*Memberikan pendidikan karakter dan penanaman nilai budi pekerti anak
Pada kenyataannya mendidik anak tidaklah mudah. Sebagai orang tua ada banyak hal yang harus diperhatikan dalam pola asuh anak. Kedisiplinan, pemahaman terhadap perasaan anak, tidak menuduh anak tanpa pembuktian, melindungi anak dari trauma baik lahir maupun batin, sampai menumbuhkan rasa percaya diri anak dengan cara kita mempercayai sepenuhnya bahwa anak kita mampu melakukan apa yang ia sudah tentukan.
Termasuk saat mengajarkan anak ibadah di bulan Ramadan, orang tua harus tahu, setiap anak memiliki masanya masing-masing. Anak kita tidak akan sama kesiapannya dengan anak tetangga. Begitu juga kemampuan anak orang belum tentu sama dengan keberhasilan buah hati kita. Sebagai orang tua yang paling tahu dengan karakter dan kebiasaan anak, lakukan saja pendekatan dengan maksimal. Selalu ajak anak berkomunikasi disertai penyampaian informasi-informasi yang dengan mudah bisa anak pahami.
Orang tua akan bangga jika anaknya yang masih kecil bisa menjalankan puasa sampai magrib. Tapi orang tua tidak bisa memaksanya sekaligus supaya anak bisa. Melainkan arahkan anak belajar menahan haus dan lapar misalnya dalam tentang waktu setiap empat jam sekali. Karena biasanya masa lapar anak berjarak setiap waktu itu. Lama kelamaan anak memahami dan mampu menahan nafsunya sesuai dengan tingkatan usia. Jadi jangan sampai orang tua memaksakan kehendak terhadap anak sendiri hanya karena melihat kelebihan anak tetangga.
Satu hal yang paling dominan yang bisa menentukan keberhasilan anak dari tiga kisah dan pengalaman teman yang sudah saya sampaikan di atas, adalah adanya peran orang tua sebagai suri teladan alias contoh nyata.
Ini bisa ditunjang dengan pengamatan saya juga terhadap anak santri mengaji di rumah. Orang tuanya memang datang menitipkan putra putrinya kepada kami untuk dididik ilmu agama. Tapi mereka tidak semua tahu kalau sebenarnya yang jadi figur utama bagi seorang anak bukanlah guru, melainkan mereka selaku orang tuanya.
Karena itu tidak heran kalau ada anak menjawab: "Enak saja ayah ibu nyuruh aku ikut tadarusan, sementara mereka cuma tiduran dan nonton sinetron."
Jawaban anak seperti itu sebenarnya bukan bentuk ketidaksopanan terhadap orang tua, melainkan (jika orang tuanya peka) tamparan telak terhadap ketidakmampuannya orang tua menjadi suri teladan yang baik bagi anaknya.
Mengajarkan anak ibadah di bulan Ramadan sebetulnya tidak sulit jika orang tua sudah sejak dini melakukan dan memperhatikan pola asuh anaknya. Tinggal jadi contoh yang baik saja untuk mereka maka anak akan jadi peniru ulung dari apa yang dilihat dan disaksikannya.