3.Skill experience
Kemampuan untuk mengekspresikan pikiran dan ide-ide.
4.Emotion
Kemampuan individu dalam mengatasi emosinya, dengan cara konstruktif (berusaha memperbaiki kemarahan)
5.Self disclousure
Adanya keinginan untuk berkomunikasi kepada orang lain secara bebas dan terus terang.
Komunikasi interpersonal yang efektif menurut Hurlock (2014) & Saudia (2019) adalah mempunyai keterusterangan, memiliki rasa peduli, perilaku yang baik, kesetaraan, memiliki keyakinan dan berorientasi kepada orang lain. kompetensi interpersonal seseorang yang menurut Buhrmester kemampuan ini menciptakan interaksi dan komunikasi yang berhasil sehingga hubungan antar individu berjalan dengan baik adalah pengaruh dari hubungan dan komunikasi interpersonal. Resiko seperti depresi, cemas dalam bersosialisasi, ketidakmampuan dalam menetapkan tujuan, serta kecanduan obat terlarang karena kesulitan dalam mengatasi permasalahannya merupakan ciri individu yang rentan terkena dengan kemampuan komunikasi interpersonal rendah.
Orang yang memiliki mental sehat berarti mampu dalam menahan diri dari tekanan-tekanan yang datang dari dirinya sendiri dan lingkungannya dan mental yang sehat tidak akan mudah terganggu oleh stressor (penyebab terjadinya stress). Dalam menumbuhkan kesehatan mental pada komunikasi interpersonal dapat dilakukan dengam konseling behavioristik. Pendekatan behavioral merupakan pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia. Pendekatan ini memandang perilaku yang justru sebagai hasil belajar dari lingkungan. Dengan konseling behavioristik dapat membantu klien untuk belajar cara bertindak yang baru dan pantas atau membantu untuk memodifikasi atau menghilangkan tingkah laku yang berlebih. Adapun peran konselor dalam konseling behavioristik diantaranya yaitu:
1.Menyebutkan tingkah laku maladaptip.
2.Memilih tujuan-tujuan yang masuk akal.
3.Membantu mngarahkan dan membimbing keluarga untuk merubah tingkah laku yang tak sesuai.