Kebetulan kami tinggal di kampung. Tradisi makan di luar atau nongki cantik di kafe masih tidak berlaku.
Meski suami mengajar full day, namun ia tidak terbiasa makan di luar. Kalaupun di luar bulan Ramadan tidak sempat membawa bekal masakan dari rumah, ia tetap memilih menahan untuk makan sepulang sekolah saja. Sangat saya apresiasi prinsip pak suami ini dimana ia tidak pernah merasa malu atau gengsi dengan rekan kerjanya. Meski ia seorang PNS, dan temannya banyak yang masih honorer, namun ia tetap menerapkan pola hidup sederhana.
Suami sering bilang hanya kita sendirilah yang paham betul bagaimana kondisi keuangan di rumah. Jangan sampai gaji habis hanya untuk menuruti gaya hidup semata. Saya sangat salut dengan prinsip pak suami ini.
Membelanjakan uang satu juta itu mudah. Namun jika hanya memenuhi keinginan bukan kebutuhan maka itu akan membuat kita sulit berhemat. Keinginan biasanya berisi hal-hal yang tidak dibutuhkan dan bisa dipangkas untuk menekan pengeluaran. Itulah mengapa kita harus jeli dalam membedakan yang mana keinginan dan yang mana kebutuhan.
Yuk kita lebih giat lagi belajar untuk mengabaikan semua keinginan jika itu tidak penting. Sehingga berapapun uang yang kita pegang, bulan Ramadan ini tetap kita lalui dengan khusyu dan penuh keikhlasan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H