Fiksi yang baik dan benar
Saya masih ingat apa yang disampaikan Bu Fanny Jonathans Pyok, sastrawan mantan redaktur Tabloit Fantasia yang karya cerpennya sudah tidak terhitung itu.
Menulis fiksi, meski bisa dibilang tulisan khayalan, namun tetap memiliki aturan dan konsekuensi. Jadi meski fiksi, supaya memiliki nilai dan manfaat, tulisan yang dibuat harus memiliki beberapa unsur. Begitu kata putri sastrawan asal Bima NTT ini.
Contoh dalam karya fiksi cerita pendek, setidaknya kalau membuat cerita harus memperhatikan kaidah unsur cerpen, seperti menentukan tema, lalu membuat kerangka yang nantinya tinggal mengembangkan, membuat plot, penokohan, seting dan amanat yang akan disampaikan.
Bu Fanny sendiri memberikan bocoran bagaimana cerpennya yang bernas lahir satu per satu. Ia bisa membuat tema dari kejadian yang dilihat atau dirasakan sehari-hari. Lanjut ke kerangka cerpen yang bisa dikembangkan dikemudian.
Supaya tidak lupa, catat ide dan gagasan yang sering terlintas secara tiba-tiba. Mulai rancang kata untuk judul, lalu uraikan melalui kerangka garis besar. Perhatikan dalam membuat cerpen pada alinea pertama harus ada kaitan erat dengan keseluruhan tema.
Membuat cerpen tidak harus selesai saat itu. Untuk mendapat konflik bisa saja penulis melihat dulu realitas, kejadian di depan mata, dll sehingga bisa jadi muncul ending yang tidak biasa. Tidak garing, tidak mudah ditebak.
Diakui atau tidak, penulis harus banyak membaca supaya menambah perbendaharaan kosa kata dalam kepala. Seorang penulis harus bisa menguasai ilmu pengolahan kata sedemikian rupa supaya tidak banyak pengulangan kata. Kita bisa melihat dan menilai akan terasa lain atau lebih hidup jika setiap alinea memiliki banyak kata memiliki arti sama tetapi dengan penyampaian yang berbeda.
Sebenarnya tidak sulit membuat karya fiksi itu karena kuncinya tulisan fakta bisa diolah dengan imajinasi sedemikian rupa sehingga menjadi fiksi.
Literasi Digital jaman nowÂ
Lanjut dengan materi sesi 2 setelah coffee break, pembicaranya adalah Iskandar Zulkarnaen atau yang lebih dikenal dengan panggilan Mas Isjet. Mantan admin Kompasiana yang sekarang aktif menjadi pelaku literasi digital ini memberikan gambaran jika di jaman sekarang literasi digital sudah hampir menguasai seluruh aspek kehidupan.