Mohon tunggu...
Okti Li
Okti Li Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga suka menulis dan membaca.

"Pengejar mimpi yang tak pernah tidur!" Salah satu Kompasianer Backpacker... Keluarga Petualang, Mantan TKW, Indosuara, Citizen Journalist, Tukang icip kuliner, Blogger Reporter, Backpacker,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Modal Nikreuh Perempuan Perkasa

31 Mei 2012   12:55 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:33 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika ia hanya diam diri pasrah menerima nasib, tentunya tak akan ada dia sekarang ini yang meski tak banyak diketahui orang apa dan bagaimana prestasinya saat menjadi buruh di negara orang namun paling tidak bagi keluarganya, dialah satu-satunya anak perempuan sebagai pahlawan kehidupan penyambung nyawa keluarga.

Status babu atau TKW yang selama ini kerap dipandang sebelah mata oleh masyarakat justru dengan bangga diakuinya. Apa yang salah dengan seorang tenaga kerja wanita? Bukankah sama-sama perempuan, sama-sama berkontribusi dalam perekonomian dan pendapatan? Bukannya justru berterimakasih kepada para babu yang sudah ikut berperan dalam pembangunan peradaban bangsa ini?

Jika dulu dia tidak nekat untuk tetap nikreuh demi bisa menafkahi keluarganya walau hanya dengan menjadi seorang babu maka sampai kapan pun tak akan ada saya beserta keluarga di rumah seperti sekarang ini...

Ya, dialah saya yang saya ceritakan itu. Saya yang baru pulang dari rantau setelah hampir sepuluh tahun menjadi babu di negara orang dengan membawa segala kelebihan dan kekurangan.

Saya menceritakan sosok saya pribadi sebagai sisi perempuan yang berusaha bangkit dari keterpurukan kehidupan yang menderanya. Saya sendiri sebagai sosok perempuan di sekitar yang paling dekat dan saya kenal baik mewakili jutaan perempuan Indonesia yang berani memilih menjadi babu di luar negeri alias TKW; para perempuan perkasa, mau mengambil resiko demi kesejahteraan keluarga di kampungnya.

Tak berlebihan rasanya jika saya identikkan profesi babu yang saya jabat dengan istilah profesi perempuan perkasa. Dibanding perempuan lain yang bekerja dengan mapan serta terhormat karena mereka memang sudah punya perbekalan segalanya dari keluarga.
Pagelaran, 31 Mei 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun