Mohon tunggu...
Okti Li
Okti Li Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga suka menulis dan membaca.

"Pengejar mimpi yang tak pernah tidur!" Salah satu Kompasianer Backpacker... Keluarga Petualang, Mantan TKW, Indosuara, Citizen Journalist, Tukang icip kuliner, Blogger Reporter, Backpacker,

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Inisiasi Sayur untuk Sekolah Bentuk Kepedulian Pendidikan Anak Kurang Mampu

9 November 2024   02:33 Diperbarui: 9 November 2024   02:49 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Muhammad Farid Sumber: Viva.co.id

Membicarakan soal sayur untuk sekolah, ini bukan tentang program makan siang gratis yang diubah menjadi sarapan bergizi gratis untuk murid sekolah dasar sebagaimana ambisi Presiden terpilih Prabowo Subianto untuk merealisasikan janji kampanyenya saat Pilpres 2024.

Melainkan soal ketidakmampuan anak di daerah Banyuwangi untuk mendapatkan pendidikan namun ada tenaga pendidik yang tergerak untuk menjadikan mereka para generasi muda bangsa ini tetap mendapatkan haknya belajar. Dan bayaran untuk sang guru sesuai kemampuan masing-masing anak, termasuk dengan seikat sayur hasil dari kebun yang dikelola sebagai bayarannya.

Memenuhi kebutuhan gizi anak Indonesia dan meningkatkan kehadiran anak sekolah itu penting. Namun pendidikan sebagai kunci utama dalam memajukan suatu bangsa juga tidak kalah penting.

Peranan pendidikan tidak hanya diperlukan dalam menambah ilmu pengetahuan, lebih dari itu, karakter dan kemampuan anak juga diasah demi mencetak generasi unggul yang berkualitas.

Namun pada kenyataannya yang terjadi di lapangan selalu tidak berbanding lurus dengan cita-cita luhur para pendiri bangsa. Alasannya tentu saja keterbatasan ekonomi. Mau bagaimana lagi jika bagi sebagian orang untuk bisa mengakses pendidikan yang layak terbentur dengan biaya. Bagi keluarga kurang mampu, ini jadi tantangan yang tak mudah.

Bisa dibilang Muhammad Farid muncul sebagai penolong. Pria kelahiran 19 April 1979 ini memilih mengabdikan hidupnya untuk kemajuan pendidikan dengan cara memberikan akses pendidikan yang layak bagi kalangan keluarga kurang mampu.

Muhammad Farid mendirikan sekolah berbasis alam pada 6 Januari 2005. Sesuai cita-cita, sekolah alam yang didirikan Farid itu mayoritas menampung para siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu.

Farid memperbolehkan hanya menggunakan seikat sayur untuk biaya sekolah. Bahkan menggratiskan bagi anak yang benar-benar tidak mampu secara finansial.

Dikisahkan Farid dalam berbagai wawancara, mulanya, ia mendirikan sekolah alam selain atas keprihatinannya dengan kondisi pendidikan anak kurang mampu, juga untuk kepentingan penelitian tesis strata 2 Manajemen Pendidikan yang diambilnya.

Farid fokus pada garapan sekolah dengan konsep alam. Semesta mendukung, seseorang mengizinkan Farid mengelola lahan untuk dijadikan tempat sekolah berbasis alam itu. Lokasinya di atas bukit Desa Kopen. Di belakang perumahan Villa Alam Asri, Dusun Jenesari, Desa Genteng Kulon, Banyuwangi, Jawa Timur.

Sekolah Alam Muhammad Farid Sumber: Kompas.com
Sekolah Alam Muhammad Farid Sumber: Kompas.com

Sekolah alam yang dibangun Farid terus berkembang hingga sekarang. Tentu saja proses yang dilalui Farid tidak mudah, sempat jatuh bangun, butuh perjuangan, pengorbanan dan waktu yang panjang.

Saat sekolah alam pertama dibuka, Farid dan sahabatnya Suyanto Khoiru Ichwan harus mencari anak-anak yang putus sekolah untuk diajak belajar dengan fasilitas yang seadanya, hanya sebuah aula, musala kecil serta satu sanggar.

Konsep bangunan sederhana dan terbuka sengaja dipilih Farid dimaksudkan agar ruang gerak para siswanya tidak terbatas.

Untuk semua itu Farid tidak menentukan tarif biaya sekolah. Hanya dibayar dengan seikat sayur dari setiap murid pun setiap hari Farid tetap menghidupkan kegiatan belajar mengajar tetap menyenangkan.

Farid memang memperbolehkan para orang tua siswanya membayar biaya sekolah hanya dengan sayur yang dimilikinya. Tenaga pendidik di sekolah alam itu dibayar dengan sayuran! Jadi ini ada sayur untuk guru, bukan makan gratis untuk anak sekolah.

Selain diperbolehkan bayar sekolah pakai sayur dan bahkan gratis, keunikan di sekolah alam milik Farid juga tidak menekankan siswanya harus mengenakan seragam setiap hari.

Farid sengaja menyuruh siswanya berpakaian bebas dan bahkan yang tidak punya sepatu, tidak harus mengenakan nya. Seragam hanya dipakai pada hari Senin dan Selasa saja.

Waktu demi waktu terus bergulir, sekolah alam yang dirintis Farid terus mengalami kemajuan. Hingga saat ini sekolah itu bernama SMP Alam Banyuwangi Islamic School (BIS) yang dipimpin langsung oleh Farid sebagai Kepala Sekolah. Pengelolaan SD nya diserahkan pada sahabatnya, Suyanto Khoiru Ichwan.

Sekolah alam itu sekarang telah mengantongi akreditasi. Secara manajemen sistem yang diterapkan, SMP Alam BIS ini sedikit berbeda dari sekolah pada umumnya. Sekolah ini menerapkan kurikulum gabungan modern dan pondok pesantren salaf.

Selain diajari menguasai mata pelajaran umum, para siswa juga ditempa ilmu agama. Seperti Bahasa Arab dan Tahfidz al-Qur'an. Bahasa sehari-hari di sekolah diwajibkan menggunakan bahasa Inggris.

Seminggu sekali anak-anak Sekolah Alam BIS melakukan kegiatan out-bound di halaman sekolah.

"Untuk membangun karakter kepemimpinan," jelas Farid.

Farid mendirikan sekolah dengan kurikulum kreatif karena tidak menyukai metode usang di sekolah umum. Farid merasa tidak cocok dengan manajemen sekolah yang mahal dan kaku.

Pengalaman Farid yang pernah menjadi guru agama di Madrasah Ibtidaiyah Jenesari (2001), SMP Merdeka (2002), SMP 2 Kalibaru (2003), dan SMP Unggulan (2004) sehingga ia bisa menentukan pedoman pembelajaran di sekolah alamnya itu.

Sebagai sekolah alam, Farid membebaskan siswanya untuk berekspresi dan belajar tanpa terikat.

Selian diasah dari aspek keilmuan dan pengetahuannya, siswa juga dilatih memiliki kecakapan emosional dan spiritual yang baik.

Setiap siswa wajib mengikuti English Camp, Tahfidz Camp, dan Kitab Kuning Camp. Selain itu siswa juga dibiasakan menjalani ibadah dengan baik dan benar sekaligus mempraktikkan nya.

Kontribusi Farid yang luar biasa di dunia pendidikan ini mengantarkan ia meraih penghargaan dari Apresiasi Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Award pada tahun 2010 silam di bidang pendidikan.

Kisah perjuangan Farid yang inspiratif dalam memajukan dunia pendidikan ini menjadi pelajaran bahwa pendidikan adalah kewajiban bagi setiap orang dan itu bisa diupayakan, tidak perlu melihat apakah mereka mampu atau tidak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun