Batik itu mahal, Jendral...!
Workshop Batik Bersama JNE
[caption id="attachment_339679" align="aligncenter" width="300" caption="Souvenir Batik (Semua photo dokumentasi pribadi)"][/caption]
Saking mahalnya, bisa dipastikan kelas ekonomi menengah ke bawah tidak mampu membeli batik tulis asli hasil para pembatik tradisional. Perlu bukti? Coba keluarkan baju batik milikmu dan lihatlah batik jenis apa yang kamu miliki? Jika bukan batik cap, bisa dipastikan batik yang banyak dijual murah di pasaran adalah batik print. Dan tahukah bahwa sebenarnya hasil print itu bukan termasuk jenis batik? O..ow...!
Lalu bagaimana cara melihat apakah batik yang kita miliki apakah termasuk batik asli atau batik palsu? Gampang saja. Menurut Putra Wiliam, Putra Batik 2014 pada saat workshop batik di Sekar Kedhaton, Kota Gede Yogyakarta 29 November 2014 mengatakan tinggal membalikan kain batik yang kita miliki tersebut, apakah warna serta corak batik di luar sama percis dengan warna dan corak di dalam?
[caption id="attachment_339683" align="aligncenter" width="300" caption="Makan siang di Sekar Kedhaton"]
Jika iya, maka dipastikan batik tersebut adalah batik asli, karena bisa jadi batik tersebut masuk ke jenis batik tulis, batik cap dan atau batik kombinasi yaitu perpaduan antara tulis dan cap. Namun jika warna serta corak kain batik yang kita pakai hanya tampak jelas di bagian luar dan tidak tampak di bagian dalam, makan kain itu termasuk kepada jenis batik print. Menurut Putra Wiliam di hadapan para petinggi JNE, tamu undangan terdiri dari para awak media, blogger serta karyawan JNE dari wilayah Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta dan perwakilan dari daerah lain mengatakan kalau batik print adalah bukan termasuk jenis batik.
[caption id="attachment_339686" align="aligncenter" width="300" caption="Canting dan malam"]
Batik tulis, batik hasil dari membatik yang dilakukan secara manual oleh tanan-tangan manusia yang penuh kerja keras. Mengandalkan canting, lilin dan proses-proses selanjutnya yang membutuhkan kesabaran luar biasa tentulah patut dihargai dengan harga yang sebanding.
Diperlukan ketekunan, kesabaran serta ketelitian dalam membatik. Bayangkan, untuk membuat batik satu warna pada satu helai kain ukuran sapu tangan saja diperlukan waktu berpuluh-puluh menit. Bagaimana jika kain yang dibatik berukuran beberapa meter dengan berbagai warna pula?
[caption id="attachment_339688" align="aligncenter" width="300" caption="Managing Director JNE, Johari Zein sedang membatik dibantu Putra Batik Putra Williamm"]
[caption id="attachment_339689" align="aligncenter" width="300" caption="Peserta Workshop Membatik"]
[caption id="attachment_339692" align="aligncenter" width="300" caption="Tuh! Bule saja mau pakai batik dan ikut membatik. Kamu?"]
Karenanya semakin banyak corak dan warna pada kain batik tulis, nilainya semakin tinggi, maka semakin mahal harga yang harus kita bayar, ada yang sampai puluhan juta rupiah per meternya. Beda dengan batik print yang sebenarnya tidak termasuk batik itu. Meski kain halus, corak beragam dan aneka warna, tapi di jual di pasaran rata-rata di bawah seratus ribu rupiah per potongnya.
[caption id="attachment_339696" align="aligncenter" width="300" caption="Sekar Kedhaton"]
Tapi paling tidak, kelas menengah ke bawah sudah banyak terbantu dengan adanya batik print yang dijual bebas ini. Sejalan dengan digalakannya cinta batik, cinta produk buatan Indonesia, hari batik dan adanya duta batik yang tiada lain Putra dan Putri Batik Indonesia ini, maka bagi yang mau mengenakan batik (asli maupun palsu) sudah lebih baik dari pada tidak mempunyai sama sekali.
[caption id="attachment_339697" align="aligncenter" width="300" caption="unik dan cantik"]
Workshop Membatik yang diprakarsai JNE dalam rangka memeriahkan hari ulang tahun JNE yang ke-24 ini memang sangat bermanfaat dan membudaya. Membuka mata dan wawasan bahwasanya masih banyak yang belum diketahui berkenaan dengan batik.
[caption id="attachment_339698" align="aligncenter" width="300" caption="serasa kembali ke jaman kerajaan dalam dongeng"]
Yang pasti, batik (asli) itu mahal, Jendral...! Maka berbanggalah kita sebagai warga negara Indonesia, bangsa yang mempunyai warisan budaya batik di dunia. (ol)