Dengan cara ini, terbukti pembelajaran Bahasa Indonesia selama tujuh jampel sehari mampu membuat peserta didik tetap nagen di aula selama aktivitas akademik berlangsung. Potensi peserta didik relatif muncul. Disadari atau tidak, pembelajaran kolaboratif ini menimbulkan persaingan antarkelas atau antarkompetensi keahlian. Perwakilan kelas saling menunjukkan keaktifan dan keunggulan dengan gaya masing-masing. Tugas guru adalah mengemas persaingan ini agar menjadi ajang peningkatan prestasi.
Namun, kelas kolaboratif juga perlu diwaspadai karena cukup rentan jika guru kurang cerdas dalam pengelolaannya. Siswa mudah dihinggapi rasa jenuh, lelah, kurang konsentrasi, bahkan bisa-bisa mereka asyik sendiri dengan gawainya. Bahkan tidak sedikit siswa yang tertidur di kursinya karena hanya menjadi pendengar yang pasif dan tidak terkontrol aktivitasnya.
Bisa juga terjadi, guru terlalu asyik membimbing kegiatan siswa yang aktif, sementara siswa lain yang pasif luput dari perhatian. Bukan tidak mungkin dalam situasi ini akan terjadi penurunan minat belajar. Karena situasi kelas tidak kondusif, beberapa siswa bersikap acuh tak acuh. Jika ini terjadi, guru harus siap menghadapi kemungkinan seperti ini. Â Tentu saja harus siap juga mengantisipasi dengan solusi terbaik.
Jika demikian, sudah siapkah Anda mengelola pembelajaran kolaboratif?