Mohon tunggu...
Teti Rohaeti
Teti Rohaeti Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu Rumah Tangga

Ketika lisan tidak memiliki peluang untuk menyampaikan pikirannya, maka tulisan akan mewakilinya.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Operasi Kuretase Menggunakan BPJS di Bandung

17 Mei 2019   15:02 Diperbarui: 2 Agustus 2021   15:12 2451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sharing aja barangkali ada yg butuh info sekitar kuret dan penggunaan BPJS.

Awal tau positif hamil setelah telat 1 bulan, memang awalnya tidak ada program hamil mengingat usia sudah mau 38 dan saya tidak menggunakan program KB pemerintah, KB kalender saja.. selalu berhasil sebelum-sebelumnya, tapi ya itu dia ada saja saat kecolongannya saat mulai kurang waspada. 

Hamil terakhir usia tiga puluh lima tahun anak ketiga rasanya lumayan menguras energi, otot-otot rasanya banyak yang putus, sudah tidak sanggup lagi untuk menjalani proses maternity. Namun pada akhirnya saya dan suami sepakat untuk menerima kehamilan itu dan berusaha mensyukuri  kepercayaan-Nya lagi. 

Memasuki bulan ramadhan 2018, saya pun ikut puasa karena merasa baik-baik saja dengan kehamilan yg memasuki bulan ke-2. namun setelah 10 hari berpuasa terjadi pendarahan yg cukup banyak, saya pun merasa cemas!  

Pengalaman kehamilan pertama dulu ada keluar flek itupun hanya segaris saja nodanya di celana dalam saya, namun saya menemui dokter juga untuk memastikan kondisi janin.  Waktu itu  dokter ginekolog langsung mendiagnosa janin tidak berkembang, dengan usia kehamilan 6w (enam minggu). 

Lalu saya mengalami pendarahan lagi di kehamilan saya ke-5 ini, mungkin karena faktor usia dan sebelumnya saya baru mengalami masa berkabung yang lumayan menguras energi jiwa. 

By the way, saya langsung cari pertolongan dokter dan bidan, hari ke-3 masa pendarahan bertemu dokter ginekolog lalu melakukan pemeriksaan dengan USG (Ultra Sono Graphy) di kliniknya dr.Arief,Spog. 

Dokter Arief mengatakan janinnya sudah mau keluar tapi denyut jantungnya masih ada, disana dokter ngecek juga lubang rahim (memang risih rasanya, tapi saya tidak punya pilihan lain saat itu) apakah masih tertutup atau sudah terbuka, dan ternyata pintu rahimnya masih tertutup.

Dokter menyarankan untuk mempertahankan kandungan, saya diberi suntikan penguat dan beberapa resep obat penguat dan suplemen ibu hamil periksa dan obat habis Rp 600r- an, setelah lima hari kemudian pendarahan baru berhenti, selama itu saya bedrest di rumah dan hanya melakukan kegiatan-kegiatan ringan saja di rumah. 

Setelah Hari Raya Idul Fitri 2019, habis lebaran baru bisa kontrol lagi, karena libur panjang praktek dokter baru buka lama setelah hari raya, dan untuk memastikan kondisi janin dengan lebih baik, bidan saya menyarankan untuk melakukan USG 3D/4D , karena hasl pemeriksaan bidan tidak menemukan detak jantung pada janin saya dengan kualitas USG yang ada. 

Akhirnya saya coba di RS TNI AU Sulaiman daerah jalan Kopo ginekolognya dengan USG 4D, praktek malam mulai pukul 8, saya datang ditemani suami dan anak  (yang menunggu antrian sampai ketiduran di bangku tunggu RS), biaya periksa Rp 100rb, dan saya dapat giliran periksa hampir pukul 10 malam. 

Namun sayang dokter menyatakan janin tidak berkembang (BO) tidak ada jaringan darah yg terhubung ke janin dan tidak ada denyut jantungnya lagi, dokter menyarankan untuk operasi kuretase sesegera mungkin. 

Innalillahi wa inna ilaihi raajiuun.. Allah maha mengetahui yang terbaik untuk umatnya.

Esok harinya karena merasa takut dengan operasi (saya belum pernah operasi sebelumnya), saya minta rujukan ke faskes pertama untuk ke RS Ginekolog RS. Muhammadiyah Bandung menggunakan asuransi BPJS yang saya miliki sejak lama, dengan indikasi yang diberikan dokter ginekolog di RS TNI AU Sulaiman. 

Hari itu juga saya daftar ke spesialis poli kandungan, dengan hanya membayar Rp10rb untuk kartu pasien, dokter neilvy spog yang sedang praktek di poli memeriksa kembali dengan USG yg tersedia di ruangannya, kondisinya sama saja dengan kemarin, disana janin nampak tidak keliatan karena memang sudah meninggal dalam kandungan, namun untuk memastikan kondisi janin lebih lanjut (sudah SOP barangkali) beliau merujuk untuk USG lanjutan di pusat laboratorium dan radiologi. 

Walaupun saya pun saya merasa hal itu akan sia-sia saja, tapi saya ikuti saja prosedur tersebut. Gak usah bayar juga kan...!? daftar laboratorium USG dengan biaya ditanggung BPJS. Hasilnya baru bisa diserahkan ke dokter yang menangani itu esok harinya. Hasil laboratorium dokter radiologi memberikan diagnosa intra uterin fetal death (bayi sudah meninggal di dlm rahim) dan keputusan untuk kuret pun keluar. saya putuskan untuk dilakukan sesegera mungkin. 

Setelah berpuasa dari jam 3 pagi dari rumah, saya mendaftarkan diri ke IGD muhammadiyah pukul 6 pagi ditemani suami. oya, khusus pendaftaran di IGD ini ternyata tidak ditanggung bpjs, saya bayar RP75rb. 

Pemeriksaan di IGD sepertinya hanya prosedural saja (entahlah! saya juga kurang paham soal ini), satu jam menunggu setelah mendapat gelang identitas pasien rawat inap, saya dibawa ke bagian kebidanan RS di lt.2, dan setelah prosedur pemeriksaan kemudian saya menunggu waktu operasi di ruang rawat inap kelas 1 sambil dipasangi jarum infus untuk memudahkan memasukkan obat bius nanti. 

Pukul 10.30 bidan membawa saya ke ruang tindakan operasi, disana dipasangi selang oksigen dan bersiap-siap untuk tindakan operasi. Pukul 11 lebih dokter anestesi (dokter Anna) datang dan melakukan prosedur anestesi, tidak berapa lama kemudian dokter Neilvy datang dan sudah siap untuk prosedur operasi. 

Dengan rasa was-was, saya  lihat jam di belakang kepala tepat pukul 11.30 obat bius disuntikan melalui selang infus yg sudah disiapkan, rasanya dingin seperti dimasukkan air es, dan seketika kepala terasa berat, saya pun tidak sadarkan diri.

Tepat pukul 13.00 saya sadar kembali setelah mendengar suara ibu saya yang menunggui selama proses operasi berlangsung dan bidan yang sedang bicara, kepala masih keleyengan dan ada rasa nyeri di bagian perut, sy dipasangi infusan krn ada pendarahan sewaktu di operasi. Baru setelah satu jam kemudian saya baru bisa bangun sendiri dari tempat tidur kemudian langsung diantar ke ruang rawat inap kembali. 

Prosedur yang diberlakukan untuk pembiayaan dengan BPJS mengharukan saya untuk menginap selama satu malam di Rumah Sakit, dan juga karena masih mengalami pendarahan sehingga harus diobservasi terlebih dahulu. Besok paginya baru bisa boleh pulang. 

Semua total biaya operasi kuret dan rawat inap serta obat-obatan selama si Rumah Sakit ditanggung atau dicover oleh asuransi BPJS. Kami sama sekali tidak mengeluarkan ongkos apapun sehubungan dengan tindakan operasi tersebut. 

Saya sangat bersyukur memiliki asuransi BPJS ini, karena memang sangat membantu disaat kami paling memerlukannya, terutama masalah medis.  Terima kasih BPJS Kesehatan! Saya dan keluarga merasa sangat terbantu dengan mengikuti BPJS secara  mandiri sejak tahun 2013 lalu. 

Sejak saat itu saya selalu berhati-hati dengan KB kalender saya, karena sudah jelas dengan faktor usia, tidak memungkinkan lagi rasanya untuk menjalani proses kehamilan. Biarlah anak semata wayang kami menemani hidup ini . 

Demikianlah semoga cerita saya yang panjang dan mungkin membosankan untuk sebagian orang dapat membantu memberikan informasi untuk yang membutuhkan. 

Semoga kita semua selalu dilimpahi kesehatan dan rizki yg berlimpah, aamiin.. al-fatihah.. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun