Mohon tunggu...
Okti Li
Okti Li Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga suka menulis dan membaca.

"Pengejar mimpi yang tak pernah tidur!" Salah satu Kompasianer Backpacker... Keluarga Petualang, Mantan TKW, Indosuara, Citizen Journalist, Tukang icip kuliner, Blogger Reporter, Backpacker,

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kebanggan Berbuat Nekat Saat Sekolah

26 Mei 2011   16:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:10 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Demi bisa membiayai sekolah dan rasa tanggung jawabku yang nekat daftar de SLTA (padahal ibuku sudah terang-teragan tak sanggup membiayainya) maka aku banting tulang bekerja dan usaha, disamping belajar tentunya. Membantu jualan di Pasar Induk Sukanagara, membuat cemilan kecil yang disukai anak sekolah dan aku dagangkan di kantin, sampai menjadi buruh pemetik cabe rawit saat musim panen tiba. Aku selalu bekerja saat dini hari sebelum berangkat sekolah, dan sore hari sepulang sekolah. Malamya aku mati-matian belajar sambil membuat adonan untuk cemilan yang akan didagangkan keesokan harinya.

Aku tidak ingin peringkat juara kelas jatuh ke tangan orang lain hanya karena aku sibuk usaha. Sekuatnya aku menyeimbangkan waktu usaha dan belajar supaya nilaiku tidak turun dan juara itu tetap bisa kupertahankan. Satu-satunya hal yang sangat memotivasiku untuk tidak melepaskan predikat juara ialah: beasiswa!

Saat masuk SMA aku dan beberapa teman juara kelas lainnya mendapatkan beasiswa dari sekolah, istilahnya besiswa, arti sebenarnya mungkin uang penghargaan (baru kepikir sekarang) karena uang itu diserahkan setiap tiga bulan sekali bagi mereka yang prestasi belajarnya meningkat dan atau tetap (juara kelas). Jangan membayangkan beasiswa atau uang penghargaan itu besar nominalnya, karena uang yang diterima olehku dan siswa lainnya itu besarnya hanya Rp. 100. 000.

Tiga bulan sekali aku akan mendapat seratus ribu rupiah jika aku bisa mempertahankan prestasi di kelas. Dan jika tidak (nilaiku menurun) maka uang itu akan berpindah ke tangan siswa lain yang lebih berhak. Tentu saja aku tidak ingin hal itu terjadi padaku. Aku harus membayar iuran BP3 sekolah yang tiap bulannya harus lunas sebelum tanggal 25. Aku harus membeli buku lembar kerja siswa karena kalau tidak aku tidak akan bisa mengerjakan soal dan latihan. Aku harus bayar ini, bayar itu... makanya aku harus mendapatkan seratus ribu itu dengan acara mempertahankan nilai-nilaiku.

Seratus ribu adalah nilai yang sangat besar buatku. Tentu saja bila dibanding keuntungan dari berdagang di kantin yang hanya mengambil Rp. 50 dari setiap bungkus makanan yang aku jual. Atau membandingkannya dengan upah memetik cabe rawit yang bila aku memetik mendapat 20 kg, maka upah buatku sebanyak 1 kg. Cabe rawit 1 kg ini bisa aku bawa pulang cabenya, atau ditukar dengan uang yang saat itu harga cabe tidak lebih dari seribu rupiah!

Usaha. Usaha dan terus usaha, begitulah waktuku dihabiskan saat duduk di bangku SMA. Jika saat ini aku mengenangya, ada kebanggan yang tidak mampu terucap aku rasakan. Nekat, berjuang, bersungguh-sungguh dan selalu berdoa memohon kepada Tuhan adalah jalan yang membawa aku hingga aku bisa seperti ini, sekarang. Bukan berarti keinginanku telah tercapai maka perjuanganku pun ikut berakhir, justru kini perjuanganku baru dimulai disaat keinginan-keinginan baru lainnya mulai berdatangan. Dan aku tidak gentar. Selagi aku masih ada tekad, ada perjuangan, ada kesungguhan dan selalu memohon kepada Tuhan, aku yakin apapun keinginanku suatu saat bisa tercapai.

Mengingat kembali masa-masa sekolahku di tiga tempat, beruntung anak sekolah sekarang yang segala sesuatunya telah dimudahkan. Ku harap kesempatan belajar itu jangan pernah disia-siakan. Ayooooo.... belajar!

Nei Hu, 26 Mei 2011
dalam taifong
bersama hujan angin cukup menakutkan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun