Mohon tunggu...
Okti Li
Okti Li Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga suka menulis dan membaca.

"Pengejar mimpi yang tak pernah tidur!" Salah satu Kompasianer Backpacker... Keluarga Petualang, Mantan TKW, Indosuara, Citizen Journalist, Tukang icip kuliner, Blogger Reporter, Backpacker,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jatuh Bangun Menciptakan Pondok Ngaji Kekinian

24 Mei 2016   23:14 Diperbarui: 24 Mei 2016   23:24 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Belajar ilmu fikih. Diakhiri dengan diskusi dan tanya jawab. Dok. Pribadi

Biar kekinian, sekaligus menyambut tahun baru 2016 lalu sesekali anak-anak belajar dan membaca di pinggir sungai, belakang rumah. Dok. Pribadi
Biar kekinian, sekaligus menyambut tahun baru 2016 lalu sesekali anak-anak belajar dan membaca di pinggir sungai, belakang rumah. Dok. Pribadi
Membentuk karakter baik anak, dengan menginformasikan bahayanya membuang sampah sembarangan, termasuk kerusakan lingkungan dan dampak bencana. Dok. Pribadi
Membentuk karakter baik anak, dengan menginformasikan bahayanya membuang sampah sembarangan, termasuk kerusakan lingkungan dan dampak bencana. Dok. Pribadi
Bermain dan belajar. Merangkul anak-anak supaya menyukai dulu sehingga semangat belajarnya makin kuat. Dok. Pribadi
Bermain dan belajar. Merangkul anak-anak supaya menyukai dulu sehingga semangat belajarnya makin kuat. Dok. Pribadi
Mungkin bagi Anda mempunyai sarana pendidikan bagi anak kampung bukan sebuah impian besar. Tapi bagi kami, setelah sekian tahun berjalan teramat sulit dicapai maka impian ini sudah jadi sebuah impian besar. Cita-cita kami menciptakan pondok ngaji yang kekinian tentu saja belum tercapai semua. Banyak keterbatasan sarana prasarana menjadi kendala utama. Sempitnya rumah untuk menampung puluhan anak, pelajaran terganggu saat listrik padam karena kami tidak punya genset, sulitnya menerapkan hidup disiplin karena anak sudah terbiasa berada di lingkungan kampung kurang pendidikan, semua itu menjadi masalah tersendiri.

Pernah ada yang bilang, kenapa mengaji tidak diselenggarakan di mesjid atau madrasah saja? Alasan kami tetap menyelenggarakan kegiatan mengaji ini di rumah karena saya dan suami sebagai penanggung jawab sekaligus pengajar adalah bukan ustadz. Suami hanya menerapkan ilmu yang didapat saat belajar di PGSD Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIS) Bandung dan Ilmu Matematika dari Universitas Suryakencana, Cianjur. Itu saja yang menjadi modal kami berani mengajar anak-anak di rumah. Sementara sebagaimana tersiar diobrolan sesepuh dan warga kampung, yang berhak mengajar di mesjid/madrasah adalah sebaik-baiknya ustadz/ustadzah.

Meski bukan seorang ustadz dan pengajian di rumah sangat sederhana kami berniat terus menjalankan kepercayaan ini selama masih ada anak-anak datang ke rumah. Alhamdulillah, semakin hari semakin bertambah anak yang dititipkan orangtuanya. Daripada anaknya nongkrong tidak karuan, dan mulai kecanduan hal-hal yang belum tentu positif, mereka sudah mengerti jika mengaji itu lebih baik.

Belajar ilmu fikih. Diakhiri dengan diskusi dan tanya jawab. Dok. Pribadi
Belajar ilmu fikih. Diakhiri dengan diskusi dan tanya jawab. Dok. Pribadi
Paling tidak ikut mensukseskan program Kang Emil, Walikota Bandung dalam mencegah anak dari bahaya radikalisasi dan bahaya narkoba dengan adanya program Magrib Mengaji. Sekaligus ikut mensukseskan program Bupati Cianjur, Irvan Rivano Mochtar (IRM) yang baru dilantik seminggu ini, dimana tanggal 25 Mei 2016 pukul 04.00 WIB besok, bertempat di Mesjid Besar Cianjur, IRM akan melaunching Gerakan Subuh Berjamaah dan Maghrib Mengaji.

Meski bertempat di rumah, saya dan suami sedikitpun tidak meminta bayaran kepada anak-anak santri. Tidak ada istilah iuran listrik, atau iuran untuk membeli buku Iqra, buku bacaan baik islami atau umum, dan Kitab Suci Al Quran. Alhamdulillah semua itu dengan jalann-Nya selalu bisa dipenuhi.

Keresahan saya dan suami adalah saat melihat antara santri laki-laki dan santri perempuan belum bisa dipisah. Kedepannya semoga ada jalan supaya bisa memisahkan mereka karena ada sebagian dari santri yang sudah baligh. Harapan saya cukup tinggi, jika ada rezeki ingin membeli tanah, membangun gedung untuk madrasah terpisah antara anak laki-laki dan anak perempuan, dan membeli peralatan kegiatan belajar mengajar yang lebih komplit supaya pondok mengaji kami ini benar-benar menjadi Pondok Ngaji Kekinian. Amin...

Antara santri dan santriawati masih membaur karena kondisi tempat. Semoga kedepannya bisa
Antara santri dan santriawati masih membaur karena kondisi tempat. Semoga kedepannya bisa
Semoga saya menuliskan ini dijauhkan dari riya. Saya harap semua ini menjadi doa yang diaminkan semua Kompasianer dan kita tidak tahu doa siapa yang dikabulkan-Nya.

Tidak hanya belajar menulis Hijaiyah, anak-anak juga belajar mengarang bebas untuk latihan. Dok. Pribadi
Tidak hanya belajar menulis Hijaiyah, anak-anak juga belajar mengarang bebas untuk latihan. Dok. Pribadi
picsart2016-22-5-15-37-45-574476cc707e61070b4b3217.jpg
picsart2016-22-5-15-37-45-574476cc707e61070b4b3217.jpg
635923286770265420-5744777f159373e4080843a2.jpg
635923286770265420-5744777f159373e4080843a2.jpg
Notes: Semua foto Dokumen Pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun