[caption id="attachment_364269" align="aligncenter" width="300" caption="Kegiatan pemberdayaan warga Jampang. Usaha rumahan ibu-ibu petani binaan Heni"]
[caption id="attachment_364270" align="aligncenter" width="300" caption="Keceriaan #Anakpetanicerdas di AgroEdu jampang Community"]
Adapun perhatian besar Heni untuk kemandirian dan peningkatan kualitas hidup keluarga petani dengan menggagas program yang di dalamnya berisi penguatan ahlak dan memotivasi warga kampung agar mereka mau berusaha lebih keras sesuai tuntunan agama. Beberapa program terkait itu adalah:
1.#ProMasjid yakni program Membangun, Melengkapi, Memperbaiki dan Memakmurkan Masjid. Program ini membantu pembangunan masjid, mushola, majlis taklim di berbagai kampung. Penyaluran 1000 Al Qur’an, Juz Amma dan kitab kuning serta buku-buku referensi Islam, menyalurkan 1000 alat sholat: mukena, sarung, kain dan jilbab serta membayar listrik masjid di hampir 30 masjid kampung.
2.
[caption id="attachment_364271" align="aligncenter" width="300" caption="Bersama anak-anak petani Jampang setelah MCK umum untuk mereka selesai dibangun"]
Program #kampung1000cahaya sebuah program pengajian yang mendatangkan ustadz dari luar. Bekerjasama dengan MUI, Dewan Dakwah dan lembaga lainnya untuk mengedukasi warga melalui pendekatan agama.
3.Lapak Sembako murah. Kagiatan ini didanai oleh para ibu-ibu pengajian yang tinggal di Muscat, Oman.
4.Lapak baju murah. Sebagai upaya agar warga kampung tidak terjerat rentenir dan tukang kredit untuk membeli baju lebaran.
5.Program #Food4Santri membantu santi Pesantren Cigombong yang tengah membutuhkan bantuan makanan.
6.Bedah Rumah: program ini untuk membantu warga yang rumahnya ambruk. Sudah berjalan di Kampung Cigelap.
7.Paket Sayang Aki-Nini: santunan rutin kepada kakek nenek jompo yang dhuafa
8.Qurban untuk Kampung, dan kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan untuk membantu para warga yang mebutuhkan.
[caption id="attachment_364272" align="aligncenter" width="300" caption="Prihatin melihat kondisi menggugah Heni untuk terus berbuat: Merubah kemiskinan melalui pendidikan dan informasi"]
Heni telaten menginformasikan warga melalui kegiatan rutin pengajian. Pernah Heni beserta suami dan relawan mendistribusikan 600 paket sembako murah untuk membantu warga miskin dikampung-kampung yang terimbas kenaikan BBM. Program-program Heni selalu tepat sasaran sehingga wargapun sangat terbantu.
[caption id="attachment_364273" align="aligncenter" width="300" caption="Menuju sebuah kampung binaan Heni yang memerlukan perjuangan"]
[caption id="attachment_364274" align="aligncenter" width="300" caption="Dari kampung ke kampung Heni blusukan demi perubahan para petani ke arah lebih baik"]
Dalam program #Kampung1000Cahaya Heni mengajak mahasiswa untuk ikut membantu. Saat itu kegiatannya di Kampung Babakan Pulo. Sebuah kampung yang terletak ditengah empang di pinggir sungai yang hanya bisa dijangkau oleh sepeda motor atau berjalan kaki. Jembatannya pun masih terbuat dari bambu gelondongan. Saat mengantar 200 paket sembako ke kampung Babakan Pulo, mobil tidak bisa masuk. Warga harus mengangkutnya ke kampung. Estafet dari satu tangan ke tangan lain seperti semut. Hujan deras tak mengurangi semangat mereka. Heni memberikan pembelajaran nyata, bahwa ketulusan akan menggerakkan hati siapapun.
[caption id="attachment_364279" align="aligncenter" width="300" caption="Pengunjung berwisata di AgroEdu Jampang"]
Siapakah Heni sebenarnya? Bagaimana latar belakang Heni?
Ayah Heni seorang buruh tani dan ibunya pernah menjadi buruh pabrik di Bekasi. Karena kendala biaya akhirnya setelah lulus sekolah Heni memilih jadi TKI demi bisa memperbaiki ekonomi keluarga. Heni 6 tahun menjadi pekerja rumah tangga di Hong Kong. Dua tahun pertama mengalami underpay, namun semangatnya untuk merubah nasib sedikitpun tak goyah.
Dengan gaji di bawah standar, tentu saja Heni tidak cukup melanjutkan kuliah. Apalagi harus mengirim uang untuk orang tuanya di kampung. Boro-boro bisa jalan-jalan dan belanja, karenanya Heni memilih menggunakan waktunya untuk membaca dan menulis.
[caption id="attachment_364280" align="aligncenter" width="300" caption="Odong-odong Kahuripan AgroEdu Jampang"]
Uang banyak tidak berarti tapi pendidikan tinggi itu jalan terbaik. Jika punya uang, manfaatkan untuk pendidikan, begitulah cara Heni memanfaatkan hasil kerjanya. Cara pandang ini pula yang membuat Heni lebih memilih beli buku daripada belanja baju. Cita-citanya menjadi guru menuntunnya untuk bisa melanjutkan kuliah meski dengan segala kendala dan keterbatasan. Meski jadi buruh, pendidikan nomor satu untuk Heni.
Hobi membaca dan menulis membukakan jalan Heni untuk mendapatkan uang tambahan dan informasi seputar pendidikan di Hongkong. Selain kerja kerasuntuk meraih sarjananya, selama menjadi TKI Heni juga mengasah diri dengan membaca dan menulis. Honor menulis digunakan untuk biaya kuliah, dikirim ke keluarga dan membeli buku. Selama bekerja di Hong Kong tidak kurang dari tiga ribu buah buku dimiliki Heni yang semuanya dibawa (kirim) pulang dan mengisi perpustakaanAbatasa di setengah bagian rumahnya.
[caption id="attachment_364281" align="aligncenter" width="300" caption="Khitanan Massal di Desa Jampang"]
Heni telah menerbitkan 17 buku dalam bentuk novel, kumpulan puisi, kumpulan cerita, dan lainnya. Tulisannya dalam buku berjudul “Surat Berdarah Untuk Presiden” memenangkan lomba menulis yang diselenggarakan Dompet Duafa. Tulisan itu pula yang mengantarkan Heni jadi wakil Indonesia di forum “Ubud Writer”, forum internasional bagi para penulis yang datang dari berbagai negara.
Kisah hidup Heni memang sangat luar biasa. Semangatnya menginspirasi di berbagai bidang.
Heni bukan hanya dikenal sebagai penulis, tetapi juga guru, motivator sekaligus penggerak komunitas desa. Heni banyak menerima undangan jadi pembicara forum diskusi dan seminar, menjadi motivator di dalam dan di luar kelas. Tak ada yang percaya bahwa Heni yang mempunyai nama pena Jaladara ini adalah seorang mantan TKI.
Heni bukanlah TKI biasa, yang bekerja ke luar negeri sekadar untuk mendapatkan uang dan setelah itu pulang. Demikian dituturkan Sri Palupi, seorang peneliti dari Institute Ecosoc dalam tulisannya. Heni adalah TKI pembelajar, yang jeli dan cerdas dalam membaca dan memanfaatkan kesempatan di tengah kesempitan.
[caption id="attachment_364284" align="aligncenter" width="300" caption="Saat liburan tiba, siswa dan guru datang untuk belajar di alam Jampang"]