Mohon tunggu...
Okti Li
Okti Li Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga suka menulis dan membaca.

"Pengejar mimpi yang tak pernah tidur!" Salah satu Kompasianer Backpacker... Keluarga Petualang, Mantan TKW, Indosuara, Citizen Journalist, Tukang icip kuliner, Blogger Reporter, Backpacker,

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Belajar Menadah Amarah

26 Juli 2012   23:42 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:34 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang mengiringi lantunan diujung malam

Dalam upaya menyentuh nikmat Yang Tiada Batas bersama bulir-bulir meluncur menghujami hamparan


Engkau Maha Besar!

Yang menggerakan sukma ini saat hamba dinyatakan berbadan dua

Yang menjadikan segala rasa menghantui pikiran hamba pada masa sepi melanda


Amarah menggunung mengikuti kekecewaan hati ditinggalkan tambatan hati

Surga ada di bawah telapaknya membuat alasan kuat sedikit pun tak mengindahkan bagaimana hamba dilanda mabuk

Tak mampu menjamah hatinya untuk mengetahui bagaimana hamba dan bawaan buah cinta berada


Kembali di ujung malam bulir mendera bersama lantunan doa dan cinta

Kembali hamba disadarkan tidak boleh buruk sangka

Amarah ini kehendak-Mu...

Pilihan tambatan hati untuk lebih mengejar surganya juga perintah-Mu.


Luka ini kian menganga mungkin hamba tak cukup merasakan kenikmatan-Mu nan tiada tara

Kecewa ini meraja sebab keegoisan hamba meraih sempurna yang sebenarnya tidak ada

Sesungguhnya bukankah janin ini nikmat tiada tara untuk hamba menyandang gelar serupa?


Di setiap ujung malam dan seperti perintah-Mu untuk bertamu pada waktu itu kembali hamba datang...

Kembali merangkak dan terisak

Mengadukan kebimbangan,

mengeluhkan kesakitan,

mencurahkan permasalahan

Mengurangi penderitaan dengan menghitung nikmat-Mu

Menakar amarah dengan segala kemurahan-Mu


Kembali pada setiap ujung malam hamba tekatkan belajar

Belajar ikhlas mendapati anugrah buah cinta dalam kesendirian

Belajar mendidik calon buah hati untuk kuat menerima segala cobaan

Sebagaimana hamba belajar dari keterpurukan hamba merasakan berbadan dua sendirian


Lagi dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang mengakhiri lantunan diujung malam

Dalam upaya menyentuh nikmat Yang Tiada Batas bersama bulir-bulir yang tetap meluncur menghujami hamparan

Sukanagara, 00.46

27 Juli 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun