Mohon tunggu...
Okti Li
Okti Li Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga suka menulis dan membaca.

"Pengejar mimpi yang tak pernah tidur!" Salah satu Kompasianer Backpacker... Keluarga Petualang, Mantan TKW, Indosuara, Citizen Journalist, Tukang icip kuliner, Blogger Reporter, Backpacker,

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kartini Era Pandemi, Harus Hadirkan Bahagia untuk Keluarga Saat Menyusui

20 April 2020   19:40 Diperbarui: 20 April 2020   19:48 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://asimor.co.id/ 

Kartini Era Pandemi, Harus Hadirkan Bahagia untuk Keluarga Saat Menyusui

Kalau gak ingat bayi ini sangat susah payah saya kandung dan lahirkan rasanya ingin meremasnya saja, meluapkan emosi yang sudah memuncak manakala nyinyiran itu terdengar lagi berulang kali. Sebagai mama menyusui (Mamsi) kala itu, saya juga manusia.
Punya batas kesabaran dan rasa kesal saat tuduhan demi tuduhan, bertubi-tubi memojokkan saya. Terlebih sumber cerita menyakitkan hati itu bukan dari orang jauh, melainkan dari keluarga inti.

Saya tahu tidak sempurna. Khayalan saya ketika mengetahui positif hamil setelah sekian lama menunggu dari beberapa bulan setelah melangsungkan pernikahan untuk bisa jadi seorang ibu yang bisa memberikan air susu ibu kepada buah hati pupus sudah.

Saya tidak tahu pasti kenapa Tuhan memberikan kesempatan kepada saya untuk mengandung, melahirkan dan memiliki seorang anak lelaki yang kami beri nama Fahmi, namun tidak menyertakan air susu ibu yang melimpah, sebagaimana para ibu menyusui lainnya.

Hal itu, sejak keluar dari RSUD Cianjur setelah melahirkan, membuat Fahmi selalu rewel, nangis berkepanjangan karena tidak merasa cukup kenyang setelah menyusu. Bukan kebahagiaan yang saya rasakan dengan kehadiran buah hati pertama ini.

Melainkan rasa bersalah, penyesalan, dan kemarahan yang entah bagaimana bisa saya lampiaskan manakala omongan dari keluarga terdengar justru memojokkan saya. Saya bisa apa?

Saya sering menangis secara diam-diam menjeritkan segala keluh kesah. Saya merasa tidak berguna menjadi seorang ibu, seorang Mamsi, jika karena air susu yang saya miliki tidak mencukupi kebutuhan Fahmi sehari-hari.

Sehari-dua hari saya masih bisa menjaga emosi. Tapi semakin kesini saya merasa tidak kuat lagi. Apalagi keluarga mengaitkan dengan kondisi ekonomi kami dimana saat itu suami hanya mengandalkan upah sebagai honorer di sekolah yang besarnya setiap bulan hanya seratus lima puluh ribu rupiah. Cukup buat apa?

Saya hampir tidak kuat menanggung penderitaan jadi Mamsi yang gagal. Detik demi detik yang saya lalui bersama buah hati tercinta tidak bisa saya nikmati sebagaimana seharusnya.

Masa golden age seorang anak pertama harus saya lalui dengan kemarahan yang terpendam, entah bagaimana meluapkannya selain dengan merutuki diri?

Keberadaan suami sebagai Papsi (Papa Asi) yang saya harap bisa diandalkan menemani saya dalam kondisi terpuruk ini ternyata tidak seindah yang saya kira. Posisinya sebagai "anak mama" justru semakin menyudutkan saya manakala nyinyiran itu muncul, lagi dan lagi.

Ya Tuhan, sedih nian rasanya. Saya dibiarkan sendiri menghadapi masalah berat ini dengan alasan ketidaktahuan. Saya tidak bisa menuntut banyak.

Tidak banyak yang bisa saya ajak bicara, tidak ada orang yang bisa memahami bagaimana posisi saya sebagai mamsi dengan permasalahannya (yang sedikitpun masalah ini tentu saja tidak saya inginkan).

Entah kepada siapa saat itu saya bisa mengadu untuk meminta dukungan, setidaknya memahami posisi dan kondisi saya, bukan malah menyudutkan apalagi mengata-ngatai saya dengan kesakitan yang luar biasa.

Sumber: www.asimor.co.id
Sumber: www.asimor.co.id

Tidak ada yang bisa saya ajak berkeluh kesah, mengadukan tentang apa yang saya inginkan. Saya juga capek dibilang tidak berguna, padahal saya sudah berusaha maksimal untuk bisa menyusui.

Apalagi tinggal bersama mertua, dengan kondisi mama mertua yang sakit stroke, mau tidak mau, sehat tidak sehat saya harus jadi menantu sekaligus perawatnya.
Peran saya bukan hanya sebagai istri dan mama menyusui, tetapi juga jadi upik abu yang dituntut bisa menyelesaikan ini itu. Kebutuhan mamsi, kebutuhan suami, kebutuhan orang tua dan urusan rumah tangga lainnya.

Alih-alih mendapatkan dukungan dengan motivasi terbaik, yang ada saya stress dicecar pekerjaan dan nyinyiran yang tidak berkesudahan. Bukan saya melawan keadaan, tapi kenapa tidak ada ruang buat saya untuk melawan semua itu? Bukankah kondisi kurang ASI itu pun bukan keinginan saya?

Ibu saya sendiri satu-satunya orang yang bisa mengerti keadaan saya tidak bisa banyak berbuat. Tinggal berjauhan bikin komunikasi saat itu tidak selancar jaman sekarang.

Hanya saat bisa berkunjung saja ibu memberikan wejangan, kekuatan sekaligus upaya tradisional sebagai ikhtiar demi bisa membantu saya supaya mendapatkan air susu yang melimpah untuk Fahmi.

Membuatkan makanan manis, membawakan daun katuk dan mengolahnya dengan berbagai cara dengan tujuan saya tidak bosan, sampai belajar jadi tukang urut dengan harapan produksi asi saya terpancing untuk keluar.

Tetapi semua upaya itu tidak sesuai harapan. Saat ibu saya kembali dan ikhtiar terhenti, ASI untuk Fahmi pun kering lagi. Ya Tuhan, sedih sekali saya setiap memangku Fahmi dengan isak tangisnya.

Rasanya seperti mendapatkan anugerah tidak terkira jika semua masa sulit itu pada akhirnya bisa saya lalui dengan tidak menorehkan celaka sedikit pun baik terhadap diri saya, diri Fahmi maupun keluarga.

Nah, buat mama ASI di luar sana yang sekarang juga tengah stay at home, saya juga paham banget bagaimana keribetan hidup pada saat ini. Tapi jangan pernah menyerah ya mamsi-mamsi.

Buat Papsi dan keluarganya, bantu mamsi untuk berjuang mempertahankan produksi ASI-nya. Karena mamsi sangat ingin sekali bisa menyusui tanpa ada masalah. Tapi ternyata, Mamsi juga manusia biasa yang bisa stres jika kondisi baik sedang tidak berpihak kepadanya!

Sumber: https://asimor.co.id/ 
Sumber: https://asimor.co.id/ 
Untuk mendukung kondisi baik itu, ada kabar baik nih! HerbaASIMOR sebagai ASI booster yang setia kawal awal kehidupan sang buah hati punya acara menarik yang dipersembahkan buat para mamsi yang sedang jalani Stay at Home bareng keluarga!

Menurut informasi di website HerbaASIMOR ini adalah produk ASI booster yang terdiri dari 3 kandungan bahan alam Indonesia yakni daun katuk, daun torbangun, dan ikan gabus.

Karena terdiri dari bahan alami Indonesia makanya HerbaASIMOR masuk dalam rangkaian Obat Modern Asli Indonesia yang diproduksi oleh PT Dexa Medica, perusahaan farmasi ternama yang kredibel kualitas produknya karena selalu didasari oleh uji klinis yang jelas dari para ahli.

Kembali lagi ke acara persembahan HerbaASIMOR sesuai dengan info dari instagram @asimor.id mereka mengemasnya dengan cukup menarik. Acaranya "Mamsi Kartiniku Di Rumah Aja", yang akan ditayangkan secara langsung bertepatan dengan Hari Kartini, di tanggal 21 April 2020 di Youtube Okezone.com pukul 19:00 WIB.

Pasti seru dan bermanfaat karena akan menghadirkan para ahli. Acara ini juga menghadirkan bintang tamu Andien Aisyah dan Pandji Pragiwaksono yang akan sharing seputar masa menyusui dan bagaimana dukungan ayah bagi ibu menyusui. Lebih kerennya lagi, acara ini dipandu oleh host Dian Sastrowardoyo.

Kalau sudah sedikit rileks lepasin beban sejenak untuk nonton acara ini, jangan lupa balik menyusui lagi ya! Hahaha...

Selamat menyusui dengan bahagia Mamsi!


#kawalawal
#AsiPasti

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun