Mohon tunggu...
Okti Li
Okti Li Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga suka menulis dan membaca.

"Pengejar mimpi yang tak pernah tidur!" Salah satu Kompasianer Backpacker... Keluarga Petualang, Mantan TKW, Indosuara, Citizen Journalist, Tukang icip kuliner, Blogger Reporter, Backpacker,

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rahasia Aji Mumpung Buka Bersama

14 Agustus 2011   13:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:47 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Rahasia Aji Mumpung Buka Bersama

[caption id="attachment_124673" align="aligncenter" width="300" caption="Dok. Dapat nyolong dari Omjay :-D"][/caption]

Suasana taman terasa meriah ketika aku melangkah menuju panggung beratap keemasan. Sambil mengusap peluh, syukur aku panjatkan. Akhirnya sampai juga, batinku. Spanduk bertuliskan BUKA PUASA BERSAMA KOMPASIANA-TELKOMSEL berkibar menyambutku, mengucapkan selamat datang.

Begini kalau orang kampung datang ke kota, nyari alamat nyasar-nyasar segala. Muter-muter nyari lokasi bukber sampai dua jam lamanya. Niat hati datang jam empat, apa daya hampir jam enam baru tiba.

"Mbak peserta buka puasa bersama?" tanya seorang anak berkoko putih. Serasi dengan warna pecinya. Mungkin ia keheranan, melihatku sekian lama hanya duduk di belakangnya.

"Ya, Dik. Tapi sepertinya Mbak datang terlambat. Gak apa, Mbak ikut duduk di sini ya? Sekalian istirahat dulu sebentar." Kakiku memang lemas dan pegal. Muter-muter hampir dua jam lamanya, bayangkan.

"Mbak belum terlambat, belum adzan kok," selorohnya. "Mbak temuin Mas itu aja dulu, tuh." Ucap anak itu menunjuk lelaki berkaos merah yang sedang berbincang dengan seseorang di samping podium. "Nanti Mbak bakal dapat kaos juga," lanjutnya.

Aku baru sadar, peserta bukber memang berseragam kaos merah. Di ujung sana wajah-wajah yang sebagian aku kenali juga tengah narsis berfoto ria, memamerkan kaos dan keceriaannya. Sementara anak-anak yang duduk di hadapanku ini berkoko dan busana muslimah putih. Tampak mencolok di antara pengunjung taman lainnya. Merah putih, warna bendera Indonesia sekaligus warna logo Telkomsel.

"Mbak gak mau ambil hadiah ya?" tanya anak itu lagi. "Yang lain dapat kaos dan hadiah dalam tas merah itu, Mbak. Aku juga selain dikasih baju dan peci baru, dapat hadiah juga."

Aku hanya tersenyum mendengar ocehannya. "Mbak datang bukan berburu hadiah, Dik. Mbak hanya ingin bersilaturahmi dengan Kompasianer. Em, maksud Mbak ya orang-orang berkaos merah itu."

"Masa sih?" anak itu memutar wajahnya, tepat menghadap wajahku. "Kalau aku mau datang karena katanya akan masuk tv, koran, bertemu artis dan mendapat makan serta hadiah," ujarnya polos.

"Mbak puasa gak?" tanyanya lagi.

"Insya Allah, Mbak puasa."

"Bener ya puasa?"

Aku hampir tertawa, "Ya dong. Memangnya kenapa?"

"Tadi diantara orang-orang duduk dan berfoto ramai-ramai itu ada yang bilang 'Aku sebenarnya gak puasa. Tapi kalau gak ikut sayang kesempatan kek gini belum tentu tahun depan diadakan lagi' gitu katanya."

Aku melongo. Benarkah?[]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun