Seminggu sekali anak-anak Sekolah Alam BIS melakukan kegiatan out-bound di halaman sekolah.
"Untuk membangun karakter kepemimpinan," jelas Farid.
Farid mendirikan sekolah dengan kurikulum kreatif karena tidak menyukai metode usang di sekolah umum. Farid merasa tidak cocok dengan manajemen sekolah yang mahal dan kaku.
Pengalaman Farid yang pernah menjadi guru agama di Madrasah Ibtidaiyah Jenesari (2001), SMP Merdeka (2002), SMP 2 Kalibaru (2003), dan SMP Unggulan (2004) sehingga ia bisa menentukan pedoman pembelajaran di sekolah alamnya itu.
Sebagai sekolah alam, Farid membebaskan siswanya untuk berekspresi dan belajar tanpa terikat.
Selian diasah dari aspek keilmuan dan pengetahuannya, siswa juga dilatih memiliki kecakapan emosional dan spiritual yang baik.
Setiap siswa wajib mengikuti English Camp, Tahfidz Camp, dan Kitab Kuning Camp. Selain itu siswa juga dibiasakan menjalani ibadah dengan baik dan benar sekaligus mempraktikkan nya.
Kontribusi Farid yang luar biasa di dunia pendidikan ini mengantarkan ia meraih penghargaan dari Apresiasi Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Award pada tahun 2010 silam di bidang pendidikan.
Kisah perjuangan Farid yang inspiratif dalam memajukan dunia pendidikan ini menjadi pelajaran bahwa pendidikan adalah kewajiban bagi setiap orang dan itu bisa diupayakan, tidak perlu melihat apakah mereka mampu atau tidak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H