Mohon tunggu...
Teti Taryani
Teti Taryani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru yang suka menulis. Author novel: Rembulan Merindu, Gerai Kasih, Dalam Bingkai Pusaran Cinta. Kumcer: Amplop buat Ibu, Meramu Cinta, Ilalang di Padang Tandus. Penelitian: Praktik Kerja Industri dalam Pendidikan Sistem Ganda. Kumpulan fikmin Sunda: Batok Bulu Eusi Madu, Kicimpring Bengras.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menggali Potensi dengan Merdeka Belajar

21 Oktober 2022   22:10 Diperbarui: 21 Oktober 2022   22:18 533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Merdeka belajar yang digagas Mas Menteri Nadiem Makarim saat negeri ini terpapar Covid-19, menjadi tantangan menarik yang cukup menguras energi bagi guru yang sungguh-sungguh menjalankannya. 

Gagasan ini memberi kesempatan pada guru dan siswa untuk menentukan sistem pembelajaran sesuai situasi dan kondisi yang dihadapi. 

Pembelajaran bisa dipilih, dipilah, dikreasi dalam proses belajar yang variatif hingga membuahkan hasil belajar yang beragam pula. Dengan kata lain, merdeka belajar sejatinya menggiring guru untuk menjadi pribadi profesional yang kreatif.

Konsep merdeka belajar yang gaungnya menguar dalam dua tahun terakhir ini sejalan dengan prinsip pendidikan ala Ki Hadjar Dewantara. 

Tokoh pendidikan ini memandang pendidikan sebagai pendorong bagi perkembangan siswa, yaitu pendidikan mengajarkan untuk mencapai perubahan dan kebermanfaatan bagi diri sendiri, bagi bangsa, dan lingkungan sekitar.

Makna yang terdapat di dalam prinsip kebermanfaatan ini adalah belajar bukan sekadar pemahaman teori, konsep, atau hafalan, melainkan harus mencapai tataran tertinggi dalam bentuk aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. 

Hasil belajar jangan dimaknai dalam besaran angka yang tertera pada buku laporan hasil belajar, namun lebih mengarah pada kemampuan menerapkan hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam segi hard skill maupun soft skill.

Sebagai contoh, peserta didik lulusan SMK Kompetensi Keahlian Pemasaran diharapkan mampu menjadi wirausahawan yang andal, menjadi pekerja yang berdedikasi, atau menjadi tenaga kerja yang mampu memberi layanan prima. 

Selain mampu menjadi penjual andal, dia juga harus siap memberi layanan prima bagi konsumen. Artinya, mampu menerapkan hard skill juga soft skill dalam kehidupannya.

 Untuk mencapai dan mewujudkan siswa SMK pemilik hard skill juga soft skill yang mumpuni, sekolah perlu menerapkan system pembelajaran yang terencana dan jelas capaiannya. 

Sebagai langkah awal, sebelum pelaksanaan pembelajaran di SMK, guru harus memahami dulu kondisi siswa. Pengetahuan tentang siswa ini diperoleh guru melalui penilaian diagnostik. 

Teknik ini memungkinkan guru memperoleh informasi tentang siswa sekaitan dengan latar belakang kehidupan dan keluarganya, motivasi belajar, dan dukungan belajar yang diperoleh dari pihak keluarga.

Setelah memahami latar belakang siswa, guru memetakan mereka dalam kelompok peserta didik reguler, peserta didik yang mengalami kesulitan belajar, serta peserta didik dengan pencapaian tinggi. Berdasarkan tiga kelompok ini, guru mulai menyusun modul ajar yang bisa membantu ketiga kelompok itu untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Sebagai gambaran, saat proses pembelajaran Bahasa Indonesia, siswa diupayakan mampu memahami tujuan dan materi yang disampaikan. Setelah itu, siswa mengerjakan tugas sebagai bentuk pemahaman terhadap proses belajar yang diwujudkan dalam hasil yang beragam.

Umpamanya, setelah memahami konsep tentang laporan hasil observasi, siswa melaporkan hasil observasinya dalam bentuk yang beragam sesuai kemampuan masing-masing. 

Ada yang melaporkan dalam bentuk teks, poster, komik, karikatur, puisi, dialog drama, infografik, salindia, bahkan dalam bentuk video. Mereka mengerjakan tugas sesuai dengan kemampuan masing-masing.

Dengan cara itu, diharapkan guru mampu menggali potensi dan mengembangkan kreativitas peserta didik. Kebebasan berekspresi yang diperoleh siswa dapat memotivasi dan meningkatkan perhatian dalam belajar. 

Satu hal yang tidak boleh dilupakan dalam pembelajaran itu, guru harus menciptakan situasi belajar yang menyenangkan.

Belajar sambil bermain, membina komunikasi antarpeserta didik, mengakomodasi usul dan saran positif yang muncul dari peserta didik, membangun rasa percaya diri, dan memberikan penghargaan atas kreativitas mereka.

Belajar dan mengajar merdeka seperti itu memang tidak mudah, tetapi bukan hal yang tidak mungkin untuk dilakukan. Tentu saja, sebelum menerapkannya dalam proses pembelajaran, guru harus memiliki bekal yang cukup agar dapat mewujudkan tujuan pembelajaran secara optimal.

Guru harus lebih dulu memahami alur tujuan pembelajaran, capaian yang harus dimiliki peserta didik, serta aneka pendekatan/metode/teknik mengajar yang sesuai dengan karakter siswa. 

Guru juga harus move on dan mampu memanfaatkan teknologi untuk menciptakan pembelajaran yang menarik.

Hal ini dapat diwujudkan jika guru selalu siap dengan perubahan, memiliki daya juang, serta memiliki prinsip yang jelas. Satu hal yang menjadi penghambat guru dalam meningkatkan kreativitasnya adalah masih melekatnya kata ‘atuda’ dalam melaksanakan tugas.

Dalam bahasa Sunda, kata tersebut dipakai untuk mencari-cari alasan agar terhindar dari pekerjaan yang tidak diinginkan. ‘Atuda’ ini menjadi pembenaran atas rasa malas dan penolakan dirinya keluar dari zona nyaman. Dia berusaha menghindari masalah dengan dalih yang tak jelas.

Oleh karena itu, alangkah baiknya jika ‘atuda’ diganti dengan prinsip ‘walaupun’. Maksudnya, walaupun repot, guru harus memiliki kemauan untuk mengembangkan diri agar menjadi guru yang sesuai dengan perkembangan zaman. 

Walaupun menguras tenaga, guru harus mencari berbagai cara agar mampu mengantarkan peserta didik menggali potensi yang harus dimilikinya. 

Walaupun sangat menguras energi karena harus terus meningkatkan kemampuan diri, tak masalah asalkan pengetahuan dan kemampuan guru bermanfaat dalam membuka jalan keberhasilan bagi peserta didik.

Jadi, mari siapkan diri agar menjadi guru yang merdeka mengajar dan selalu siap belajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun