Oleh: Teti Taryani, Guru SMKN 1 Tasikmalaya
Entah apa mulanya, tetiba rasa rindu menyelusup hingga menembus relung hati. Betapa inginnya malam ini kutemui Kau dengan segala kerendahan hati namun tetap berjuta harap. Betapa inginnya kutulis sesuatu. Tentang kerinduan dan rasa bersalahku kepada-Mu.
Rindu karena lama tak bercurah rasa kepada-Mu. Hanya sejenak kuhadapkan diriku pada saat yang ditentukan. Hanya kutambah waktu sejenak dengan ketergesaan. Hanya kulantun asal bersuara. Hanya kurapal serba sejenak.
Rasa bersalah sebab sering abai atas panggilan-Mu. Aku terkurung waktu dan keharusan duniawi. Terjerembab pada instruksi dengan tatap elang yang berkuasa atas segala. Tak bisa mengelak sebab doktrinnya lebih dari tajam dari ujung sembilu.
Setiap mulai kutulis apa pun tentang kasih-Mu. Tak tertahan lagi getar jiwa yang meraja. Tanganku kaku. Lidah pun kelu. Serasa tengah bertarung dengan lawan yang tangguh. Yang selalu menguasai setiap gerakanku. Yang pandai berkelit manakala hendak kuserang. Tak tahan rasanya ingin segera melumpuhkan lawanku, yang berkelap-kelip di keramaian dunia. Fatamorgana yang memikat di alam fana.
Izinkan aku untuk bercengkrama dengan kasih-Mu. Betapa ingin menikmati rasa syahdu setiap kali kucurahkan isi hatiku kepada-Mu. Batinku berkelana. Kurangkai diksi cinta dan berjuta harap. Semakin banyak kata kurangkai, semakin aku terjerembab dalam rindu yang membuncah.
Tuhanku, tetaplah dekat denganku. Jangan biarkan aku menjauh dari-Mu. Aku tak 'kan berhenti berharap atas rida dan magfirah-Mu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H