Mohon tunggu...
Okti Li
Okti Li Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga suka menulis dan membaca.

"Pengejar mimpi yang tak pernah tidur!" Salah satu Kompasianer Backpacker... Keluarga Petualang, Mantan TKW, Indosuara, Citizen Journalist, Tukang icip kuliner, Blogger Reporter, Backpacker,

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan Karakter Mengolah Sampah jadi Berkah

29 September 2023   10:19 Diperbarui: 29 September 2023   10:21 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti kisah inspiratif yang dicontohkan oleh Amilia Agustin (27) asal Bandung Jawa Barat yang sejak kecil ia begitu peduli dengan kebersihan lingkungan dan karena dedikasinya itu Ami (nama panggilannya) mendapatkan julukan Si Ratu Sampah, sekaligus didaulat sebagai penerima SATU Indonesia Awards 2010.

Andai setiap anak Indonesia sejak kecil dikenalkan dan dibiasakan peduli terhadap sampah, tidak menutup kemungkinan SDM Indonesia menjadi  generasi yang mendedikasikan dirinya untuk gerakan peduli lingkungan dan peduli terhadap sampah seperti Ami. Terbayang akan bagaimana bersih, tertata, dan bermanfaatnya sampah yang dihasilkan oleh kita itu nantinya...

Padahal saat itu sekitar tahun 2010, Ami yang masih berusia 14 tahun dan menyandang status siswa SMP 11 di Bandung, sudah menggeluti dunia sampah.

Kisah perjalanannya sebelum mendapat julukan ratu sampah sekolah cukup unik. Berawal ketika Ami tak sengaja melihat bapak renta makan tanpa cuci tangan. Letaknya tak jauh dari gerobak yang penuh dengan sampah.

Kejadian itu diceritakan Ami kepada Bu Nia, guru mata pelajaran biologinya sekaligus mentor di Ekstrakurikuler Karya Ilmiah Remaja (KIR). Ibu Nia menyarankan Ami dan teman-temannya di ekstrakurikuler KIR mendatangi Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi (YPBB) yang bergerak di bidang pengomposan dan pemilahan sampah. Hingga menginspirasi mereka untuk membuat tempat pemilahan sampah organik dan anorganik.

Ami bersama rekannya menaruh kardus di tiap kelas untuk mewadahi sampah organik dan non organik. Meski banyak nyinyiran, Ami tak putus asa. Malah muncul ide untuk mengampanyekan masalah itu saat Masa Orientasi Sekolah (MOS).

Subdivisi baru di ekstrakurikuler KIR yang berkegiatan di bidang pengelolaan sampah di sekolah pun terbentuk dan dinamai 'Sekolah Bebas Sampah' atau Go to Zerowaste School.

Ami 'menyulap' sampah-sampah yang mereka kumpulkan menjadi barang yang bisa digunakan kembali.

Ami dan teman-temannya juga mengajak ibu-ibu untuk membuat tas dengan bahan dasar sampah bungkus kopi. Ami juga mengajak mereka untuk mengenalkan produk-produk daur ulang itu saat pembagian rapor dengan cara membuka stan.

Langkah Ami itu menggugah Ibu Nia untuk mendaftarkan mereka dalam kompetisi SATU Indonesia Awards 2010 di bidang lingkungan. Ami berhasil terpilih menjadi penerima Astra Satu Indonesia Award di bidang lingkungan, serta mencatatkan namanya sebagai peraih termuda penghargaan tersebut.

Dok. Perhumas.or.id
Dok. Perhumas.or.id

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun