Mohon tunggu...
Okti Li
Okti Li Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga suka menulis dan membaca.

"Pengejar mimpi yang tak pernah tidur!" Salah satu Kompasianer Backpacker... Keluarga Petualang, Mantan TKW, Indosuara, Citizen Journalist, Tukang icip kuliner, Blogger Reporter, Backpacker,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bentuk Tuntutan Pegawai: Buruh Demonstrasi Guru (Honorer) Peringati Ulang Tahun

26 November 2014   02:19 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:51 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini, 25 November 2015 diberitakan Tangerang kedatangan buruh dari segala penjuru yang membuat polisi kewalahan mengawal unjuk rasa besar-besaran mereka yang menolak upah minimum 2015.

Jalan Raya Serang, di kawasan Bitung, dipenuhi buruh yang menggunakan sepeda motor dan melakukan orasi di tengah jalan. Akibatnya, kemacetan panjang terjadi. Hampir seluruh jalan dikuasai buruh.

Buruh menggelar orasi dengan tuntutan menolak upah minimum Rp 2.710.000 di Kabupaten Tangerang dan Rp 2.730,000 di Kota Tangerang.

Sementara itu, ratusan guru yang masih berstatus honorer mengikuti upacara peringatan Hari Guru Nasional di berbagai kecamatan di Cianjur bagian selatan. Mereka berdandan rapi, tak kalah disiplin dengan anak didik yang selalu diharuskan rapi dan tepat waktu jika melaksanakan upacara bendera setiap hari senin.

Tanpa banyak tuntutan, apalagi orasi atau demonstrasi, para honorer yang sudah mengabdi sampai belasan tahun itu dengan khidmat menghormati bendera dan ikut menyanyikan beberapa lagu nasional. Padahal, gaji honorer mereka rata-rata tidak sampai satu juta rupiah. Malah kebanyakan hanya sekitar seratus lima puluh ribu sampai tiga ratus ribu rupiah per bulan.

Tentu saja ini (guru) honorer di pelosok Cianjur, bukan di perkotaan yang ego serta taraf (keinginan) hidupnya tinggi. Mungkin sebenarnya honorer di pelosok juga punya harapan dan keinginan, tapi apa boleh buat, banyak yang dipikirkan sekedar mengambil jalan untukk berdemo atau menuntut seperti para buruh di perkotaan itu.

Terbayang jika para buruh itu bergaji hanya ratusan ribu rupiah saja seperti para honorer ini. Jangankan ratusan ribu per bulan, sudah sampai di 2,7 juta saja mereka masih menuntut kurang. Alih-alih di mendapat hadiah di hari ulang tahunnya yang ke 69, para guru (honorer) ini, yang ada justru mengusap dada dan terus mengharap keadilan berpihak kepadanya...

Sampai kapan? Dan adakah yang memikirkan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun