Mohon tunggu...
Tetirah Kalam
Tetirah Kalam Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lelaki biasa saja.

Hidup bagi Dia, menulis untuk keabadian. (bung TK)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mendengar Air

12 Juli 2016   20:30 Diperbarui: 13 Juli 2016   12:05 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

kita duduk dan memandangi air tenang
kita diam dengar bisik benak; dengarkan

kau tahu apa bunda teresa bilang?
hati penuh cinta bercakap
sekalipun hanya lewat mata
hati kurang cinta berteriak
sekalipun bibir di atas telinga
kita duduk dan memandangi dengan tenang
kita dengar bisik benak; dengarkan diam 

kau tahu apa yang air kisahkan?
jika kau minum air ini
engkau haus lagi setelahnya
jika kau minum air Dia
engkau memuas sahabat selamanya

kita duduk membiar air memandang tenang
kita bisikan yang benak dengar dari diam
kau tahu yang akan kubisikkan;
kita tanah
debu kering yang didirus air Dia 

aku tahu yang akan kau bisikkan
saat kau tatap air
dalam air kau lihat kita
kau tatap mata yang menyimpan matamu,
berkata;
lihat, aku bahagia

jika cinta maka tenang
jika bercinta mari berpandang
tercurah memuas
membasah membasuh
tenang tak merusuh
kita air yang berbisik 

sahabat,
mari duduk dan memandangi air tenang
mari diam dengar bisik benak; dengarkan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun