Mohon tunggu...
Okti Li
Okti Li Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga suka menulis dan membaca.

"Pengejar mimpi yang tak pernah tidur!" Salah satu Kompasianer Backpacker... Keluarga Petualang, Mantan TKW, Indosuara, Citizen Journalist, Tukang icip kuliner, Blogger Reporter, Backpacker,

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Malaikat Pembeli Baju Lebaran

28 Juni 2015   22:12 Diperbarui: 28 Juni 2015   22:12 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kini, saat anakku menginginkan satu setel pakaian baru saja kok rasanya seret amat? Bukankah aku masih mampu bekerja? Bukankah aku bisa mengusahakannya? Kenapa aku tidak coba menagih uang milikku sendiri kepada mereka yang meminjam dengan iming-iming janji manis walau nyatanya setelah berhasil aku pinjami kata-katanya tak semanis janjinya itu.

"Teh, Teteh... ada paketan," suara seseorang membuyarkan lamunanku.

"Maaf teh, saya panggil-panggil dari tadi. Ini ada paketan." Ucap kurir jasa pengiriman yang sudah cukup kenal kembali menjelaskan. Aku yang masih gelagapan mencoba tersenyum. Menyimpan sapu lidi dalam genggaman dan mendekatinya.

"Paketan dari mana?" aku heran, biasanya kalau ada yang mengirim sesuatu sebelumnya aku sudah diberitahukan lewat pesan pendek.

"Ini disini, Teh," ujar kurir malah menyodorkan alat tulis dan menunjukkan dimana aku harus membubuhkan tanda-tangan. Bukannya menjawab rasa penasaranku.

Setelah kurir itu pamit pergi, aku buru-buru membaca alamat pengirimnya. Sebuah nama perempuan, dari kabupaten yang masih satu provinsi denganku. Nomor ponselnya pun tertera. Segera aku masuk rumah dan membuka paketannya.

Satu setel pakaian anak ditambah sepasang sepatu. Satu bungkus bumbu kari instan dan satu bungkus makanan ringan khas Jepang. Apa tidak salah kirim? Pikirku. Tapi alamatnya memang tertulis untukku.

"Teteh, semua itu tidak salah kirim. Aku dititipi Mba Siti dari Taiwan untuk menyampaikan semuanya. Tadinya aku mau datang langsung ke Cianjur, tapi orangtuaku melarang. Akhirnya aku paketkan saja semuanya. Maaf ya aku tidak memberikan kabar lebih dulu. Mba Siti bilang sengaja biar jadi kejutan..."

Akhirnya semua terjawab sudah.

Kembali bulir-bulir bening dari sudut mata mengalir jernih. Tidak kusangka masih ada sahabat jelmaan dari malaikat yang tanpa aku kira sedikitpun sudah menolongku melewati kebingungan ini. Aku bahagia dan bersyukur, mungkin nanti malam anakku bisa dengan riang ikut sholat tarawih. (ol)

    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun