Benar-benar sebuah keberuntungan ketika tulisan "asal" dihargai begitu tinggi oleh Kompasiana. Dinobatkan sebagai "Tulisan Terpopuler 2010" dan mendapatkan penghargaan yang tinggi lebih dari kata istimewa.
[caption id="attachment_77447" align="aligncenter" width="300" caption="lupa lagi ni foto minta dari Pak Syaif atau Pak Rizal"][/caption]
Tak tahu apa alasannya tulisan "STOP Konsumsi Mie Instant! Setelah Departemen Kesehatan Taiwan Merazia Masal Mie Instant Buatan Indonesia" yang saya published saat menunggu mobil pengangkut sampah lewat itu berhasil dibaca oleh lebih dari 240 ribu pembaca. Luar biasa. Kompasianer yang terdaftar saja tidak lebih dari 50 ribu. Ini artinya tulisan tersebut disambangi juga oleh orang luar, hampir mencapai lima kali lipat dari Kompasianer.
Padahal, tulisan yang diupload dari hp itu sangat sederhana dan jauh dari kata bergizi dibanding tulisan lainnya yang setiap menit bermunculan di Kompasiana.
Tulisan itu juga (kecuali kalimat terakhirnya) dicopy paste oleh pihak lain dan dipasang di blognya dengan tidak menyebutkan sumber. Dipublish atas nama si pengcopy sehari setelah tulisan itu saya buat. Bagi saya pribadi itu tak jadi masalah, karena menulis bagi saya sama dengan berbagi.
Gara-gara tulisan itu juga Pak Arbi Kompasianer dari Aceh keukeuh memberikan panggilan baru untuk saya dengan sebutan si ratu aktual.
Sejujurnya saya tak tahu apa rumusnya dan tidak bisa menjelaskan sama sekali bagaimana caranya ketika banyak yang bertanya apa kiatnya supaya tulisan bisa dibaca banyak orang? Saya hanya bisa menggeleng dan bilang entahlah, karena hal itu memang benar-benar diluar dugaan saya.
Kalau Pak Katedra Rajawen bisa melakukan menulis dan terus menulis sehingga menjadi penulis teraktif, itu jelas caranya menjadi penulis teraktif ya dengan membuat tulisan sebanyak-banyaknya.
Kalau Pak Andy SA terkenal/populer karena tulisannya tentang ”Negeri Ngotjoleria” (NN) nya, jelas ada fakta di NN sanalah jalan yang membawa tulisannya dikenal dan beliau jadi populer.
Dan saya tidak dapat menjamin tulisan seperti apa supaya bisa populer dibaca ratusan ribu orang. Apakah yang aktual dan menarik? Yang judulnya kontradiksi? Yang panjang? Yang terdengar spektakuler? Semua belum tentu menjadi jaminan.
Saya dan teman-teman iseng membicarakan kira-kira topik menarik apa yang bisa diangkat jadi tulisan yang bisa memecahkan rekor terbanyak dibaca mengalahkan tulisan Indomie itu? Tak ada yang bisa memastikan.
Malah teman saya berani sesumbar sampai tahun depan rekor tulisan terbanyak dibaca di Kompasiana akan tetap dipegang si Indomie. Lalu apakah jika begitu gelar "Tulisan Terpopuler" akan tetap jatuh dan dipegang si Indomie ini? Wallahu'alam
Karena itu saya tekankan hanya sebuah keberuntungan yang mampir pada tulisan saya jika akhirnya tulisan itu menjadi tulisan terpopuler. Dan saya tentu saja sangat mensyukuri semua keberuntungan ini.
Lepas dari semua itu, saya mengucapkan terimakasih kepada Kompasiana, kepada jajaran Adminnya dan kepada Kompasianer semua. Tanpa semua itu tidak akan terlahir "Tulisan Terpopuler" Award untuk tulisan saya.
Pekerjaan Rumah untuk Kompasianer selanjutnya, membuat tulisan yang bisa dibaca oleh banyak orang supaya rekor ini tahun depan dapat terpecahkan.
Berani menerima tantangan ini?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H