Mohon tunggu...
Okti Li
Okti Li Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga suka menulis dan membaca.

"Pengejar mimpi yang tak pernah tidur!" Salah satu Kompasianer Backpacker... Keluarga Petualang, Mantan TKW, Indosuara, Citizen Journalist, Tukang icip kuliner, Blogger Reporter, Backpacker,

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Inisiasi Sayur untuk Sekolah Bentuk Kepedulian Pendidikan Anak Kurang Mampu

9 November 2024   02:33 Diperbarui: 9 November 2024   02:49 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sekolah Alam Muhammad Farid Sumber: Kompas.com

Seminggu sekali anak-anak Sekolah Alam BIS melakukan kegiatan out-bound di halaman sekolah.

"Untuk membangun karakter kepemimpinan," jelas Farid.

Farid mendirikan sekolah dengan kurikulum kreatif karena tidak menyukai metode usang di sekolah umum. Farid merasa tidak cocok dengan manajemen sekolah yang mahal dan kaku.

Pengalaman Farid yang pernah menjadi guru agama di Madrasah Ibtidaiyah Jenesari (2001), SMP Merdeka (2002), SMP 2 Kalibaru (2003), dan SMP Unggulan (2004) sehingga ia bisa menentukan pedoman pembelajaran di sekolah alamnya itu.

Sebagai sekolah alam, Farid membebaskan siswanya untuk berekspresi dan belajar tanpa terikat.

Selian diasah dari aspek keilmuan dan pengetahuannya, siswa juga dilatih memiliki kecakapan emosional dan spiritual yang baik.

Setiap siswa wajib mengikuti English Camp, Tahfidz Camp, dan Kitab Kuning Camp. Selain itu siswa juga dibiasakan menjalani ibadah dengan baik dan benar sekaligus mempraktikkan nya.

Kontribusi Farid yang luar biasa di dunia pendidikan ini mengantarkan ia meraih penghargaan dari Apresiasi Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Award pada tahun 2010 silam di bidang pendidikan.

Kisah perjuangan Farid yang inspiratif dalam memajukan dunia pendidikan ini menjadi pelajaran bahwa pendidikan adalah kewajiban bagi setiap orang dan itu bisa diupayakan, tidak perlu melihat apakah mereka mampu atau tidak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun