Kami datang lebih awal, selain menjinjing sampah rumah tangga yang akan kami buang, juga membawa makanan hasil buatan masing-masing untuk kami berikan atau "tukar" dengan makanan buatan teman-teman lainnya. Karena ada sebagian dari kami yang tidak bebas makan di rumah majikannya. Atau dibebaskan tapi diragukan kehalalannya.
Hampir setiap sore, setiap kali waktunya membuang sampah kami melakukan itu. Saling membawakan makanan kampung khas Indonesia, bercengkerama, tertawa, rasanya lelah dan stres karena beban pekerjaan dan tekanan majikan langsung hilang kalau sudah ketemuan di bawah.
Kami baru bubar kalau suara sirine kendaraan truk pengangkut sampah sudah terdengar meraung-raung.
"Ni men khuai itien tiu leshe, pa..." petugas yang mengumpulkan dan memilah sampah suka berteriak menyuruh kami untuk segera membuang sampah yang dibawa, bukan malah berkumpul, ngobrol dan tertawa-tawa.
"Bubar ... Ngabuburitnya sudah selesai..." celetuk Bunda Anna, bikin kami pun tertawa gembira. Selepas membuang sampah itu semua kembali ke rumah majikan masing-masing sambil membawa makanan pemberian teman untuk berbuka.
Momen saat buang sampah itulah jadi hiburan sederhana tapi sangat membahagiakan bagi kami di perantauan. Meski satu persatu finish contract namun pekerja baru selalu datang silih berganti. Tradisi ngabuburit sambil membuang sampah ini pun jadi "turun menurun" dari pekerja satu ke pekerja selanjutnya.
"Sekarang tidak ada lagi ngabuburit sambil buang sampah, Teh. Protokol kesehatan sangat ketat di sini," lapor Susi, yang masih bekerja di Neihu dan sesekali kami tukar informasi melalui jejaring sosial.
Sama seperti Susi, yang merindukan masa-masa indah bersama ketika bulan puasa di Taiwan dengan segala kelebihan dan kekurangannya, saya pun merindukan suasana momen ketika buang sampah, terlebih ketika bulan puasa. Dipastikan tradisi khas Ramadan ngabuburit sambil buang sampah versi kami para pekerja di Taiwan yang dirindukan itu tak mungkin bisa saya alami lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H