Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang mengiringi lantunan diujung malam
Dalam upaya menyentuh nikmat Yang Tiada Batas bersama bulir-bulir meluncur menghujami hamparan
Engkau Maha Besar!
Yang menggerakan sukma ini saat hamba dinyatakan berbadan dua
Yang menjadikan segala rasa menghantui pikiran hamba pada masa sepi melanda
Amarah menggunung mengikuti kekecewaan hati ditinggalkan tambatan hati
Surga ada di bawah telapaknya membuat alasan kuat sedikit pun tak mengindahkan bagaimana hamba dilanda mabuk
Tak mampu menjamah hatinya untuk mengetahui bagaimana hamba dan bawaan buah cinta berada
Kembali di ujung malam bulir mendera bersama lantunan doa dan cinta
Kembali hamba disadarkan tidak boleh buruk sangka
Amarah ini kehendak-Mu...
Pilihan tambatan hati untuk lebih mengejar surganya juga perintah-Mu.
Luka ini kian menganga mungkin hamba tak cukup merasakan kenikmatan-Mu nan tiada tara
Kecewa ini meraja sebab keegoisan hamba meraih sempurna yang sebenarnya tidak ada
Sesungguhnya bukankah janin ini nikmat tiada tara untuk hamba menyandang gelar serupa?
Di setiap ujung malam dan seperti perintah-Mu untuk bertamu pada waktu itu kembali hamba datang...
Kembali merangkak dan terisak
Mengadukan kebimbangan,
mengeluhkan kesakitan,
mencurahkan permasalahan
Mengurangi penderitaan dengan menghitung nikmat-Mu
Menakar amarah dengan segala kemurahan-Mu
Kembali pada setiap ujung malam hamba tekatkan belajar
Belajar ikhlas mendapati anugrah buah cinta dalam kesendirian
Belajar mendidik calon buah hati untuk kuat menerima segala cobaan
Sebagaimana hamba belajar dari keterpurukan hamba merasakan berbadan dua sendirian
Lagi dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang mengakhiri lantunan diujung malam
Dalam upaya menyentuh nikmat Yang Tiada Batas bersama bulir-bulir yang tetap meluncur menghujami hamparan
Sukanagara, 00.46
27 Juli 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H