Mohon tunggu...
Okti Li
Okti Li Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga suka menulis dan membaca.

"Pengejar mimpi yang tak pernah tidur!" Salah satu Kompasianer Backpacker... Keluarga Petualang, Mantan TKW, Indosuara, Citizen Journalist, Tukang icip kuliner, Blogger Reporter, Backpacker,

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rumah Gelap

14 Agustus 2012   07:25 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:48 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rumah tidak memiliki lampu pasti gelap
Mau rumah tidak terang dan tak berlampu?
Tidak mau dong...
Punya lampu tidak di rumah?
Ya, punyalah
Tapi bagaimana kalau lampu tidak dinyalakan?
Ya, pasti gelap gulita

Rumah tak berlampu tidak bisa apa-apa
Meraba-raba melangkah
Tidak tahu mana jalan
Bisa salah masuk
Listrik sudah dibayar tapi tak dinyalakan lampunya
Buat apa?
Bukan pelit tapi malas

Ada rumah tapi tak berlampu
Gelap gulitalah rumah itu
Ini sama saja dengan orang kafir
Tidak punya petunjuk hidup
Hanya punya raga
Ada rumah berlampu tapi lampunya tak dinyalakan
Apa bedanya dengan orang kafir gelap gulita tak terang juga hatinya meski ada lampunya?

Sama saja dengan rumah muslim yang punya Al-Quran
Tapi petunjuk Al-Quran itu tak pernah dihidupkan
Tak pernah disentuh
Tak dibaca
Tak dibacakan
Tak didalami apalagi dilaksanakan
Apa bedanya rumah muslim dan kafir tadi?

Bila tak menjadikan Al-Quran sebagai cahaya dalam kehidupan
Itulah rumah tak berlampu
Atau dia punya Al-Quran tapi tak pernah dibacanya
Tak pernah difahaminya
Hasilnya rumahnya tetaplah gelap gulita
Rumah gelap tak bercahaya
Jalannya meraba-raba

Lupa janji, hutang dan tanggung jawab
Terhadap manusia
Terhadap Allah Ta'ala
Hilanglah keberkahan
Bersiaplah salah langkah
Susah hidupnya
Hanyalah kematian kecuali datang mu'jizat-Nya

"Musibah yang paling besar dalam kehidupan seseorang bukanlah kematian, tetapi musibah yang terbesar adalah hilangnya rasa takut seseorang terhadap Allah Ta'ala, sementara dia sudah berada diambang kematian."

"Barang siapa yang tak pandai bersyukur pada Allah Ta'ala, tak pandai berterimakasih pada manusia maka dia akan kehilangan semua nikmat tanpa disadarinya."

"Barang siapa yang pandai berterimakasih, bersyukur, sesungguhnya ia berterimakasih pada dirinya sendiri, dan begitu pula sebaliknya, bila tak pandai bersyukur, hakikatnya dia tak bisa bersyukur pada dirinya sendiri."

"Barang siapa yang bersyukur, maka Allah akan menambah nikmat itu, barang siapa yang tak pandai bersyukur, maka adzab Allah teramatlah pedihnya."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun