambah waktu sejenak dengan ketergesaan. Hanya kulantun asal bersuara. Hanya kurapal serba sejenak.

Rasa bersalah sebab sering abai atas panggilan-Mu. Aku terkurung waktu dan keharusan duniawi. Terjerembab pada instruksi dengan tatap elang yang berkuasa atas segala. Tak bisa mengelak sebab doktrinnya lebih dari tajam dari ujung sembilu.

Setiap mulai kutulis apa pun tentang kasih-Mu. Tak tertahan lagi getar jiwa yang meraja. Tanganku kaku. Lidah pun kelu. Serasa tengah bertarung dengan lawan yang tangguh. Yang selalu menguasai setiap gerakanku. Yang pandai berkelit manakala hendak kuserang. Tak tahan rasanya ingin segera melumpuhkan lawanku, yang berkelap-kelip di keramaian dunia. Fatamorgana yang memikat di alam fana.

Izinkan aku untuk bercengkrama dengan kasih-Mu. Betapa ingin menikmati rasa syahdu setiap kali kucurahkan isi hatiku kepada-Mu. Batinku berkelana. Kurangkai diksi cinta dan berjuta harap. Semakin banyak kata kurangkai, semakin aku terjerembab dalam rindu yang membuncah.

Tuhanku, tetaplah dekat denganku. Jangan biarkan aku menjauh dari-Mu. Aku tak 'kan berhenti berharap atas rida dan magfirah-Mu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun