Mohon tunggu...
Okti Li
Okti Li Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga suka menulis dan membaca.

"Pengejar mimpi yang tak pernah tidur!" Salah satu Kompasianer Backpacker... Keluarga Petualang, Mantan TKW, Indosuara, Citizen Journalist, Tukang icip kuliner, Blogger Reporter, Backpacker,

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Belanja (Yang Bukan Lagi) Rahasia Bingkisan Kejutan untuk Santri

7 Mei 2021   04:41 Diperbarui: 7 Mei 2021   04:44 1415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejujurnya sih setiap lebaran saya tidak pernah punya anggaran khusus untuk belanja. Bukan tidak mampu beli pakaian, beli kue dan minuman, atau pernak pernik lainnya di hari raya. Tapi emang tidak ada niat saja. Sepertinya suami pun mendukung. Toh dia juga diam saja.

Kalaupun ada anak yang kami prioritaskan, ia selalu kami belikan baju dan keperluan lainnya itu di luar bulan Ramadan. Dan anaknya memang tidak rewel. Seolah tahu banget mengerti kondisi orang tuanya.

Tapi hari ini Jumat, hari pasar di Pagelaran, kecamatan tempat kami tinggal di Cianjur Selatan. Saya sudah bikin catatan sejak semalam, kalau ke pasar kali ini selain belanja sayur dan lalapan juga akan belanja jajanan anak untuk keperluan bingkisan.

Ya, alhamdulillah ada rezeki kejutan untuk anak-anak mengaji Al Hidayah yang kami kelola di rumah. Menjalankan amanat dari salah satu donatur di Taiwan, yang dua hari lalu sudah transfer uang ke saya untuk disampaikan ke semua anak mengaji di rumah dalam bentuk bingkisan ala-ala.

Jangan bayangkan bingkisan berisi kue kaleng dan minuman khas Ramadan yang iklanya wara-wiri di tv. Karena bingkisan yang akan kami buat ini isinya cuma ciki-ciki jajanan anak yang harganya kalau dinominalkan per satu bingkisan tak sampai sepuluh ribu rupiah.

Catatan belanja yang sudah saya buat pun cuma berisi:

Chiki 3 renteng @ isi 10

Minuman botol ukuran mini 3 lusin

Biskuit 3 pak @ isi 10

Permen 1 bungkus

Udah segitu aja. Bukan tidak mau belanja lebih, tapi kan menyesuaikan dengan anggarannya juga. Tambah jumlah anak mengaji yang ada di daftar hadir milik suami selaku guru ngajinya juga tidak lebih dari 30 orang kok.

Plastik bening dan pita pengikat tidak beli karena sudah saya cek di rumah masih ada sisa bikin bingkisan saat acara Peringatan Isra Mi'raj dua bulanan lalu.

Kalau kartu ucapan ala-alanya yang nanti dimasukkan ke bingkisan saya buat sendiri aja. Ngedesaign pakai aplikasi gratisan. Gak neko-neko pakai gambar animasi atau kartun juga, cukup ucapan yang simple saja. Bukan ga bisa tapi menyesuaikan dengan tinta printer di rumah yang udah gak bisa muat banyak warna. Jadi meski bikin meriah, tetap percuma karena warna yang keluar cuma hitam biru dan merah pudar. Hehe...

Seperti ini design yang saya buat untuk kartu ucapannya. Dok pribadi
Seperti ini design yang saya buat untuk kartu ucapannya. Dok pribadi

Meski bingkisan murah, tapi kalau di kampung nilainya terasa lebih spesial. Terbayang itu binar mata bahagia barudak laleutik kalau dibagi bingkisan. Pasti seneng banget kan yak...

Jadi nostalgia saya juga saat jaman baheula, tahun delapan puluhan di Bandung. Tinggal di dekat perumahan Turangga dan Rancamanyar yang elit, kalau ada orang kaya yang bagi-bagi bingkisan pas hari raya untuk anak-anak kampung samping perumahan itu senangnya bukan main. Saya dan adik saya lah salah dua penerimanya.

Contoh bingkisan anak. Isinya mungkin biasa aja. Tapi buat anak itu tuh sesuatu banget! Gambar dapat nyomot dari teman di Facebook Nurul Huda
Contoh bingkisan anak. Isinya mungkin biasa aja. Tapi buat anak itu tuh sesuatu banget! Gambar dapat nyomot dari teman di Facebook Nurul Huda

Ingat saja waktu kecil kalau berhasil puasa tamat sebulan, terus momen hendak lebaran dikasih semacam bingkisan baik oleh orang tua maupun saudara itu rasanya seneng banget. Padahal isi bingkisannya gak seberapa, tapi karna packaging-nya bagus, lucu dan yang ngasih juga ikhlas, jadi ke kitanya yang dikasih juga senang dan keinget terus itu sampai sekarang. Semoga pahala terus mengalir untuk orang baik yang telah menanamkan kebaikan di hati setiap anak. Aamiin.

Semoga aja bingkisan ala-ala yang kami buat dan bagikan nanti ini juga bisa bikin anak mengaji di rumah makin bahagia dan makin semangat mengajinya.

Belanja sayur dan lalapan plus jajanan anak ini gak pakai waktu lama. Sejam juga udah kelar. Tinggal nanti bungkusin dan packing sendiri di rumah. Jadi deh tinggal membagikan.

Bingkisan ala ala dari kami Ramadan tahun lalu untuk anak-anak mengaji Pondok Al Hidayah. Ada yang mau jadi donatur juga? Dok pribadi
Bingkisan ala ala dari kami Ramadan tahun lalu untuk anak-anak mengaji Pondok Al Hidayah. Ada yang mau jadi donatur juga? Dok pribadi

Aduh, sebenarnya soal belanja ini teh rahasia. Tidak boleh ada yang tahu apalagi anak didik mengaji di rumah dan keluarganya. Iyalah kalau mereka tahu jadi bukan kejutan lagi dong? Sementara selama ini, baik donatur maupun saya yang merealisasikannya melakukan semua ini secara diam-diam saja. Tahu-tahu saat mau pulang mengaji anak-anak teh mendapat bingkisan saja. Kan mereka jadi senang tuh.

Semoga saja tetangga atau orang tua dan kenalan di sini tidak ada yang baca tulisan saya ini, ya. Jadi kerahasiaan soal saya belanja mempersiapkan bingkisan ala-ala untuk barudak mengaji ini tetap bisa terjaga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun